Azka, lelaki berusia 20 tahun yang tengah hamil tua. Ia kabur bersama pasangannya Kevin. Selama masa kehamilannya Kevin sering kali berperilaku aneh.
Ia senang sekali melihat Azka kesakitan, tak jarang Azka dipaksa untuk bekerja berat padahal usia kandungannya sudah 9 bulan.
Seperti saat ini, Kevin tengah diam-diam menaburkan bubuk obat kedalam susu hamil untuk Azka. Matanya melirik Azka yang tengah sibuk membersihkan ruang keluarga.
"Azka minum dulu susunya!" Titah Kevin.
Tumben.. Batin Azka, namun ia tetap meminumnya tanpa curiga.
Satu jam berlalu, Azka duduk di ruang tamu dengan gelisah, ia merasa mulas. Beberapa kali ia bolak balik ke WC sembari mengusap perutnya yang lonjong.
Kevin sedari tadi hanya sibuk bermain game sambil sesekali melirik Azka. Ternyata obatnya mulai bereaksi.
"Kev, aku mules..." Kata Azka akhirnya. Ia duduk di sebelah Kevin.
"Kontraksi palsu?"
"Aku gak tau.." Azka membenarkan posisinya yang terasa tak nyaman.
Kevin bangkit dari duduknya, kembali membuatkan susu yang diberi obat kontraksi untuk Azka.
"Minum dulu, mungkin kontraksi palsu. Nanti kalau udah bukaan 9 kita baru otw RS."
"Kenapa gak sshhh.. sekarang aja, biar langsung di periksa auh..."
"RS jauh, kalau cuma kontraksi palsu malah buang-buang waktu. Udah kita tunggu aja, biar aku yang cek pembukaan beneran atau ngga nya," balas Kevin jutek. Namun dalam hati Kevin sangat gembira melihat Azka yang mulai kesakitan.
Satu jam berlalu, Azka merasa jarak kontraksinya semakin dekat dan semakin sakit. Ia hanya bersandar lemah pada sandaran sofa.
Kevin malah sibuk dengan laptopnya seakan tidak mendengar Azka yang terus kesakitan.
"Aaauhhhh aahhh... Ssshh K-kevin coba kamu periksa bukaan aku.. Nghh"
Kevin membuka celana Azka lalu melihat lubang yang terbuka cukup lebar. Mungkin sekarang bukaan 8.
"Masih bukaan 4, emang sakit banget?" Tanya Kevin cuek.
Azka mengangguk. Wajahnya sudah pucat dan bermandikan keringat. Perutnya mules sekali.
"Coba kamu jalan-jalan biar bukaannya cepet."
Azka setuju, ia bangkit dengan perlahan, kakinya bergetar hebat saat kontraksi menghantamnya kuat.
"Aduhhh mules banget Kev!" Azka sedikit membungkuk sembari berpegangan pada meja.
"Ya itu artinya gerakan kamu membantu," Balas Kevin tanpa melirik Azka yang berjalan kesusahan.
"Mules banget Kev.. Mau ngeden!" Azka nyaris terjatuh kala hantaman kontraksi semakin menggempurnya. Ia tidak mampu bangkit lagi walaupun hanya beberapa langkah menuju sofa.
"Jangan dulu! Sini aku cek bukaannya." Kevin mendekat, dilihatnya lubang yang terbuka sempurna.
"Baru bukaan 7, jangan ngeden dulu."
"T-tapi ini mules bangett enhghhh, mau ngeden mau ngeden KEVINNNNN AARGHH." Azka semakin gelisah.
.
.
.Untuk kelanjutannya ada di karyakarsa ya!