Bus

3.6K 24 0
                                    

Arkan adalah remaja berusia 17 tahun yang menyembunyikan kehamilannya. Setelah 1 tahun lalu ia bermalam dengan Jazz, ketua tim basketnya yang populer. Sedangkan ia hanya pemain cadangan yang akan dipanggil saat anggota tim inti cidera.

Kini Arkan menatap dirinya di depan pantulan kaca. Kaos putih yang dibalut seragam basket sekolahnya. Perutnya yang sudah besar ia tutup paksa dengan korset 5 lapis.

Iya. Setiap bulan perutnya semakin besar dan korset pun semakin bertambah. Namun disatu sisi perutnya sakit karena korset yang menyesakkan.

Seperti sekarang. Sudah dari pagi ia merasa perutnya keram dan sakit tapi semakin kesini ada rasa mulas yang mendominasi.

Ia yakin sekarang ia tengah kontraksi. Mengingat ia terus menunda kelahirannya karena bulan-bulan ini adalah pekan olahraga di setiap sekolah. Mau tidak mau ia harus ikut kemana pun tim akan berlomba.

Seharusnya 2 bulan lalu ia lahiran, namun ia terus meminum obat agar bayinya tidak lahir, setidaknya tidak sekarang.

"Ayo anak-anak sekarang giliran kita!" Couch James sibuk memberikan semangat untuk anak-anak didiknya.

Dan benar saja sesuai dugaan Arkan. Ia kembali duduk di kursi cadangan. Permainan berjalan selama satu jam. Ia duduk dengan gelisah di kursinya.

Mules muless.. Boleh ke wc gak ya?

Rasanya mulas sekali. Ia terus menggigit kukunya dengan gelisah. Tangan yang satunya terus memegang perutnya yang terasa sakit.

"Emmmhhh... " Arkan menggigit bibirnya saat kontraksi kembali datang. Ia duduk seraya merapatkan kedua kakinya.

Ia tidak tahu sudah bukaan berapa. Yang pasti jarak kontraksinya semakin dekat. Ia panik bukan main. Apalagi tidak ada orang yang tahu tentang kehamilannya. Dan juga kini mereka ada di sekolah lain.

Kondisi yang tidak memungkinkan.

Aduh... Sakit banget...

"Ar, lo gapapa?" Tanya Dean yang daritadi melihat gelagat aneh temannya.

"G-gapapahh..."

Sakit... Bayi tolong jangan lahir dulu....

Arkan berusaha terlihat normal. Ia menatap lapangan, ada Jazz yang tengah bermain dengan gagahnya. Sesekali ia mengoper dan menghindar dari lawannya. Ia terlihat keren.

Namun semuanya tidak berlangsung lama, saat seseorang menubruknya dengan keras saat ia tengah mengshoot. Seketika ia jatuh dengan posisi kaki yang belum siap.

"AARGHH!" Suara erangan Jazz terdengar menyakitkan. Couch dan teman-temannya mulai menghampiri. Tapi tidak dengan Arkan. Sialnya ia tengah menahan gejolak kontraksi yang kuat.

Tubuhnya bergetar hebat sembari meremat perutnya. Ia merasakan ada sesuatu yang mulai turun dari menekan penisnya.

Sakittttt... Jangan sekarang! Aahkkk!!

Arkan meremas jerseynya yang sudah basah oleh keringat. Padahal ia belum berolahraga tapi tubuhnya sudah basah oleh keringat.

"Arkan.. "

Aahhh sakit... Ud-udah mulai turunn, jangan duluu!!

"Arkan."

Eemmghhh gakkuat gakkuatt ahk!

.
.
.

Untuk sisanya lanjut di Karyakarsa.
Link on my bio!

mpreg tuiwTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang