Wall

2K 143 8
                                    

"Maksud lo?" tanya Vibi tak mengerti.

Anggukan semangat ada pada Prilly. Ia segera membuka mulut. "Dia bilang tempat dimana langit tak berbulan kan? Artinya tempat itu tertutup alias di dalam ruangan. Dan masalah to pure, to smart dan to hurts itu adalah laboratorium. Di sana kita bisa menciptakan berbagai hal untuk menyembuhkan, bisa membuat kita lebih pintar dan bisa juga mencipatakan hal yang dapat melukai. Like gas beracun."

"Dan nama-nama kalian juga merupakan petunjuk. Jika diurutkan Aster, Brill, Alicia, Vibi. Diambil dari huruf awal, As itu simbol yang ada di BAV laboratory dan kalau huruf awal Brill, Alicia dan Vibi digabungin maka kebentuk kata BAV. Brussel Al Vander adalah kepanjangan dari BAV sekaligus pencipta labor itu." tambah Prilly, menjelaskan kepada semuanya tentang apa yang ia pikirkan.

"Dan labor itu ada di sini?"

Anggukan didapat dari Prilly setelah Aster menanyakan itu. "Dari mana Lo tau kalau tempatnya emang di sana? Bisa aja kan teka-teki ini bukan itu jawabannya."

Melihat keraguan yang ada pada Vibi membuat Prilly tersenyum tipis. "Gue cuma memainkan otak sih. Karena di perjalanan tadi gue ngeliat bangunan itu dan simbol yang ada di sana kayak kartu As. Dari awal gue emang udah tertarik sama bangunan itu dan feeling gue juga kuat tentang keberadaan mama gue di sana."

"Oke, kalau menurut lo emang kayak gitu. Gak ada salahnya kita coba ke sana. Lagipula tempatnya belum jauh kok dari sini." kata Vibi.

"Iya, Alicia tolong berjaga-jaga di belakang gedung. Kalau bisa jaraknya sedikit lebih jauh dari area belakang agar Golan tidak tau. Vibi dan Prilly lewat depan. Gue tau mereka bakal ke pancing dengan kedatangan lo, jadi gue bakal tetap berada jauh dari BAV namun tetap dalam jangkauan kalau misalnya terjadi sesuatu. Dan Aster, sebaiknya lo pindah ke mobil gue." usul Brill, mengambil alih tugas Daniel.

Aster mengangguk kemudian turun dari mobil Vibi dan naik ke mobil Brill. Lalu mereka mulai melajukan mobil ke tempat dugaan terjadinya perkara.

Mereka, Vibi dan Prilly turun dari mobil ketika sebuah bangunan beratap bundar berada tepat di depannya. Kaki mereka melangkah secara bersamaan menuju pintu masuk. Mereka sengaja menampakkan diri agar memancing anggota Golan atau bahkan Digo keluar dari persembunyiannya.

Decitan pintu terdengar nyaring saat Prilly mendorong pintu masuk agar terbuka. Langkah kaki mereka seakan berbunyi indah di kehampaan. Dengan senjata pada tangan mereka, Vibi dan Prilly berjalan menyusuri gedung tersebut. Berusaha menajamkan pandangan pada kegelapan dengan bantuan sedikit cahaya dari celah-celah jendela.

Sejauh yang mereka lihat tidak ada setitik pun tanda-tanda akan keberadaan mama Prilly. Hingga Prilly memutuskan untuk memecah jalan mereka. "Lo yakin? Gue takut kita dijebak. Dan dalam kondisi yang dipecah, gue gak yakin kita bakal selamat." ujar Vibi cemas.

"Lo harus percaya, semua bakal baik-baik aja." tutur Prilly. Namun guratan tak yakin masih terlihat pada wajah cantik Vibi. "Come on! We are the best agents in Dark City, am I correct?"

Menghembuskan nafas panjang, akhirnya Vibi setuju. Mereka berjalan ke arah yang berbeda dan Prilly memilih untuk berjalan menaiki tangga, menuju ke lantai yang lebih tinggi. Mata coklat Prilly terus menatap ke sekeliling, berjaga-jaga jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi.

"hmmpp... Hmmpp..."

Telinga Prilly mendadak menajam. Ia mendengar rintihan itu. Rintihan layaknya seseorang yang mencoba berbicara melalui bekapan mulut. Langkah Prilly semakin cepat, entah mengapa perasaannya mulai tidak enak.

Seiring langkahnya Prilly mendengar suara itu lebih jelas, sebelum mendapati bahwa suara tersebut berasal dari sebuah pintu yang berada tak jauh dari tempat ia berada. Genggaman Prilly pada senjatanya semakin menguat.

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang