0.11 Harapan Kosong

479 113 39
                                    

Dering ponsel yang berbunyi sukses mengejutkan Ahyeon yang masih sibuk dengan pemikirannya.

Di layar tersebut menampilkan nama sang mommy yang sedang melakukan panggilan video kepadanya.

Tanpa ragu, Ahyeon menekan tombol hijau yang kemudian segera menampilkan wajah cantik mommy tersayang yang sudah teramat ia rindukan.

"Annyeong, princess-nya mommy. Apa kabarmu sayang dan sedang apa disana?"

"Kabar baik, bagaimana dengan mommy. Aku disini hanya duduk saja, tidak ada yang spesial."

"Sama sepertimu, mommy juga baik. Benarkah itu? Tapi dimana adikmu Ahyeon-ah? Kenapa tidak mengangkat panggilan dari mommy?"

"Adikku yang mana? Kalau mommy bertanya mengenai Canny, dia sedang mengikuti pertemuan ekskul. Dan jika mommy bertanya tentang Dain, dia ada disini." Ucapnya sembari mengalihkan kamera ponselnya menjadi kamera belakang.

Bibir pucat serta mata yang tertutup rapat menjadi tampilan dari sosok sang anak tengah yang saat ini Jennie lihat.

"Ada apa dengannya?"

"Aku juga tidak tau. Tiba-tiba saja jatuh sakit dan berakhir seperti ini."

"Dasar gadis nakal. Menyusahkan saja kerjanya. Kemarin mommy mendapat laporan dari kepala sekolah jika Dain kembali bertingkah. Apa dia kembali menyulitkanmu, sayang?"

Ahyeon menggeleng, sedikit berkata dusta agar sang ibu tidak kembali memarahi adiknya yang kini sedang dalam kondisi sakit.

"Benarkah? Tapi mommy tidak percaya. Bangunkan dia!"

Gelengan kepala kembali Ahyeon berikan, ia tidak setuju dengan permintaan Jennie yang pastinya akan mengganggu waktu istirahat Dain.

"Kim Ahyeon, turuti perkataan mommy sekarang. Ahyeon anak yang baik kan? Jangan melawan ucapan mommy ya sayang!"

Secara terpaksa Ahyeon pun mengguncang tubuh Dain pelan, "Dain-ah, bangun sebentar. Mommy ingin berbicara denganmu."

Dain yang tidurnya tidak nyenyak tentu dengan segera terbangun sekalipun dengan guncangan kecil.

Netra indah itu perlahan terbuka. Menangkap sosok sang kakak yang berada di sisinya dengan memberikan sebuah ponsel.

"Ada apa unnie?" Ahyeon tidak menjawab. Ia hanya menyodorkan ponsel yang ia genggam menjadi lebih dekat pada sang adik.

Dain yang masih dilanda bingung dengan segera menerima ponsel itu, "Kim Dain, dasar pembuat masalah! Apa yang sebenarnya kau lakukan? Kau ingin membuat mommy dan daddy malu dengan segala tingkah laku burukmu itu? Jawab mommy, jangan diam saja."

"Tidak mommy, maafkan aku."

"Besok minta maaflah pada gadis yang kau ganggu itu." Ujar Jennie tegas dari seberang sana.

"Ahyeon-ah, tolong besok awasi Dain ya. Rekam dan kirim pada mommy sebagai bukti bahwa Dain benar-benar melakukan apa yang mommy perintahkan.

"Baik mommy." Balas keduanya kompak.

"Mommy tidak ingin menanyakan kabarku?" Tanya Dain sembari menampilkan senyuman hangatnya. Ia sungguh berharap, kiranya Jennie sudi mau mempertanyakan kabarnya.

"Tidak penting. Lagipula aku sudah mendapatkannya dari Ahyeon. Ahyeon-ah, mommy akhiri dulu panggilannya ya. See you sayangnya mommy. Sampaikan pada Canny bahwa mommy menyayanginya juga ya. Annyeong!"

Bahu Dain turun dengan lesu ketika panggilan dari sang ibu telah berakhir.

Entah apa yang membuatnya berbeda dengan kedua saudarinya yang lain, bahkan hal sesederhana ini pun Jennie tidak ingin memberikan padanya.

T E N G A H | BABYMONSTER [ ROYEONCHI ft. TAENNIE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang