Siang ini Leona pergi ke tempat latihan para kesatria istana yang tempatnya tak jauh dari bangunan utama, ia ingin menemui Zedkiel yang saat ini menjabat sebagai ketua pasukan, pasti pria itu ada di sana sekarang. Leona ingin menceritakan semuanya, kalau dirinya adalah Alysia. Hanya Zedkiel satu satunya orang yang bisa dirinya percaya di istana ini, namun ia sedikit ragu, apakah pria itu akan mempercayai ucapannya atau tidak, ia tak peduli, yang terpenting dirinya harus mencoba.
Saat Leona masuk, beberapa tatapan mata kesatrian yang tertuju kearah nya terlihat bingung. Karena tak biasanya seorang gadis datang ke tempat ini, apalagi Leona adalah seorang putri, Leona terlihat sedang sedang mencari seseorang. Kira-kira siapa yang wanita itu cari?
Seorang kesatria muda berjalan mendekat, "Salam yang mulia putri, ada urusan apa anda datang ke tempat ini?" tanya kesatria itu sopan.
"Aku mau mencari sir Laurance, apa dia ada disini?" tanyanya kemudian.
"Ketua masih belum datang, mungkin ia akan datang sebentar lagi," timpal kesatria itu ramah.
"Baiklah kalau begitu, aku akan menunggunya," ujar Leona.
Beberapa saat kemudian, Zedkiel berjalan masuk kedalam ruang latihan kesatria bersama seorang kesatria muda bersurai pirang yang seusia dengannya, pria yang bersamanya itu, tak lain adalah wakil komandan kesatria.
"Sayang sekali dia bunuh diri, kita jadi tidak tau siapa dalangnya," keluh Lysander, tahanan yang sebelumnya hampir melukai Leona pagi ini di temukan bunuh diri di sel tahanan, sehingga mereka tidak bisa menginterogasinya lebih lanjut.
"Lain kali kita harus lebih mengetatkan penjagaan, jangan sampai kejadian ini terulang lagi," ujar Zedkiel.
Kesatria yang sebelumnya berbicara pada Leona menghampir keduanya, "Ketua, ada yang mencari anda," ujarnya.
"Siapa?" tanya Zedkiel.
"Yang mulia putri Leona, dia masih menunggu anda disini," ujar kesatria itu membuat Zedkiel mengeryitkan keningnya. Kenapa wanita itu selalu menggangunya? Zedkiel tau, kalau Leona menyimpan perasaan padanya setelah dirinya menyelamatkannya dari kebakaran yang hampir saja merenggut nyawanya. Namun bukannya senang disukai oleh seorang putri, Zedkiel merasa rishi karena pria itu tak pernah menyimpan perasaan pada Leona.
Lysander mengulas senyum menggoda, "Sepertinya tuan putri merindukanmu sampai datang ke tempat ini untuk menemuimu, kenapa tidak kau terima saja cintanya?" ujar Lysander sembari menyiku lengan Zedkiel.
"Diamlah!" peringatnya pada Lysander jengkel. "Dimana dia sekarang?" tanyanya pada kesatria muda itu.
Zedkiel berjalan kearah tempat latihan memanah setelah tau kalau Leona menunggunya disana. Pria itu menghentikan langkah kakinya melihat sosok Leona tengah mengarahkan anak panah kearah papan target didepannya. Tak lama kemudian, anak panah itu melesat, tepat mengenai tengah target, membuat Zedkiel tertegun. Sejak kapan gadis itu pandai menggunakan panah?
Leona membalikkan badannya setelah mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya. Sorot matanya berbinar melihat sahabatnya kini berada di depannya.
"Zed," panggil Leona sukses membuat Zedkiel memasang ekspresi tidak suka, panggilan itu adalah panggilan khusus yang hanya boleh di gunakan Alysia, ia tak suka orang lain memanggil nya seperti itu.
"Saya rasa kita tidak cukup akrab sampai anda memanggil saya dengan nama itu," ujar pria itu dingin, membuat senyuman Leona mulai luntur. "Ada urusan apa sampai anda datang ke tempat ini?" tanya Zed kemudian.
"Ada yang ingin ku bicarakan denganmu, tapi tidak disini," timpal Leona.
"Saya hari ini masih sibuk, kita bicara lain kali saja," ucap Zedkiel acuh tak acuh.
Saat pria itu hendak pergi Leona meraih tangannya, "Tunggu, Zed. M-maksudku sir laurence," Zedkiel menatap tangannya yang di pengang Leona dengan tatapan tak suka. Leona yang menyadari segera melepaskan tangannya.
"Ini sangat penting, aku mohon. Sebentar saja" pinta Leona, sedikit mmeohon.
Akhirnya Zedkiel menuruti permintaan Leona. Mereka berdua pergi ke luar dari tempat latihan dan berjalan ke dekat sebuah pohon.
"Jadi, hal penting apa yang mau anda bicarakan?" tanya Zedkiel dengan tatapan datarnya.
Leona tak kunjung menjawab, dirinya masih berusaha memantapkan dirinya untuk memberitahu Zedkiel siapa dirinya yang sebenarnya.
"Jika tidak ada yang mau anda bicarakan, lebih baik saya pergi saja," ujar Zedkiel yang tak suka berlama-lama dengan Leona.
"Jangan!" cegah Leona, "Baik, aku akan mengatakannya," Leona memainkan jemarinya, ia kemudian menatap bola mata pria itu dengan penuh keyakinan. "Sebenarnya, aku bukan Leona. Aku Alysia, putri Duke Chadwick" pernyataan Leona sontak membuat mata Zedkiel membulat. Bagaimana ia tidak terkejut, mendengar orang yang sudah mati mengaku ada di depannya.
"Kenapa anda berbohong sampai seperti ini?" tanya Zedkiel yang tak habis fikir dengan kebohongan Leona.
"Tidak, dengarkan dulu penjelasan ku. Aku bisa membuktikan kalau aku adalah Alysia. Sepuluh tahun yang lalu, kita bertemu pertama kali di kediaman Marquess Laurence. Saat itu aku yang sedang ikut ayahku ke kediaman Marquess tak sengaja melihatmu membersihkan tanganmu dari darah di danau kecil yang ada disana. Aku memberikanmu saleb untuk mengobati lukamu tapi kau membuang saleb itu. Aku terus memaksamu hingga akhirnya kau mengizinkanku mengobati lukamu" jelas Leona pajang lebar, berharap kalau pria di depannya itu mempercayainya sekarang
Zedkiel terhenyak mendengar cerita Leona, bagaimana bisa Leona tau pertemuannya dengan Alysia "Dari mana anda tau?" tanya nya, masih dengan raut terkejut.
"Aku Alysia, saat aku membuka mata, aku sendiri tidak tau mengapa tiba-tiba terbangun di tubuh putri Leona," jelas Leona, berusaha menyakinkan Zedkiel yang masih terlihat tak mempercayai ucapannya. Leona tak sengaja menatap kearah pedang Zedkiel yang ditaruh di pinggangnya, gadis itu berjalan mendekat kemudian meraih jimat yang tergantung disana, sebuah jimat dengan ukiran naga yang pernah Alysia berikan pada Zedkiel. Rupanya Zedkiel masih menyimpan pemberiannya.
"Jangan menyentuh barang milik orang lain sembarangan!" ujar Zedkiel tajam sembari menepis tangan Leona yang menyentuh jimatnya.
"Aku memberikan jimat itu tiga tahun yang lalu, tepatnya di akhir musim dingin, sehari sebelum kau berangkat ke medan perang," ujar Leona, tak menyerah untuk menyakinkan pada sahabatnya kalau dirinya benar-benar Alysia.
"Saya tidak tau anda mendapat informasi itu dari mana, tapi jangan pernah lagi mengaku sebagai Alysia di depan saya. Saya membencinya!" peringat Zedkiel dengan raut masam. Pria itu kemudian berjalan pergi, meninggalkan Leona dengan amarah.
"T-tunggu! uhuk, uhuk, uhuk" Alysia terbatuk-batuk saat akan mengejar Zedkiel, namun zed tak menghiraukannya dan tetap pergi begitu saja. Saat Leona melihat telapak tangannya yang sebelumnya ia gunakan untuk menutup mulut, matanya membola melihat darah yang keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Life for Revenge
Tiểu thuyết Lịch sửAlysia dan seluruh keluarganya di penggal karena dituduh melakukan pemberontakan oleh Cesare, tunangan Alysia sendiri. Namun setelah meninggal, Alysia terbangun dalam tubuh Leona, putri kedua kekaisaran yang angkuh dan sombong. Saat berada di dalam...