Merman

3.6K 34 0
                                    

Shenjuan adalah mahasiswa berprestasi yang tengah menempuh S2 di universitas favorit di China. Sejak kecil ia sangat tertarik dengan dunia laut. Ibunya pernah bercerita tentang merman yang ada di teluk Anfu. Namun banyak orang berkata jika merman hanyalah mitos.

Shenjuan yang tidak percaya dengan fakta itu memilih untuk terus melanjukan penelitian tentang Merman. Mulai dari sejarah, tempat terakhir dilihat, fisik, dan lain-lain.

Di usianya yang ke 28 ia memutuskan untuk memulai kembali penelitian yang sempat terhenti di tahun 1999 karena keterbatasan biaya.

Tapi kali ini ia berhasil meyakinkan profesor juga investornya jika keberadaan merman itu benar-benar ada, dan bisa menjadi sarang bisnis.

Mereka berencana untuk memperjualkan sirip dan juga air liur merman yang dipercaya sebagai obat dari segala penyakit.

Setelah hampir 1 tahun penelitian, Shenjuan beserta 2 kru nya berhasil menangkap satu merman tak jauh dari teluk Anfu.

Merman dengan rambut panjang berwarna putih kebiruan dan ekor panjang berwarna putih mengkilap sepanjang 2 meter.

Sudah 4 hari Shenjuan berdiam diri di laboratorium. Ia melewatkan makan dan minum yang layak hanya untuk mempelajari merman tersebut.

Sampai suatu malam, saat badai pasang dan kedua kru yang kesusahan menahan kapal agar tetap berdiri. Shenjuan masih tetal di laboratorium.

Ia duduk di samping aquarium raksasa yang berisi merman yang tengah ganas-ganasnya. Shenjuan dengan jiwa penasarannya mendekatkan wajahnya.

Gelombang ombak besar masih menerpa kapal, menyebabkan riak aquarium semakin dasyat. Air sudah berserakan ke lantai laboratorium.

Shenjuan takut jika merman tersebut akan mati karena tekanan air yang kurang. Ia dengan panik mendekat.

Namun tanpa ia sadari, merman tersebut dengan cepat menarik tubuh Shenjuan ke dalam aquarium raksasa. Menariknya sampai dasar.

Ia berusaha memberontak, namun tubuh merman sangat licin. Ia tidak mampu melawan. Kurang lebih hampir 3 menit ia berusaha untuk ke atas, mencoba menarik napas.

Tapi semakin lama tubuhnya semakin lemah. Pandangannya mulai memburam dan tubuhnya mengejang. Satu hal terakhir yang ia ingat, bibirnya bersentuhan dengan merman tersebut.
Ia bisa merasakan bola-bola kecil yang masuk melalui kerongkongannya.

.
.
.

"Shenjuan, kau sudah sadar?" Ia mengedarkan pandangan lemah ke seisi ruangan. Dari jendela kecil ia bisa melihat matahari yang sudah terbit.

"Apa yang terjadi?"

"Kau pingsan di laboratorium dan tubuhmu basah."

Shenjuan bangkit dengan perlahan. Ia ingat bagaimana ia berjuang menarik napas ke permukaan sebelum akhirnya kehilangan kesadaran.

"Bagaimana dengan mermannya?"

Kedua kru yang bernama Patkai dan Gukong hanya saling pandang. Ia bisa tahu ada yang terjadi semalam.

Segera Shenjuan berlari ke laboratorium, mengabaikan tubuhnya yang masih lemas.

"Apa apaan ini?!" Pekiknya saat melihat Merman yang sudah mengapung di aquarium. Kulitnya yang awalnya putih terlihat membiru.

Merman tersebut sudah mati.

"Kita bahkan belum menunjukan lada profesor dan investor!" Shenjuan terus berteriak mengumpat melihat keadaan laboratorium yang berantakan.

"Apa yang harus kukatakan nanti pada mereka?!"

"Ahh sialan!"

"Lebih baik kalian pergi! Aku butuh waktu untuk berpikir."

Setelah kepergian kedua kru, Shenjuan berjalan mendekati mayat merman. Ia menariknya dengan sekuat tenaga dan mengikatkan ekornya ke pinggir agar tidak berenang kemana-mana.

Shenjuan lanjut meneliti. Apa perbedaan merman saat hidup dan mati. Ketika ia membuka mulut merman, terdapat kurang lebih 4 mutiara sebesar kelereng dimulutnya.

Melihat itu, mengingatkannya pada keadaan sebelum ia pingsan. Ia ingat ada puluhan mutiara yang memasuki kerongkongannya.

Mengingat itu, ia buru-buru mencari alat USG yang biasa ia gunakan untuk melihat organ dalam merman.

Seketika ia memekik mendapati di dalam tubuhnya ada kurang lebih 10 bola yang bersarang di perutnya. Mutiara-mutiara itu 2 kali lebih besar dari sebelumnya. Sebesar bola bekel.

Segera ia menghubungi profesor dan menceritakan keadaannya saat ini. Katanya profesor akan datang besok.

.
.
.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Prof Qinghe.

Shenjuan meneguk ludah, tak mampu menjawab. Selang 24 jam perutnya jauh lebih besar. Seperti orang hamil 7 bulan.

"Cukup berat Prof. Aku tidak tahu bagaimana ini akan keluar."

Prof Qinghe mendekat, ia memegang perut Shenjuan dengan perlahan. Perut besar dengan urat-urat ungu dibagian bawah perut.

"Apa yang harus aku lakukan dengan ini?" Tanya Shenjuan menunjukan perutnya.

"Kita akan ke Shanghai sekalian bertemu investor. Dan akan kami rapatkan bagaimana kelanjutannya."

"Ke Shanghai akan memakan waktu satu hari," Gumam Shenjuan khawatir. Ia tidak yakin berapa lama ia akan bertahan dengan perut yang terus membesar.

"Kita pergi sekarang." Shenjuan mengangguk. Toh ia tidak akan ditugaskan. Ia hanya rebahan sembari menonton bagaimana perutnya tumbuh.

Di lain tempat Prof sibuk mengatur apa yang seharusnya tugas Shenjuan. Begitu tiba, ia membawa 5 kru sebagai tambahan.

Kini waktu menunjukan pukul 6 sore. Matahari sudah terbenam, Shenjuan membuka matanya perlahan. Ia ketiduran karena tidak melakukan apa-apa.

"Ouhh..." Ia merubah posisi menjadi duduk. Perutnya kini seperti orang hamil 9 bulan.

"Kau sudah bangun? Ayo makan." Patkai membawakan beberapa makanan dan minuman.

"Apa kau tidak takut?" Tanyanya saat Shenjuan tengah makan.

"Tentu saja takut. Perut besar begini, seperti orang hamil saja."

"Lagian bagaimana bisa perutmu seperti itu."

"Kalau aku bilang karena ciuman dengan merman, apa kau percaya?"

"Apa? Tentu saja tidak! Dasar aneh.." Shenjuan tertawa melihat respon Patkai.

.
.
.

Subuh ini Shenjuan tiba-tiba terbangun karena perutnya yang berbunyi. Ia memekik tertahan, sembari mencengkram perutnya.

"Arghh!! Ap-apa ini?!" Ia bertanya panik. Ia membuka kaos putih kebesaran yang ia pakai. Perutnya tampat bergejolak. Seperti ada monster didalam sana.

"Oouuhhh..." Shenjuan memejamkan matanya. Perutnya sakit lagi.

"Mmhhh.. Sshhh..." Ia mengusap perutnya brutal.

Ia bisa merasakan mutiara-mutiara itu bergerak memutar di dalam perutnya. Apalagi kini perutnya seperti orang hamil 14 bulan. Urat-urat keluar di kulit perutnya yang tipis.

Kini ia duduk bersandar pada kasur dengan kaki yang ia buka sebesar perutnya. Sesekali melenguh sembari menikmati rasa sakit yang terus dirasakan.

.
.
.

Guys lanjutannya ada dj karyakarsa ya...
Yang ini cukup panjang, ada 2.1k.
Hope you guys enjoy it!

mpreg tuiwTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang