0.21 Last Practice

384 106 9
                                    

Waktu sudah hampir tengah malam, tetapi manik hazel itu belum kunjung juga terbuai oleh rasa kantuk.

Fokusnya kini malah pada telapak tangan milik sang empu.

Plak!

"Ini tidak mimpi." Tamparan tiba-tiba yang Dain lakukan bukan semata-mata hanya rasa ingin saja. Melainkan pembuktian bahwa apa yang telah terjadi dalam beberapa saat yang lalu benar terjadi.

Raut wajah Gadis Kim masih sirat akan rasa tidak percaya, "Benarkah itu unnie-ku? Aku tidak yakin!"

"Kenapa begitu tiba-tiba?"

Dain mengusak surai indahnya kasar. Tubuh tinggi tersebut turut terpental seiring dengan tendangan kosong pada udara hampa.

"Bagaimana bisa?—"

"Maksudku, apakah Ahyeonnie sedang kerasukan sesuatu?"

Pemikiran aneh itu entah datang darimana asalnya. Ia bahkan sampai heran sendiri ketika membayangkan hal tidak masuk akal itu.

"Tapi dengan satu syarat!"

Kepala Dain yang masih tertoleh kini berubah posisi menjadi agak miring, sedikit penasaran dengan persyaratan yang diajukan oleh sang kakak.

"Jangan pernah membuat masalah di sekolah, jangan mengganggu orang lain. Begitu juga jika dirimu yang diganggu, biarkan saja. Lagipula aku yakin tidak akan ada yang ingin melakukan hal itu padamu."

Itu bukan persyaratan yang sulit, menurut Dain saat ini. Ia yakin, ia pasti bisa melakakukannya.

Demi perhatian dari sang kakak, Dain rela melakukan apapun.

"Aku harus segera tidur. Besok kami akan kembali latihan. Semoga mommy benar-benar tidak menyadari bahwa aku ada disana."

~ T E N G A H ~

"Wah!"

Sorak heboh terdengar begitu nyaring dari dalam ruangan yang di dalamnya hanya berisi oleh empat orang pelajar.

Di hadapan mereka sudah terpampang dengan jelas empat pasang kostum yang akan mereka kenakan nanti pada saat pertandingan yang ditunggu-tunggu terlaksana.

"Sangat keren! Aku tidak sampai hati untuk memakainya."

"Ya sudah, tidak usah dipakai. Pajang saja. Tapi, menyingkir dari sini sekarang karena tempat ini hanya untuk para peserta dan kau dicap sebagai pembelot. Paham?"

Bibir Justin mencebik kesal, "Dasar cerewet!"

"Aku mendengarmu, Takagi!"

"Mianhae, Hyein-ah. Peace!"

Mereka kembali berembuk. Memastikan posisi serta meyakinkan gerakan yang akan ditampilkan. Juga memantapkan gerakan dengan latihan yang hendak kembali mereka lakukan.

Hitungan dan ketukan nada seiras dengan gerak tari yang digambarkan melalui tubuh masing-masing insan.

Indah. Teratur. Penuh makna. Menjadi gambaran yang dapat dipetik dari tiap pergerakan yang dilakukan.

Meski tarian yang dipertunjukkan merupakan gerak tari modern, tetap tidak menutupi bahwa ada arti penuh makna yang terselip dalam tarian tersebut.

Latihan masih terus berlanjut hingga matahari terbenam dan giliran bulan yang menggantikan tugas sahabat terbaiknya untuk menyinari bumi.

Peluh keringat bercucur dengan deras dari wajah menuruni leher hingga sekujur tubuh Geonroung, Justin, Hyein dan juga Dain.

T E N G A H | BABYMONSTER [ ROYEONCHI ft. TAENNIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang