"Van udahlah, lo udah minum berapa banyak coba? Gue tau toleransi alkohol lo tinggi tapi ya gak sebanyak ini juga" ucap haekal berusaha menghentikan jevano yang terus menerus meminum-minumannya.
"Gue capek kal..." lirih jevano dengan keadaan setengah sadar.
Haekal menghela nafas pelan seraya mengusap pelan surai hitam legam milik sahabat yang sudah dianggap adik olehnya.
"Gue pengen bahagia...tapi gak bisa"
"Kenapa harus gue? Kenapa harus gue yang liat mama kaya gitu?"
"Kenapa harus keluarga gue?"
Haekal tetap diam dan membiarkan jevano terus merancau tentang apa yang ada dalam pikiran pemuda itu, suara musik ditempat itu terdengar begitu besar namun entah bagaiman haekal tetap bisa mendengar lirihan sang sahabat. Hingga saat jevano berdiri dan hendak melangkah haekal menarik tangan jevano.
"Mau kemana?" tanya haekal.
"Pulang"
"Gue antar ya?"
Jevano menggeleng "Gue masih bisa bawa motor. Pastiin besok lo udah nemuin apart yang gue minta dan tolong kelola cafe untuk beberapa saat ini"
"Iya, gue cari apartnya. Gue antar ya?" tawar haekal sekali lagi.
"Gak"
Jevano melepas cekalan tangan haekal dan mulai kembali melangkah, haekal juga segera melangkah dan memastikan jevano baik-baik saja.
Saat tiba diparkiran jevano menatap haekal "Gue duluan"
"No...gue antar ya?"
"Ck, berisik lo!" sentak jevano.
"Gue khawatir. Gue antar ya?"
Jevano kali ini abai dan tak lagi menghiraukan haekal, pemuda itu langsung memasang helm fullfacenya lalu menaiki motor besar dan mulai berjalan meninggalkan haekal yang masih setia menatap kepergiannya.
Tetes demi tetes air dari langit mulai membasahi bumi, membuat jevano menambah kecepatan motornya.
Namun pusing mulai melanda kepalanya, membuat pemuda itu berkali-kali mengedipkan matanya dan mengoyangkan kepalanya kekiri dan kekanan berharap bisa sedikit menghilangkan rasa pusingnya.
Hingga dipersimpangan yang tak jauh dari mansion, jevano kehilangan fokus dan tak menyadari ada sebuah mobil yang melaju dari arah berlawanan dengannya.
Brakk...
Tubuh pemuda berahang tegas itu terpental jauh setelah terbentur dengan motornya sendiri.
Dia sendiri...
Mobil yang menabraknya melarikan diri.
Pandangam jevano meremang, bau anyir mulai memenuhi indra penciumannya.
"Vano! Gak! Van...hiks"
Hanya suara sang sahabatlah yang menjadi hal terakhir yang dapat didengar oleh jevano sebelum menutup kedua bola matanya.
♤♤♤
Haekal menatap kedua telapak tangannya yang kini dipenuhi oleh darah dari sahabatnya, air matanya terus menetes membayangkan betapa banyaknya darah sang sahabat yang terus mengalir mengotori tangan serta bajunya.
"Haekal!"
Haekal tak menggurbris panggilan itu, dalam hatinya pemuda itu terus menyalahkan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistakes In The Past
DiversosJevano menuliskan betapa sempurnanya ibunya dan dengan bangga membacakan suratnya didepan semua wali murid disekolahnya tepat dihari Ibu, tapi dalam kurun waktu 1 jam semuanya berubah ketika hati dan kepercayaannya dihancurkan oleh wanita yang dipan...