morres

288 26 6
                                    

Ilay melangkahkan kaki santai menuju kamar morres. Hari sudah sangat larut dan dia baru tiba dari jerman.

Ilay tidak sudi mengakui, tapi dia begitu rindu dengan adik bungsunya.

Setibanya di depan pintu, ia menerobos masuk tanpa mengetuk,tampak tak peduli pemilik kamar sudah tidur ataupun belum.

Ilay memang tidak perhatian, tapi dia sangat tau rutinitas adiknya, morres. Mulai dari waktu bangun tidur sampai tidur lagi, sudah ia ingat di luar kepala.

Seperti sekarang ini, dia yakin morres sudah terlelap. Oleh sebab itu, ilay leluasa memasuki benteng pertahanan sang adik (morres menyebut kamarnya begitu).

Karena morres saat tidur macam simulasi mati, ada perang saja sepertinya bocah itu tidak akan peduli, dan sibuk menjalani mimpi.

Begitu ilay memasuki ruangan, bisa dia lihat ranjang berantakan dengan sang pemilik tidak ada di atasnya .

Ia edarkan pandangannya menuju seluruh ruangan luas yang bernuansa abu muda dan hitam itu. Matanya tajam menelisik, mencari seonggok tubuh mungil yang sangat dikenalnya.

Benar saja, sosok morres dapat ilay temukan berada di sudut tergelap dalam ruangan miliknya sendiri.

Di penglihatan ilay yang terasah, bisa ia lihat mata abu cerah yang biasa morres tampakkan, menggelap. Sorot mata mati dan kosong yang tampak mengerikan.

Tapi ilay sudah tidak heran lagi, begitupun saudaranya yang lain. Sejak lama hal seperti sekarang, sering tejadi pada morres.

Pertama kalinya, mereka semua pikir jika anak itu kabur, tapi ternyata mereka selalu menemukan si bungsu berada di tempat yang sama, seperti ilay menemukannya saat ini.

Jake yang gusar memaksa morres untuk melakukan pemeriksaan, walau ditolak terlebih dahulu, tapi morres akhirnya setuju.

Dan mereka semua dikejutkan dengan fakta bahwa morres memiliki penyakit tidur berjalan. Morres sendiri tidak tau sejak kapan itu terjadi, dan apa alasannya. Tapi mereka berempat secara serempak yakin jika itu karena trauma masa lalu.

Tidur berjalan morres agaknya dimulai saat bocah itu genap berusia sepuluh tahun, dan sesaat setelah mengetahui fakta bahwa seluruh keluarga yang dulu membesarkannya, bahkan ibunya, telah mati terbunuh.

Morres kecil waktu itu shock berat, dan langsung pingsan, dokter bilang jika dia terlalu stress juga banyak pikiran. Padahal setelah kejadian tersebut, morres saat ditanya apa dia baik-baik saja, hanya akan tersenyum lebar serta dengan ceria berkata dia tidak apa-apa.

Syukurnya penyakit ini tak sering datang sekarang. Tapi ada apakah gerangan sampai morres tidur berjalan lagi?

Ilay pikir saudaranya yang lain memang beban dunia dan beban pikiran, sehingga orang waras manapun gila seketika. Tapi dia juga tau mereka semua satu benih, begitupun morres, harusnya bocah itu baik-baik saja kan? Jadi, kenapa penyakit itu datang lagi setelah 3 tahun lamanya hilang entah kemana yang begitu disyukuri? (Soalnya, kalau beban mah tidak usah datang)

-:-

Setiap kali morres tidur berjalan pasti mereka menemukannya di sudut kamar, dan selalunya dalam keadaan duduk memeluk lutut serta mata kosong seolah menatap ke kejauhan.

Dan ketika mereka datang untuk meraihnya atau sekadar menepuk tubuhnya, pasti morres akan tiba-tiba ambruk macam orang pingsan, padahal dia hanya kembali tertidur.

Ilay yang sudah melakukan ancang-ancang menangkap sang adik saat sekiranya dia menjatuhkan diri.

Dan,

HAPP

tertangkap sudah tubuh morres dengan sempurna di pelukan ilay.

Kamar itu sunyi gelap, dengan pancaran alami raja malam yang menyelimuti. Mata morres tampak merah dan bengkak hebat, jejak air mata juga masih segar tertampak.

Jika dilihat sekilas dan tidak teliti mungkin tak akan pernah tau, tapi ini adalah seorang ilay riegrow, manusia hebat yang dilatih dalam berbagai keadaan juga tempat.

Sedari awal ilay juga tau adiknya tengah menangis. Namun, dia, caesar, juga zhenya itu satu spesies yang sama, yaitu "manusia yang tidak bisa membuat orang menangis bisa berhenti".

Lagipula, jika adiknya sama sekali tidak sadar keadaan sekitar dan diri sendiri, bagaimana ilay menenangkannya kan? (Dia saja yang tidak ada usaha)

Tapi menangkap morres yang terjatuh sudah terhitung effort kok. Coba saja itu zhenya, tidak sudi ilay nanti, iuh amit-amit.

Jadi bisa dikatakan ilay, sudah secuil masuk kategori kakak yang baik (masih dipertanyakan)

-:-

Ilay baringkan tubuh mungil sang adik, dan menyelimutinya lembut. Ia usap surai pirang pucat morres dan sedikit menjawil pipi gembilnya.

Ilay memandang wajah morres dengan sedikit keheranan, bagaimana seseorang yang tidur bisa terlihat rapuh, kecil, sekaligus indah? Berbeda sekali saat sadar, beringas sekali seperti macan betina.

Ia akui diantara semua orang yang pernah ditemuinya, rupa dan fisik morres lah yang paling elok, bahkan bisa menandingi wanita-wanita di luar sana.

Jemari ilay meraba seluruh bagian wajah morres dan berhenti di bibik pink alami sang adik, tatapannya terkunci dan tangannya sibuk membelai belahan bibir morres.

Tapi hal itu tidak berlangsung lama, ilay beranjak pergi, karena kedatangannya hanya untuk mengecheck keadaan adiknya. Jika sekiranya baik-baik saja, untuk apa berlama-lama?

Untuk terakhir kalinya sebelum dia benar-benar keluar kamar morres, ilay menggigit pipi morres sampai membekas merah dan dia merasa puas.

Ingat kawan-kawan, morres jika tidur itu simulasi mati. Jadi tidak peduli apapun kejadian yang menimpanya saat tidur, si empu pasti tidak akan tau (contohnya seperti yang ilay lakukan sekarang, karena besok jika morres tau, pasti yang pertama disalahkan adalah zhenya, dan si bajingan gila itu tidak akan membela diri).

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Omake :

Sarapan pagi itu berjalan buruk, sebab morres yang turun ke ruang makan  dengan wajah mengerut hebat, dia sepertinya merajuk.

Si bungsu mengedarkan pandangan, dan menguncinya dengan tajam pada zhenya yang balas menyeringai ke arahnya.

"KAU YANG MENGGIGIT PIPIKU KAN!! "

sangat hancur mood morres pemirsa. Masalahnya, saat ia di kamar mandi untuk bersiap-siap, malah dibuat terperangah dengan cetakan bentuk gigi besar yang memenuhi kedua pipinya, pantas saja bangun tadi rasanya kesemutan parah.

Morres sangat yakin jika pelakunya adalah kakak keempatnya, zhenya. Memang siapa lagi jika bukan si sinting itu? jawabannya pasti TIDAK ADA.

Lihat saja sekarang, saat morres masih sibuk mengusap kedua pipinya karena perih yang tersisa, bajingan zhenya malah tertawa-tawa tidak jelas.

Fix, memang zhenyalah pelakunya, TITIK tidak ada koma.

Pagi itu ruang makan menjadi riuh sebab adu mulut zhenya dan morres yang terus berkesinambungan. Anak keempat yang terus mempermainkan adiknya, dan si bungsu yang masih tak terima sebab pipinya digigit dan mencoba membalas dendam.

Disisi lain ilay hanya menatap kejadian tersebut di meja paling ujung bersebrangan dari keduanya, sibuk dengan pikirannya sendiri,

"Hari yang damai"

Ucapnya dalam hati sembari menghela nafas tertekan.

Four older brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang