Naren adalah atlet diving yang berkarir lebih dari 10 tahun sebelum ia akhirnya memilih menikah dengan pelatihnya 1 tahun yang lalu.
Kini ia tengah mengandung 11 bulan lamanya. Ezra atau yang biasa disebut pelatihnya dulu, terus menyuruh Naren untuk menunda kelahirannya.
"Aku ingin melahirkan setelah liburan ini selesai," kata Naren saat mereka kini tengah berduaan di hotel mewah dekat pantai Positano di Italia.
"Besok lusa?" kata Ezra yang sibuk menyiapkan suntikan dengan cairan berwarna kuning cerah. Sebuah obat penunda kelahiran.
Naren mengangguk. Ia tidak kuat, perutnya semakin besar dan semakin sakit saat mengenakan baju renangnya. Ia merasa sesak.
"Hmm..." Ezra tampak berpikir sebelum akhirnya tersenyum licik.
Naren yang melihatnya menegak ludahnya kasar. Ia tidak menyangka setelah menikah Ezra berubah 180° menjadi maniak hamil.
"Boleh, tapi ada satu syarat."
"Apa?"
"Pakai ini." Ezra menunjuk sebuah vibrator berbentuk telur.
"Berapa lama?"
"Sampai besok lusa, dimana kau bisa melahirkan dengan bebas. Itu yang kau mau kan?"
Naren menimang sejenak. "Oke."
Ezra tersenyum penuh kemenangan. Suntikan tadi akhirnya ia buang. "Menungging!" Titahnya pada Naren.
Setelahnya, telur itu masuk tanpa butuh banyak usaha. Lubang Naren seketika mengeras, matanya terbelalak. Ia tak menyangka sensasinya akan seperti ini.
"Kalau begitu ayo kita pergi," kata Ezra.
"Kemanahh?"
"Berjalan-jalan di pantai."
Naren membuang napas kasar. Ia kembali memakai celananya. Sensasi bergetar terus menganggunya, setiap langkah yang ia ambil membuat telur itu bergerak lebih dalam.
"Engh angh.." Naren memperlambat langkahnya saat vibrator itu bergerak lebih keras.
Ezra tersenyum licik. Remotenya sengaja ia naik turunkan, membuat Naren tersiksa.
"Bukankah ini indah?" Ezra menatap langit pantai yang berwarna jingga.
"Mmhh engh ahh.. I-iya.. "
Waktu berjalan sangat lama bagi Naren. Kini malam tiba, bahkan Ezra sudah merebahkan diri di kasurnya menggunakan piyama tidurnya.
"Ka-kau harus mmhh melepas inihh.." Naren berdiri berpegangan pada meja nakas. Tubuhnya yang telanjang terlihat berkeringat. Celananya sudah basah karena cum sejak tadi.
"Kenapa aku harus? Kau lupa perjanjiannya?"
"Inihh sudah hmmp! Malam.." Naren menggerakan pinggulnya tak nyaman. Sejak satu jam lalu perutnya mulai sakit. Mungkin karena Ezra tidak menyuntikan penunda kelahiran, makanya kontraksi mulai datang.
"Lalu? Kalau sudah malan kenapa? Kau ingin tidur?"
.
.
.Untuk kelanjutannya ada di karyakarsa ya!