BAB 2

264 10 5
                                    

Jangan lupa tombol votenya ya *⁠\⁠0⁠/⁠*
_______________________________

Sebelumnya

"Bye Ayah, terimakasih sudah antar Salma. Assalamualaikum" pamitnya sambil mencium tangan sang Ayah yang dibalas dengan kecupan hangat dikeningnya

"Walaikumsalam sayang, hati-hati ya. Ingat kalo ada apa-apa langsung hubungi Ayah" balas ayahnya sesaat sebelum mobilnya melaju membelah jalanan Jakarta yang selalu padat. Setelah memastikan ayahnya benar-benar pergi, Salma masuk kedalam kampus dan mencari sahabatnya yang katanya sudah sampai lebih dulu

_______________________________

"Salma disini!" Salma menghampiri Yuri. Yuri Anita Putri nama lengkap Yuri, cantik kan namanya? Tidak seperti dia yang hanya diberi nama Salma oleh orang tuanya. orangnya sedikit lebih mungil dari Salma, tingginya sekitar 155cm berkulit putih dan memiliki lesung pipi dikedua sisi wajahnya. Hari ini Yuri terlihat memakai setelan gamis berwarna maroon serta kerudung yg menjulur hingga menutupi dada. Perawakannya yang mungil membuatnya terlihat seperti anak yg baru lulus sekolah, siapa sangka usianya sudah kepala dua? Sahabatnya ini memang cantik, mungkin turunan dari ayahnya, kalau ibunya jujur saja Salma belum pernah lihat. Pernah sih, tapi foto lama yg sudah agak buram, jadi yaahhh begitulahh.

Ia dan Yuri sudah berteman sejak masih duduk dibangku SMP, jadi tidak heran kedekatan mereka sudah seperti kakak beradik bahkan orang tua merekapun sudah saling kenal, hal inilah yang menyebabkan ayah dan ibunya bisa dengan mudah melepas anaknya untuk menginap dirumah sang sahabat.

"Selain ketemu pak Umar kamu ada jadwal lain gak?" Tanya Yuri setelah Salma berada disisinya.

"Gak ada, kenapa? Urusanku hari ini cuma sama pak Umar, habis itu langsung ke rumahmu kan?" Tanya balik Salma.

"Aku nanti mau masuk Lab Mikro, lumayan lama kayanya. Kalo pulangnya agak siangan gimana?" Terang Yuri dengan wajah bersalahnya.

"It's oke Ri, aku juga belum tentu cepat. Kalo sama pak Umar kan biasanya lama, banyak tanya" tuturnya dengan sedikit cengiran tak enak.

"By the way pak Umar udah dikampus belum?" Tanyanya.

"Belum, katanya jam 9 baru  otw kampus, setengah jam lagi. Aku ke Lab dulu ya biar selesainya cepat" setelah mengatakan itu Yuri meninggalkan Salma sendiri dikoridor dekat ruang dosen. Salma memutuskan untuk duduk dikursi yang memang tersedia disepanjang koridor sambil menunggu dospemnya datang. Baru saja hendak mengambil handphonenya, tiba-tiba suara yang cukup familiar mengagetkannya.

"Ekhem, lagi nunggu siapa?" Tanya Angga sambil menyerahkan sebotol minuman bersoda.

"Makasih, ini lagi nunggu Pak Umar mau bimbingan" jawabnya sedikit canggung. Tangannya meraih botol minum ditangan Angga.

"Aku temani mau?" Tawar Angga dengan senyum penuh dibibirnya.

"Gak usah, kamu kalo ada kegiatan lanjut aja." tolaknya dengan suara yang agak bergetar, Ia gerogi. Ini bukan pertama kalinya mereka berinteraksi secara langsung. Tentu saja, mereka sudah berada dikelas yang sama selama lebih dari tiga tahun. Walaupun Salma memiliki sedikit ketertarikan dengan Angga, namun semuanya baik-baik saja, ia berinteraksi dengan Angga sama seperti temannya yang lain. Namun sekarang rasanya sedikit berbeda, sejak kejadian semalam Salma merasa jauh lebih gugup dari biasanya. Tangannya dingin dan sedikit berkeringat.

"Aku gak ada kegiatan lagi ko, td ada urusan sedikit eh malah ketemu kamu disini." balas Angga masih dengan senyum diwajahnya.

"Aku temani ya." lanjutnya, dengan nada yang sedikit lebih pelan, matanya menatap Salma dalam. Pandangan mereka bertemu sepersekian detik, hal itu membuat Salma  refleks menundukkan pandangannya.

Married to my friend's fatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang