O.A 04

705 143 14
                                    

Suasana di dalam UKS cukup hening, dokter yang bertugas sedang mengecek keadaan perempuan yang bernama Feni itu. Zayn? ada sedikit rasa khawatir dalam dirinya saat melihat wajah Feni yang pucat pasi.

Meskipun sudah di khianati, jauh di dalam hatinya dia masih sangat mencintai sosok perempuan yang kini tengah terbaring. Tapi Zayn sedang berusaha agar tidak terlalu jauh lagi menggali perasaannya, Zayn tak ingin jika hatinya kembali terkopek.

"Bagaimana keadaan nya, dok?" Tanya Jinan, perempuan itu senantiasa berdiri di sisi Feni, sembari memegangi tangan nya

"Menurut analisa saya, Feni ini hanya kecapean. Dia belum sarapan, di tambah dia tadi menerima hukuman" jelas si dokter

"Alangkah baik nya, jika Feni di belikan dulu makanan, supaya pas nanti dia sadar bisa langsung di makan." ujar sang dokter, Jinan mengangguk, saat hendak melangkah kan kakinya, namanya keburu di sebut oleh Zayn.

"Jinan"

"K-kenapa Zay"

Huhft

"Lo tunggu aja di sini, biar gue yang beliin tu cewe makanan"

Degh

Seseorang merasakan sakit dalam hatinya, saat mendengar ucapan Zayn barusan. Ya, dialah Feni, wanita itu sebenarnya sudah terbangun dari pingsan nya, hanya saja dirinya masih ogah untuk membuka mata.

Feni merasakan sakit dalam hatinya, saat Zayn begitu dengan tidak maunya menyebut nama dirinya.

Biar gue yang beliin tu cewe makanan, ucapan itu terngiang-ngiang dalam pikirannya. Sebulir cairan bening keluar, dan mengalir melalui samping kelopak matanya.

"Hiks, srottt" Jinan sontak menoleh, setelah kepergian Zayn, Feni baru berani menyuarakan tangisan nya

"Ben, lo udah sadar!" Feni membuka matanya, area mata yang seharusnya putih, kini berubah menjadi sedikit kemerahan.

"Loh, loh, lo nangis Ben!"

"Lo ada yang sakit, bilang sama gue. Kepala, badan, kaki, atau mata" cecar Jinan terlihat panik

"Hiks, ha-hati gue Nan. Hati gue, yang sakit! hiks"

"Ba-bahkan, Zayn u-udah ga su-sudi lagi nyebut na-nama g-gue hiks" Feni menangis sesenggukan

Jinan yang melihat itu langsung memeluk tubuh sahabat nya, ia bisa merasakan tubuh Feni yang bergetar.

"Udah ya nangis nya, nanti dada lo makin sesak, Fen" ujar Jinan seraya mengusap lembut punggung Feni

Hening, hingga sampai kenop pintu bergerak, Feni kembali membaringkan tubuhnya. Dia pura-pura memejamkan matanya, agar tidak di ketahui oleh Zayn kalau dirinya sudah bangun.

"Masih belum bangun, dia" tanya Zayn

"Be-belum Zay"

"Lo kenapa jadi gugup gitu dah, ngerasa bersalah banget yah nutupin kebohongan nya Feni selama ini" damn, bagai disambar petir di siang bolong, jantung Jinan berpacu dengan kencang

Sementara Feni?, dia menahan rasa sesak dan juga rasa bersalah terhadap Zayn yang begitu besar, ia di buat terbungkam, sementara air matanya terus mengalir.

"Z-zay ma-maaf -"

"Gaperlu, ini salah gue karena gak bisa jadi yang terbaik buat dia" sela Zayn sembari menunjuk Feni

Huhft

"Nih makanan nya, nasi goreng, micin harus lebih banyak dari pada garam, minyak nya jangan terlalu banyak, di pakein telor ceplok mata sapi" sedetail itu Zayn menjelaskan makanan favorit Feni di pagi hari.

ONCE AGAIN?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang