Keesokan harinya, Leona berjalan-jalan menyusuri lorong istana. Kali ini ia tak bersama Sofiya maupun Fiona karena ia memang sengaja kabur dari mereka berdua. Ia ingin berjalan-jalan melihat istana yang sekarang menjdi tempat tinggalnya, walaupun dulu saat masih hidup ia pernah mengunjungi istana, namun hanya beberapa tempat yang boleh ia datangi.
Terdengar suara beberapa wanita di sebuah ruangan yang dilewatinya, pintu itu tak tertutup sehingga percakapan mereka dapat Leona dengar dari luar, gadis itu sebenarnya tidak tertarik untuk menguping pembicaraan orang lain, namun karena dia mendengar namanya yang dulu disebut sehingga ia tidak bisa tak memedulikannya.
"Iya, bagaimana bisa, seorang nona bangsawan dengan bangga memegang senjata sepertinya" ujar Clarissa.
"Kalau aku menjadi tunangannya, aku pasti sudah memutuskannya sejak lama" sindir Vivianne.
"Benar, pasti tangannya tidak enak di genggam karena kasar" tanggap Eloise, membuat kedua temannya tertawa.
"Penghianat Duke Chadwick itu mengajari anak perempuannya tidak benar, mungkin dari awal gadis itu sudah di persiapkan dalam pemberontakan. Bangsawan seperti mereka, memang sepantasnya dihukum mati" hina vivianne sembari mengulas senyuman miring.
Leona mengernyitkan keningnya mendengar pembicaraan para gadis yang ia yakini adalah para dayang Estella. Ia mungkin masih bisa bersabar saat mereka menjelek-jelekkan dirinya, namun ia tak akan terima saat ada orang yang menjelek-jelekkan keluarganya.
Leona berjalan masuk ke dalam ruangan itu dengan tenang, membuat tiga orang gadis di dalamnya beranjak dari kursinya, mereka berdiri setelah menyadari kalau Leona masuk kedalam ruangan yang mereka tempati.
"Yang mulia putri, kenapa anda kemari?" ucap Eloise, gadis bersurai pirang yang terlihat terkejut atas kedatangan Leona yang tiba-tiba.
Leona duduk di salah satu kursi, "Kenapa kalian tidak melanjutkan pembicaraan? Aku juga ingin mendengar percakapan kalian yang sepertinya menyenangkan itu" ucap Leona dengan datar, membuat semua gadis di tempat itu bingung, "Kalian menghina orang lain seolah kalian orang paling benar, apa menurut kalian, lady Alysia itu jauh lebih buruk di banding kalian?" ujarnya kemudian.
"Itu memang benar kan, duke tidak bisa mendidik putrinya layaknya seorang gadis" ujar Vivianne dengan lantang, ia merasa tak bersalah telah menghina keluarga Alysia.
"Lady Vivianne, kalau waktu itu Duke Chadwick tidak menolong keluargamu, mungkin sekarang kau dan keluargamu sudah mengemis di jalanan, apa kau melupakan itu? Bahkan anjing saja mengingat orang yang sudah memberi makan mereka selama tiga hari" sindir Leona membuat Viviane dan kedua temannya terbelalak.
"Walaupun anda itu seorang putri, tidak seharusnya menghina lady Vivianne seperti itu" bela Clarissa.
"Bukankah aku hanya mengatakan kebenarannya? Apakah aku salah? Kalian yang menghina keluarga duke lebih dulu" ujar Leona dengan santai.
"Kenapa anda malah membela penghianat? Apa hubungan anda dengan mereka? atau jangan-jangan anda dulunya bersengkongkol dengan mereka" pertanyaan vivianne berhasil membuat Leona marah.
"Tutup mulutmu!" Leona berdiri kemudian berjalan kearah gadis itu dan menamparnya dengan keras hingga pipi gadis itu memerah, membuat dayang yang lainnya terkejut. Ia kemudian menarik rambutnya hingga membuat dayang itu mengerang kesakitan. "Lady Alysia adalah temanku, walaupun dia mati dalam keadaan tidak hormat aku tidak akan tinggal diam jika kalian menjelek-jelekkannya dan keluarganya"
Leona melepaskan jambakannya dengan kasar kemudian beranjak pergi dari ruangan itu. meninggalkan para dayang yang tercengang dengan kelakuan Leona. Dasar gadis bangsawan menyebalkan, baru jadi dayang putri mahkota saja sudah sombong, pikir Leona dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Back to Life for Revenge
Fiksi SejarahAlysia dan seluruh keluarganya di penggal karena dituduh melakukan pemberontakan oleh Cesare, tunangan Alysia sendiri. Namun setelah meninggal, Alysia terbangun dalam tubuh Leona, putri kedua kekaisaran yang angkuh dan sombong. Saat berada di dalam...