Ali

3.1K 229 0
                                    

Author POV

Prilly berjalan menapaki tanah menuju taman kota. Hari ini ia ingin rileks disana,membuang semua pemikiran yang memusingkan nya. Ia duduk di salah satu bangku taman kemudian merenung. Mengingat masa lalu nya bersama orang yang sangat spesial di hati Prilly.

Hembusan angin menerpa Prilly. Membuat rambut coklat halus nya terbang dengan lembut menutupi wajah cantik nya. Sebuah tangan membelai rambut yang menutupi wajahnya dan menyampirkan nya di balik telinga.

Laki-laki itu mendekatkan wajah nya ke wajah Prilly,hingga hidung mereka saling bersentuhan. Prilly menatap laki-laki itu penuh dengan perasaan sayang, begitu pun sebaliknya.
"Apa pun yang terjadi, ingat..aku selalu ngedampingin kamu prill. Kamu sedih, aku juga sedih. Kamu seneng aku juga seneng. Suatu saat kamu pasti akan ngerasain yang nama nya kehilangan. Dan disaat itu terjadi, aku mohon kamu jangan nangis. Hadapi kesedihan kamu karena ada aku dan temen lainnya yang akan selalu mendampingi dan mendukung kamu"

Setetes air mata turun membasahi pipi Prilly. Tetesan demi tetesan mulai membanjiri wajah nya. Ia menutup mata nya,berusaha untuk tegar, berusaha untuk melupakan kenangan itu.

Tak lama ia merasakan sebuah jari halus mengusap pipi Prilly dengan lembut, membuat Prilly membuka mata nya secara perlahan.
"Ali?"

Ali hanya diam menatap Prilly dalam, membuat Prilly mau tak mau masuk ke dalam tatapan tenang namun tajam milik Ali.
"Kenapa nangis,hmm?"

Prilly menggeleng seraya menghapus air mata yang masih ada di pipinya.
"Kok lo ada disini?"

"Kenapa? Ga boleh?"

"Bukan nya gitu, Tapi--" Ali meletakkan jari telunjuk nya tepat di bibir prilly, prilly pun terdiam.

"Gue tau lo lagi sedih dan gue tau lo ga mau nyeritain apa yang bisa bikin lo kaya gini. Tapi, gue harap kehadiran gue disini bikin lo tenang. Walaupun itu mustahil karena kita baru deket" kata Ali, menatap Prilly dalam.

Prilly tersenyum tipis dan balas menatap Ali yang entah mengapa bisa membuat ia tenang.
"Makasih li. Menurut gue hal itu ga mustahil, selama kita sering ga sengaja ketemu kaya gini" ucap Prilly yang di sambung oleh kekehan nya.

"Gue seneng, lo ketawa" kata Ali yang sukses membuat Prilly berhenti terkekeh dan menatap Ali yang tengah menatap nya tepat di manik mata.

Mereka sama-sama terdiam menatap satu sama lain. Entah mengapa Prilly merasakan gejolak aneh yang sudah lama tak ia rasakan.
"So.. Mau makan es krim ngga?"

Senyum manis mengembang dari wajah Prilly. Dengan cepat ia mengangguk, kemudian Ali yang tadi nya tengah berlutut pun berdiri menjulurkan tangan nya yang langsung disambut oleh Prilly.

Mereka berjalan bersama menuju pedagang es krim, kemudian membeli 1 cup es krim coklat dan 1 cup es krim strawberry. Setelahnya mereka duduk di rumput taman kota, berbincang dan tertawa bersama.

"Jadi.. Gue udah bisa dong jadi temen lo?" tutur Ali disela-sela percakapan mereka.

"Temen? Udah lama kali gue nganggep lo temen. Lo aja yang ga nyadar" balas Prilly.

"Serius? Kalau gitu sekarang kita apa dong? Pacar?" Prilly langsung menatap Ali horor, yang ditatap hanya terkekeh melihat reaksi Prilly akan perkataannya.

"Ngimpi" ketus Prilly seraya memukul lengan Ali.

"Cieee.. Gitu aja baper" goda Ali sambil mencolek es krim coklat nya dengan telunjuk dan menempelkan jari tersebut ke pipi kanan Prilly.

Merasa kan dingin di pipi nya, Prilly pun tak tinggal diam, ia langsung mencolek es krim nya dan melakukan hal yang sama seperti yang Ali lakukan tadi.

Perang es krim pun terjadi. Sampai akhirnya mereka berhenti dengan saling tertawa.

-

"Li! Tungguin gue kenapa?"

"Iya tuan putri" Prilly hanya terkekeh kecil mendengar jawaban Ali. Sekarang mereka sedang berada di bukit tempat Prilly biasa bersama Ansel maupun seorang diri.

Setelah puas di taman kota, mereka pun memutuskan untuk pergi ke sini entah untuk tujuan apa.
"Awas Prill.. Itu ada lubang"

Ali langsung menjulurkan tangan, menawarkan pertolongan kepada Prilly saat menaiki bukit.
"Lubang apa?"

"Hidung. Ya mana gua tau Prilly"

"Ish.. Cuma nanya Ali"

"Iya.. Iya, sayang" Saat itu juga Prilly menatap Ali dengan tampang horor nya.

"Sayang, sayang kepala lu peyang! Ih!" ketus Prilly kesal sambil memukul Ali berkali-kali.

"Udah ah Prill.. Ntar jatuh nih! Eh.. Eh.."

Bruk!!

"Awww" ringis mereka secara bersamaan.

"Tuh kan! Gue bilang apa coba!" Mereka pun membuka mata mereka masing-masing dan mendapatkan wajah mereka yang sangat berdekatan.

Hembusan nafas mereka saling beradu dengan jantung masing-masing yang memompa cepat. Entah kerasukan oleh setan apa, Ali mendekatkan wajah nya ke wajah Prilly. Hingga akhirnya benda basah dan lembut mereka berdua saling menempel.

Sepersekian detik Prilly pun tersadar dan langsung menjauhkan diri.
Plak!

Satu tamparan mendarat mulus di pipi kiri Ali, Ali pun meringis. Prilly bangkit kemudian berjalan menjauhi Ali. Dengan sigap, Ali berdiri dan berusaha mengejar Prilly.
"Prill! Tunggu Prill!"

Prilly terus berjalan dengan wajah merah menahan tangis. Ali masih terus mengejar, sampai akhirnya Ali memegang lengan Prilly dan menahannya.
"Prill... Gue minta maaf, gue ngga tau kenapa gue--"

"Diem, gue ga mau denger apa-apa" Prilly menyentakkan tangan Ali yang menahan nya dan berlari menjauh.

"Prill!! Maafin gue Prill!"

Prilly terus berlari tanpa menghiraukan Ali. Dan terus mengusap kasar air yang tumpah dari mata nya.

-

Oke, maaf untuk kependekan part ini dan kelamaan update nya yah.

Maaf juga kalo feel part ini ga dapet.

See you in the next chapter! :*


DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang