ribut

320 28 3
                                    

Hari yang damai, dimana seluruh anak sasha tengah berkumpul di ruang keluarga, menikmati waktu kebersamaan yang jarang terjadi.

Suasananya tenang dan hening, tidak mencekam walau diisi oleh para manusia gila darah.

"Jika aku ingin keliling dunia sendiri, boleh kan? "

Sampai suara morres memecah fokus masing-masing orang.

"Untuk apa keliling dunia sendirian? "

Wajah caesar mengeras, nampaknya dia sangat tidak suka dengan pertanyaan sang adik.

"Karena aku sudah dewasa, lagipula di rumah terus itu membosankan. "

Morres yang balik ditanya merengut sebal, tapi karena dia adik baik hati, jadi masih dijawabnya pertanyaan caesar.

"Bagi kami, kau itu masih bayi morres"

"Aku sudah 15 tahun, kak jake! "

Hei, Tidak terima morres bung! Sudah besar begini dianggap bayi. Terus mereka apa? Balita begitu? Lawak benar kakaknya.

"Morres, kau biasanya kan ikut denganku ke Amerika, apa itu tidak cukup? "

Jake kali ini bertanya lembut, mencoba bernegosiasi dengan adik bungsunya.

"Tapi kan beda kak, lagian jika terus-terusan Rusia-Amerika jadinya jenuh"

Morres membuat jawaban masuk akal untuk keempat kakaknya, berusaha meyakinkan mereka untuk membebaskannya setidaknya satu kali saja.

Bisa morres lihat jake dan caesar yang saling bertatapan, seolah mereka sedang telepati, tapi wajah kakak sulungnya itu tidak enak dipandang, tampak mengerikan, dengan ekspresi keras sangat tidak setuju. Berbeda sekali dengan jake yang pasrah, memberi keputusan final pada caesar.

Zhenya dan ilay sedari tadi berada di ruangan yang sama dengan mereka, terlihat sangat tidak peduli dengan apa yang terjadi, kembali sibuk dalam dunia masing-masing.

Morres heran, sejujurnya dia hanya bertanya asal, juga ingin mengetes bagaimana reaksi keempat kakaknya itu.

Dua orang, zhenya dan ilay bisa dikatakan aman. Jake itu tipe yang iya-iya saja namun ada syaratnya, tapi bolehlah dikata.

Terakhir caesar, si sulung itu tampak tak suka dengan pembahasan semacam ini, bisa dilihat dari rautnya yang tidak bersahabat dengan morres.

Morres jadi merasa serba salah, dia itu cuma bertanya loh, BERTANYA! Kan katanya kalau malu bertanya sesat di jalan. Sebenarnya morres sudah menguatkan mental lho mengajukan persoalan yang dia tau sedikit mengancam nyawa, kenapa tanggapan caesar malah begitu.

"Morres, kau bisa pergi"

"Apa? "

Jawaban itu berasal dari caesar, yang membuatnya kaget bukan main. Seorang caesar yang selalu dengan amat sangat terpaksa memperbolehkan morres ikut bersama setiap kali jake ke Amerika, sekarang begitu mudahnya memberi izin?!

Wajah morres yang tadinya cengo sebab kejutan tak terduga dari sang kakak sulung, berubah sumringah dan terlihat sekali bahagianya.

"Sungguh?! "

Morres berlari menuju caesar yang duduk bersebrangan di sofa single khusus miliknya.

"Kau tidak bohong kan kak?! "

Mata morres berbinar-binar, seolah masih tak percaya. Dalam hati dia menyesal kenapa tidak bertanya baik-baik sedari dulu, tak perlu acara kabur dan drama permusuhan segala. Kalau begini jadinya morres senang setengah mati.

Tapi, itulah letak kesalahannya, lagian untuk apa percaya pada iblis penjelma manusia seperti kakaknya? Karena yang ada hanya kecewa dan terluka.

Berharap kok sama manusia, jangan ya dek ya.... Sakit, kamu nggak akan kuat.

.
.
-:-
.
.

Morres pada akhirnya tidak jadi menyusun rencana perjalanan teman-teman.

Apa alasannya? Karena caesar menyebalkan.

Bagaimana ceritanya? Pikir saja sendiri, morres sudah dongkol dan tak peduli lagi.

Bayangkan saja, dia sudah berbesar hati memberi kepercayaan penuh kepada saudaranya. Eh, malah di hempas dengan begitu mudahnya.

Semua itu, caesar punya pasal.

Kakaknya berkata, dia memang boleh pergi, tapi syaratnya harus membawa bodyguard minimal 30 orang, dan caesar harus ikut bersamanya.

"Pekerjaan bisa di urus yang lain"

Itu yang caesar bilang tadi dengan sombongnya. Mungkin karena punya saudara banyak kali ya? Bisa dipergunakan untuk waktu tak terduga.

Ujung-ujungnya keempat kakaknya sibuk bertempur. Tiga yang lain karena tersulut omongan si sulung dan tak terima, dan caesar sendiri yang hanya ikut-ikut saja.

Morres  menatap kosong ke arah empat sosok macam binatang buas lepas kandang yang menghancurkan seluruh ruangan.

Rusak sudah hari indah yang sebelumnya berjalan lancar.

Morres mendapat pelajaran berharga dari kejadian ini, yaitu :

1. Jangan berharap pada kakaknya
2. Jangan percaya pada kakaknya
3. Sudah, paling benar memang kabur saja!
4. Harus dipikir dulu kalau bertanya, soalnya banyak saudaranya itu sensitif macam wanita PMS.
.
.


.
.
.
.
.
.
.
Omake :

Morres tengah berada di kamar zhenya, duduk diam di atas kasur, mengamati pemilik ruangan yang berbaring di sampingnya

"Jadi, kau akan pergi ke korea? "

"Ya, kenapa? Ingin ikut? "

"Tidak mood"

Zhenya hanya tertawa kecil menanggapi, paham jika sang adik masih merajuk sebab masalah dengan caesar tadi.

Morres jengah, niat hati datang ke kamar kakak keempatnya untuk penghiburan diri, malah hanya ditertawakan.

Dia sudah beranjak dari kasur, ketika tiba-tiba tangannya ditarik kasar, hingga membuatnya terlentang.

Morres tidak bergerak, sebab tubuh zhenya menindihnya. Morres tidak bisa memberontak karena kalah badan juga tenaga, jika dipaksakan, yang ada tubuh nya tidak berakhir baik-baik saja.

"Ada ap-ackkk!"

Belum sempat morres mulai memperotes, lagi-lagi zhenya main menggigit kuat bahu morres yang terbuka(zhenya menarik kerah baju morres sampai kancing terputus).

Si sinting zhenya memang agak lain, kalau tidak main tangan, ya main mulut dengan morres. Cucunguk satu itu juga hobi main perasaan lagi, memang manusia parah.

Mood morres yang sudah hancur ditimpa tangga, terpleset ujung jurang malah ditambah lagi jatuh dari kayangan.

Sial kali, tapi morres sudah terlalu kesal, lelah, dan pasrah.

Pada akhirnya, pilihan morres hanya tersisa satu hal,

"KAK JAKEEEE!!!!! "

Four older brothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang