Tungkai kecil itu melangkah cepat menyusuri tangga rumah mereka yang terlampau panjang menuju lantai atas.
Raut panik terselip di wajah gadis cantik bersurai pirang dengan nafasnya yang turut melaju cepat.
Brak!
Pintu itu terhempas dengan begitu kencang setelah di dorong dengan kuat olehnya.
Kedua orang yang sudah lebih dulu berada di dalam sana sontak terlonjak kaget, "Kim Canny! Kau mengejutkan unnie, mimpi apa aku semalam sehingga jantungku terus dilatih untuk berdetak dengan cepat hari ini!"
"Dain-unnie kenapa?" Tanya Canny dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Perlahan ia menghampiri tubuh Dain yang tergeletak lemas di atas kasur, menyingkirkan tubuh Haram yang menghalangi jalannya, "Ya Tuhan, berikan aku kesabaran menghadapi iblis kecil ini!" Sungut Haram yang sudah terjungkal mencium lantai.
Jemari kecil gadis itu mengelus surai lembut sang kakak, "Apakah unnie pingsan? Kenapa bisa tiba-tiba jatuh sakit?"
"Dia tidak pingsan kok, hanya tertidur dan harus dicium oleh pangeran agar terbangun. Menyingkir, biar unnie yang melakukannya."
Plak!
Tamparan yang tidak terlalu keras itu berhasil menepuk bibir Haram yang sudah dimajukan ke depan, "Jangan mengotori wajah unnie-ku dengan ciumanmu. Unnie bau! Sana pulang, aku ingin berdua saja bersama unnie-ku."
"Ahjumma juga keluar sana! Berikan benda itu padaku." Ujar Canny dengan mengambil baskom kecil tempat kompresan Dain. "Aku yang akan melakukannya."
~ T E N G A H ~
Lenguhan keluar dari bibir Dain yang menandakan bahwa gadis itu akan terbangun dari lelapnya.
Mata hazel tersebut mengerjap perlahan berusaha menyadarkan diri, "Aduh." Bahu Dain terasa kaku, sepertinya ada sesuatu yang menimpa bahunya.
Senyuman tipis terukir jelas di bibir tipis Dain setelah menyadari bahwa sang adiklah yang sedang tidur dan menjadikan lengan bagian atasnya menjadi bantalan.
"Canny-ya, ireona! " Panggil Dain berusaha membangunkan si bungsu. "Maknae, ayo bangun dulu. Ini sudah malam."
Melihat tidak ada pergerakan sama sekali dari sang adik, Dain memaksakan dirinya untuk mengubah posisi menjadi miring menghadap Canny.
Cup!
Cup!
Cup!
"Unnie ~" Rengek Canny yang merasa tidurnya terganggu karena ciuman yang diberikan sang kakak namun tetap membuka matanya. "Oh, unnie sudah bangun?"
Dain mengangguk dan tersenyum kemudian kembali mengubah posisinya seperti awal karena pusing kembali melanda.
Melihat sang kakak yang tampak kesakitan, dengan cepat Canny bangkit dan bertanya dengan nada panik, "Unnie, gwaenchana? Mana yang sakit? Katakan padaku! Ayo kita ke rumah sakit saja."
Kepanikan yang ditunjukkan oleh Canny dapat membangkitkan tawa kecil keluar dari bibir Dain. Meskipun kepalanya masih sakit, Dain berusaha untuk menenangkan sang adik, "Unnie tidak apa-apa Canny-ya. Jangan khawatir!"
Canny merengut kesal mendengar tawa sang kakak, "Jangan tertawa! Aku khawatir tau!"
"Unnie baik-baik saja, sayang."
"Tidak berbohong kan?"
"Mana mungkin unnie berbohong. Unnie mengatakan yang sejujurnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
T E N G A H | BABYMONSTER [ ROYEONCHI ft. TAENNIE]
Fanfiction[ O N G O I N G ] Si Sulung milik Ayah. Si Bungsu milik Bunda. Lalu, bagaimana dengan Si Tengah? . . . Update tiap Minggu-Senin.