Suasana ruang tunggu terasa panas dan pengap.
Bukan karena suhu AC yang terlalu tinggi ataupun sinar mentari yang terlalu terik, melainkan karena rasa gugup yang sangat mendominasi pada tiap jiwa para peserta perlombaan.
Tim Buntiez, -begitulah keempat remaja itu menyebutnya- sudah siap dengan make-up serta kostum setelan yang akan mereka tampilkan nanti.
"Are you ready guys?"
"Of course. Since I was born."
Geonroung berdecak kesal. Bukan begitu seharusnya jawaban yang akan mereka berikan.
Baru saja latihan yel-yel, sudah tidak kompak. Matilah sudah.
"Please being serious, Takagi!"
"Okay, okay. Don't be mad!"
Geonreoung pun kembali mengulangi yel-yel mereka.
"Are you ready, guys?"
"Ay, ay captain!"
"I can't hear you!"
"Huuuuu!"
Keempatnya segera menyatukan telapak tangan.
Menutup mata dan merapalkan doa guna kelancaran dan kesuksesan acara yang akan mereka ikuti.
Mata mereka saling beradu. Berusaha saling menyalurkan semangat yang begitu membara pada satu sama lain.
"HWAITING!"
~ T E N G A H ~
Mata para juri terlihat begitu menelisik dengan tangan yang turut sibuk mencatat sesuatu yang mereka tidak ketahui kegunaannya untuk apa.
Dengan tajam, mereka memperhatikan tiap detail dari lekak-lekuk dan gerak-gerik para peserta.
Kostum serta make-up yang digunakan juga bisa menjadi nilai tambah bagi para peserta untuk mendapatkan posisi terbaik dalam perlombaan.
Keringat Dain mengalir di pelipis Dain dan memenuhi lehernya.
Tiba-tiba saja isi kepalanya menjadi blank. Ia lupa dengan pergerakan yang telah mereka latih sejak lama.
Bermodalkan mata yang memandang pada gerak rekan yang ada di hadapannya, Dain pun bisa mengikuti pergerakan tersebut dengan agak sedikit kaku.
Mungkin bagi orang awam, mereka tidak akan menyadari kesalahan apa yang telah Dain perbuat.
Namun bagi mereka, -para juri yang sangat profesional pada bidangnya- menganggap pergerakan Dain merupakan suatu hal yang fatal dan bisa menyebabkan kegagalan dalam suatu pertandingan.
Musik berhenti. Waktu yang diberikan sudah habis. Dan kini saatnya untuk penilaian.
Erhem!
Terdengar suara dari seorang juri yang sedang membersihkan tenggorokan.
Mata sipitnya menatap tajam kepada anggota Tim Buntiez. Dengan pena pada genggaman, ia menunjuk para remaja tersebut satu per satu.
"Memuaskan, tapi di satu sisi juga mengecewakan."
Dahi Geonroung, Justin dan Hyein tampak mengernyit. Berbeda dengan Dain yang kini menundukkan kepalanya menyadari kesalahan fatal yang telah ia perbuat.
"Kamu, yang mengenakan topeng panda! Angkat kepalamu dan tatap mataku!"
Tubuh Dain sedikit bergetar. Suara tajam yang dilontarkan sang ibu berhasil membuat bulu kuduknya merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
T E N G A H | BABYMONSTER [ ROYEONCHI ft. TAENNIE]
Fanfic[ O N G O I N G ] Si Sulung milik Ayah. Si Bungsu milik Bunda. Lalu, bagaimana dengan Si Tengah? . . . Update tiap Minggu-Senin.