Prolog

12.6K 510 6
                                    

Suara tapakan kaki menggema di setiap lorong. Sang pemilik terus berlari tanpa memikirkan napasnya yang tidak teratur. Yang ia pikirkan hanya satu. Yaitu..

Brak!

"ANSEL!!"

Seorang laki-laki terkapar di sebuah ruangan tanpa pencahayaan dengan darah yang mengucur dari dada dan pelipisnya. Gadis yang berlari tadi langsung mendekati laki-laki bernama Ansel itu dengan air mata mengucur melalui pipinya.

Gadis itu langsung memeluk Ansel erat sambil terisak di bahu lelaki itu. "Don't leave me!..please..." Pintanya lirih.

Ansel terbatuk membuat darah segar menetes dari mulutnya. "I don't know princess..aku tak tau apakah aku bisa bertahan.."

Tangisan gadis itu semakin menjadi, membuat Ansel ikut menitikkan air matanya. Ia sangat mencintai gadis itu, namun takdir berkata lain. Ia hampir atau akan kehilangan nyawa untuk menyelamatkan orang-orang yang ia sayangi. Tak ada yang tahu kan apa yang terjadi di detik berikutnya?

"Princess... berjanjilah untuk melindungi semua orang yang aku lindungi... uhuk... berjuang dan optimis untuk membela kebenaran... selalu kuat dan percayalah... bahwa aku selalu berada dekat di hatimu.." Tunjuk Ansel ke dada gadis itu.

Gadis itu menangis tiada hentinya sambil menatap nanar Ansel yang berada di pelukannya.

"Berjanjilah untuk tetap bertahan." ucap gadis itu.

Ansel menggeleng lemah dan tersenyum penuh kasih sayang. "Aku tak bisa... princess, teruslah bertahan..."

Dan detik berikutnya, Ansel menutup matanya dengan nafas beraturan. "Ansel?"

Lama-lama nafas itu hilang seakan terhenti di halangi oleh sesuatu. "Ansel?!!"

Ansel hanya diam tak bergeming. Gadis itu mencoba memegang nadi Ansel namun nihil. Tak ada detakan sama sekali. Gadis itu meraung sejadi-jadinya, di ruangan gelap yang penuh sesak ini. "ANSEL!!!!"

Tapakan kaki yang menggema dari luar membuat gadis itu mengurangi tangisannya. Ia mengambil pistol di balik punggungnya dan mengarahkan pistol itu ke pintu yang sedang terbuka lebar.
tuk!

Tak lama tampak seorang laki-laki berdiri dengan angkuh, memutar-mutarkan senjata yang berada di tangannya.

Gadis itu pun menyipitkan mata. Berusaha meneliti wajah yang sepenuhnya tertutup oleh kegelapan ruangan. "Siapa lo?!"

Di dalam kegelapan, laki-laki itu tersenyum licik. Tanpa sepengetahuan gadis itu. Tanpa sepengetahuan siapapun. Sedangkan gadis itu mengacungkan senjatanya tepat ke arah jantung laki-laki tersebut.

"Digo!" seorang perempuan datang dari arah berlawanan. Perempuan itu memakai kacamata hitam dan topi yang menutupi wajahnya, seperti laki-laki itu yang juga memakai topi dan kacamata hitam.

"Siapa dia?" Tanya perempuan itu sambil meletakkan tangannya di bahu Digo.

"Hanya tikus kecil." tukas Digo dingin.

"Kalo begitu bunuh dia." Digo tersenyum misterius, lalu membisiki gadis yang ada di sampingnya perlahan.

Sedangkan gadis yang mengacungkan pistolnya menatap mereka bingung. Takut sekaligus penasaran.

"Oh baiklah." perempuan itu tersenyum licik dan langsung melempar benda sekecil kelereng ke arah gadis itu dan Ansel.

Gadis itu melirik benda tersebut dan melotot. gue harus keluar!. Saat gadis itu kembali melihat pintu, kedua orang itu telah hilang.

"Shit." umpat gadis itu.

Ia menekan tombol berwarna hitam di samping jam tangannya cepat bertepatan dengan ruangan itu yang perlahan-lahan mulai dipenuhi asap. Gadis itu terbatuk-batuk, ia tahu betul benda apa itu. Gas beracun.

"Gue mohon. Selamatin gue dan Ansel...”

Tak lama pandangan gadis itu memburam. Suara batuk yang semakin menjadi. Dan berakhir dengan ia yang tergeletak tak sadarkan diri.

-----

Hope you like it :)
And don't forget to vote guys!

Regards,
MudyStyles

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang