BAB 5

89 20 0
                                    


Fiona beranjak dari kursi panjang yang ada di pingir jalan, gadis itu mengulas senyum melihat Leona berjalan kearahnya, "akhirnya anda kembali juga, karena anda cukup lama didalam sana, saya sempat perfikir untuk masuk kedalam karena takut terjadi sesuatu pada anda" ujar Fiona.

"Urusanku sudah selesai, ayo kita pulang!" ajak Leona. Saat mereka berdua akan masuk ke dalam keretanya, gadis itu melihat kerumunan orang tak jauh dari tempatnya berada.

"Ada apa disana? ramai sekali?" tanya Leona menunjuk kearah keramaian.

"Saya juga tidak tahu yang mulia, sepertinya ada pertunjukan jalanan," duga Fiona.

Mata Leona berbinar, "Pertunjukan jalanan? Wah, sepertinya menarik, aku mau melihatnya," Leona mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam kereta kuda dan memilih berjalan kearah kerumunan orang itu.

"Tapi tuan putri, ini sudah terlalu malam, sebaiknya kita segera kembali ke istana," cegah Fiona, ia tak ingin dapat masalah jika membiarkan Leona diluar terlalu lama.

"Ayolah, aku hanya akan melihantnya sebentar saja," ujar Leona berjalan santai tanpa menghiraukan kekhawatiran dayangnya. Fiona mau tak mau harus mengikuti langkah tuan putrinya itu.

Leona menyelip diantara kerumunan orang, rupanya mereka tengah melihat seorang pria dewasa tengah memainkan alat musik tabuh, pria yang satunya meniup alat seperti terompet. mereka tak hanya berdua, didekatnya ada tiga orang wanita muda yang menari dengan anggun.

Leona terlihat menikmati pertunjukan jalanan itu, namun saat ia tengah asyik menonton, seorang pria dengan cepat berlari menuju kearah penonton, membelah kerumunan, terdengar suara teriakan penonton yang dengan terpaksa harus menyingkir untuk membiarkan pria itu lewat. Leona sontak menengok kearah samping, terlihat pria itu berlari kearahnya.

Tanpa dirinya sangka, pria itu menyergapnya dan menodongkan belati kearah lehernya, membuat Leona membeku, tak berkutik. Tiga orang bersegaram kesatria kekaisaran yang semula mengejar pria itu menghentikan langkahnya.

"Jangan mendekat!" peringat pria itu dengan lantang, walaupun begitu, Leona dapat melihat tangan pria yang memegang belati sedikit bergetar, sepertinya ia ketakutan.

"Hei, lepaskan nona itu," seorang kesatria mendekat perlahan.

"Sudah ku bilang jangan mendekat! Atau aku akan membunuhnya," ancam pria itu, kali ini ia menempelkan belati itu pada kulit leher Leona. Tidak ada yang berani mendekat, bahkan orang-orang yang semua menonton pertunjukan hanya bisa melihat dengan raut ketakutan.

Leona tak bereaksi apapun, ia bahkan tak terlihat ketakutan karena Leona tau, ia sebenarnya bisa dengan mudah melepaskan diri dari pria itu, kau memilih sandera yang salah ucap Leona dalam hati.

Namun sebelum gadis itu berhasil membebaskan dirinya sendiri, sebuah anak panah tiba-tiba mendarat tepat mengenai tangan kanan pria itu, membuat belati yang ditodongkan ke leher Leona terlepas. Seseorang dari arah kerumunan dengan cepat menarik lengan Leona kemudian menendang pria itu hingga tersungkur ketanah.

"Apa anda baik-baik saja?" tanya pria bersurai hitam yang menyelamatkan Leona.

Leona melebarkan matanya saat tatapan keduanya bertaut, pria itu ternyata Zedkiel, ini adalah kali pertama dirinya bertemu dengan pria itu setelah hari kematiannya.

"Zed," ucap Leona.

Zedkiel mengenyit, rupanya gadis yang diselamatkannya adalah Leona, "Tuan putri? Kenapa anda berada disini malam-malam begini?" tanya Zedkiel kemudian melepaskan cengkramannya.

"A-aku hanya ingin melihat-lihat pasar malam," bohongnya.

"Sebaiknya anda segera pulang ke istana, tempat ini terlalu berbahaya," ucap pria itu kemudian berjalan menjauh, mengikuti kesatria yang membawa penjahat itu ke istana untuk di interogasi.

"Eh, tunggu!" cegah Leona, namun pria itu tak menghiraukannya. Leona hanya bisa menatap punggung pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Fiona segera berlari kearah Leona yang sekarang sudah aman, "Tuan putri, apa anda terluka?" tanya Fiona dengan raut panik, ia sangat takut saat penjahat itu ingin melukai Leona.

"Kau lihat sendiri kan, aku baik-baik saja," ucap Leona santai, membuat Fiona keheranan, bagaimana mungkin Leona masih bisa santai padahal nyawanya hampir saja melayang.

"Syukurlah kalau begitu, saya tidak tahu apa yang nanti akan saya katakan pada yang mulia kaisar jika anda terluka," ucap Fiona merasa lega.

"Kalau begitu, ayo kita kembali," ajak Leona, mereka berdua kemudian berjalan kearah kereta kuda yang masih terparkir di tempatnya semula untuk kembali ke istana.

Back to Life for RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang