"Kak caesar, jangan lupa membawa payung ya? "
Morres berkata tiba-tiba, tapi tatapannya masih terpaku pada jendela besar di ruang keluarga mansion Sergeyev.
Hari itu tidak mendung, bahkan matahari bersinar cerah menaungi pagi yang indah.
Caesar heran, untuk apa sang adik memintanya membawa benda tersebut. Tapi dia setuju-setuju saja, toh hanya payung kan? Bukan hal lain yang merepotkan.
Morres mengalihkan pandangan dan keduanya kini saling bertatapan, dengan morres yang duduk bersebrangan dari tempat caesar saat ini.
"Kak, pulang sore saja, ya? "
"Ada apa memangnya? "
"Tidak ada, aku hanya khawatir ",
Tumben sekali, caesar pikir adiknya itu jarang memikirkannya. Apalah daya caesar dibanding jake yang notabenenya kakak kesayangan morres.
Tidak, maksudnya aneh sekali jika morres meminta ini, lalu melarang itu. Bukan seperti hari-hari biasa, lagipula caesar juga sering pulang sampai dini hari, kenapa tiba-tiba?
Si sulung menyipitkan mata, curiga dengan gelagat sang adik yang anehnya sangat terasa.
Tapi caesar paham, morres adalah morres, meminta pencerahan sekarang pasti akan menemui jalan buntu. Anak itu lebih sering diam dan memendam seorang diri, dia kekeh jika masalah tidak ingin memberitahu apapun, kecuali memang hal mendesak dan morres melakukan kesalahan sih.
Caesar diam, tidak ingin tarik ulur dan membuat hal sepele menjadi luber kemana-mana, nanti siapa yang ribut? Mereka juga kan?
Morres juga bungkam sedari tadi, raut wajahnya kosong dengan mata abu yang identik dengan caesar berbinar redup.
Kebingungan melanda caesar, apalagi melihat adiknya bak boneka kosong tanpa jiwa. Sikap morres yang terkadang anomali sering kali membawa pertanyaan dibenaknya dan adiknya yang lain.
Tapi mereka selalu menurut dengan apa yang morres ingin untuk mereka lakukan. Karena pasti, ada udang dibalik batu, juga sebab akibat yang akan datang.
Tidak sedikit dari mereka yang sering dibuat tercengang karena sang adik seolah memprediksi atau bahkan melihat masa depan.
Seperti sekarang ini, caesar tidak menentang morres untuk mengaturnya, dan iya-iya saja supaya masalah cepat selesai.
Caesar ingat, dulu morres pernah melarangnya untuk tidak melewati jalan bisanya dia pergi, tapi caesar tidak peduli, dan acuh dengan teguran adiknya itu.
Lantas apa yang dia dapat, puluhan anak buahnya mati, dan mobilnya yang teguling hebat sebab ranjau yang dipasang di tempat tersebut. Untung saja caesar sempat untuk menyelamatkan diri, coba kalau tidak, sudah jadi manusia geprek dia.
Rasa bersalah sempat merayap di hati, karena caesar setelah kejadian itu, malah curiga dan menuduh morres melakukan sabotase. Syukurlah pelaku sejati langsung tertangkap dan dieksekusi.
Mengingatnya, caesar ingin membuat orang itu hidup dan menyiksanya lagi, berani-beraninya dia membuat seorang caesar malah tidak percaya pada adik manisnya? Dasar cecenguk sialan.
Pelajaran apa yang bisa dipetik kawan-kawan? Percaya saja pada morres, walau membingungkan, juga diluar akal manusia.
Jikalau morres bohong? sudah, percaya saja, rugi ditanggung nanti, karena mengecewakan morres akan membawa mati.
-:-
M
orres melangkah ringan menuju caesar dan langsung duduk di pangkuannya, bocah itu mendusalkan kepala di perpotongan leher sang kakak yang dibalas kekehan ringan oleh si empu.
"Ada apa hmm? "
Kalau adiknya manja begini, siapa yang tidak akan meleleh bung?
Caesar jadi dagdigdug sendiri, adiknya tidak sedang merencanakan hal aneh kan?
Kalaupun iya, tidak apalah, morres yang manja dengannya kapan lagi memang?
Morres meletakkan kedua telapak tangannya di sisi wajah caesar, dan membuat sang kakak menunduk, menatapnya
Mereka berdua saling memandang dalam hening, sampai morres tiba-tiba tersenyum lebar memperlihatkan barisan gigi rapinya dengan mata yang menyipit.
Reaksi caesar pun hanya mengangkat alis, sudah kepalang heran dia.
"Ada apa denganmu? "
"Hehehe, kak caesar, hehehe"
"Hah? "
"Jangan pergi, temani morres saja di rumah ya kak? "
Di akhir kata, morres mengecup pipi caesar, yang membuatnya linglung seketika. Si sulung sedang memproses kejadian mendadak tersebut.
Terlampau gemas, caesar akhirnya balas menciumi seluruh wajah morres dan menggelitikinya. Morres hanya bisa tertawa terbahak-bahak, mencoba melepaskan diri dari serbuan tangan jahat sang kakak.
Di hari itu, caesar ujung-ujungnya tidak jadi pergi bekerja, untungnya saja bisa dihandle di dalam rumah. Apalagi morres tidak mau lepas dari tubuh caesar dan mengekorinya kemana-mana, seakan tak mau melepas pengawasan sekalipun.
Bahkan di ruang kerja, morres bisa-bisanya meminta pangku oleh caesar dan merusuhinya mengerjakan dokumen. Untung kakaknya sabar dan sayang adik, andaikata tidak, sudah dibuangnya morres sedari dulu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Omake :Caesar mendongak dari tumpukan kertas yang tengah dia kerjakan, mengalihkan pandangan pada sofa di ruang kerja miliknya, dan dapat ia lihat morres yang tertidur lelap disana.
Sudah siang sekarang, dan caesar berniat memesan makanan pada pelayan untuk keduanya, tapi melihat morres terbuai mimpi, jadi tidak tega rasanya untuk dia bangunkan.
Oleh karena itu, caesar beranjak dan menggendong morres ala bridal style, membawa sang adik ke kamarnya.
Caesar ikut berbaring, dan menyelimuti tubuh mereka berdua. Tak lupa ia peluk erat tubuh morres, menahannya di tempat kalau-kalau dia bangun malah kabur dari sisinya.
Eits, tidak semudah itu ferguso. Salah sendiri malah sibuk mengintili caesar sedari tadi. Pokoknya sampai caesar sendiri yang mau, morres tidak boleh lepas dari genggamannya, BIG NO.
"Selamat tidur, adikku sayang"
Ucap caesar pelan, lalu mengecup dahi morres, sebelum menutup mata dan mengikuti adiknya menyelam ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Four older brothers
FanfictionKehidupan morres dengan keempat kakak gilanya Caesar, from rose and champagne by ZIG Jake, from shutline by Kyou. Ilay, from passion by Yuuji Zenya, from codename anastasia by Boy Season Morres, from children of the holy emperor by Kapeinnamus All...