Truth is...

2.5K 224 0
                                    

Ali terdiam, ia bahkan tak membalas tatapan Prilly untuk beberapa saat setelahnya. Ia hanya berpikir, bagaimana caranya ia menjawab pertanyaan Prilly?

Saat Ali terus memutar otak mencari jawaban dari pertanyaan Prilly, sebuah dering telfon membuyarkan segalanya. Baik rasa penasaran Prilly ataupun Ali yang bingung ingin menjawab apa.

Dering telfon tersebut berasal dari saku jaket Ali. Dengan cepat Ali langsung mengambil Hp dan mengangkat panggilan tersebut. "Halo?"

"...."

"Ehm, oke. Gue di daerah itu kok."

"...."

"Yup " Putus Ali, kemudian kembali meletakkan Hp miliknya ke tempat semula.

"Sorry Prill, gue ada urusan mendadak. Lo mau gue anterin kemana? Rumah atau kemana?" tukas Ali.

Prilly menghembuskan nafas lelah kemudian memalingkan wajahnya ke depan. "Gue pengen lo jawab pertanyaan gue, setelah itu gue bakal turun dari mobil ini."

Ali menahan nafas untuk beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Gue bakal jawab pertanyaan lo kok Prill, gue janji. Tapi sekarang gue ga bisa, gue ada urusan penting dan biarin gue anterin lo."

Prilly menggeleng. "Terserah lo, yang pasti gue mau denger jawaban lo."

"Prill, plissss?" mohon Ali. Prilly tetap diam membuat Ali terus memohon-mohon agar Prilly menganggukkan kepalanya. Melihat Ali yang terus memohon, Prilly pun menyerah. Ia membuka pintu mobil, bergerak turun membuat Ali mengernyitkan dahi bingung.

"Pril? Lo mau kemana?" Prilly berbalik menatap Ali sesampainya di luar. "Gue tunggu janji lo."

Prilly menutup pintu mobil kemudian berjalan ke belakang mobil Ali dan memberhentikan sebuah taxi yang kebetulan melintas. Ali yang keluar dari mobil untuk menghentikan Prilly pun tak jadi, karena Prilly lebih dulu masuk ke dalam taxi dan taxi itu melaju kencang melewati Ali.

—————

Prilly tersentak kaget saat mendengar suara bentakan seseorang di ruangan teamnya yang ia yakini adalah suara Daniel. Sontak Prilly langsung bergerak membuka pintu.

Hal pertama yang Prilly lihat saat pintu terbuka adalah Brill dan Daniel yang sedang berdiri berhadapan dengan ekspresi marah. Mengalihkan pandangan ke kanan, terlihat Vibi mengepalkan tangan di atas meja. Sementara Aster menunduk terduduk di kursi samping Vibi dan Alicia diam berdiri menatap ke arah Daniel dan Brill.

"Lo gila apa? Ga mungkin itu Ansel! Ini pasti ulah Golan dan gue yakin seratus persen. Gausah mengada-ngada!" ucap Daniel dengan nada tinggi.

"Gue ga mungkin asal nuduh kalau gue gak liat sendiri Niel! Itu bener-bener Ansel, Ansel kita." balas Brill tak kalah tinggi.

Mendengar nama Ansel, Prilly terdiam kaku di depan pintu. "Dan bukannya lo bilang kalo lo nemuin barang yang berhubungan dengan Ansel di taman kota, tadi?" tanya Brill membuat Daniel bungkam.

Alicia yang awalnya diam menatap perdebatan antara Daniel dan Brill akhirnya menyadari bahwa ada seseorang yang berdiri di depan pintu ruangan dan orang itu adalah Prilly. "Prilly?"

Sontak semua pandangan teralih ke arah pintu dengan Prilly yang sedang berdiri kaku di sana. Mendadak suasana hening sebelum akhirnya Prilly membuka suara.

"Apa... yang sedang kalian bicarakan?" tanya Prilly dengan suara bergetar.

Awalnya tidak ada yang mau menjawab hingga akhirnya Vibi angkat bicara, "Cuma kasus biasa Prill. Dan mereka cuma debatin hal yang ga penting."

Prilly kini menatap Vibi tajam lalu bergerak cepat ke arah Vibi. "Lo bilang ga penting? Jelas-jelas mereka ngomongin hal-hal yang berhubungan dengan Ansel, dan lo bilang itu ga penting?!"

"Prill.. Lo tenang dulu.." kata Daniel berusaha menenangkan Prilly dengan memegang bahunya. Namun bukannya tenang Prilly malah menyentakkan tangan Daniel dari bahunya dan menatap mereka semua bergantian.

"Kalo kalian emang agen sejati, ga usah sok basa basi dan sembunyiin semuanya dari gue karena itu percuma!" ketus Prilly kesal bercampur marah.

"Oke, gue bakal jelasin semuanya asal lo tenang." tutur Daniel, Prilly menatap Daniel sekilas kemudian mulai mengatur nafasnya yang memburu.

Melihat Prilly yang mulai sedikit lebih tenang, Daniel pun mulai membuka mulutnya. "Kita dapet kasus tentang pengeboman sebuah gedung. Diduga gedung itu di sabotase oleh Golan. Brill yang lebih dulu mendapat tugas itu langsung menuju tkp dan..."

Daniel sengaja memberi jeda pada ucapannya agar dapat melihat bagaimana respon Prilly yang ternyata masih menatap ke arahnya tajam. "Brill menemukan bahwa seseorang yang sabotase gedung itu adalah Ansel."

Prilly berjengkit kaget, lalu melotot tajam ke arah Brill. "Maksud lo apa Brill?" tekan Prilly penuh amarah.

"Calm down, gue waktu itu mencoba melacak keberadaan orang yang meledakkan bom dengan alat gue. Setelah mendapatkan lokasinya yang berada tak jauh dari tkp, gue pun langsung tancap gas kesana. Nyampe disana, gue ngeliat mobil dengan plat G 00 LN. Dan lo tau apa? Orang yang ada di dalam mobil itu adalah Ansel. Ansel kita dan gue gak asal nuduh, karena laki-laki itu cuma pake topi dan gak pake penutup muka sehingga mukanya dia kelihatan dan dia bener-bener Ansel."

Prilly benar-benar kaget mendengar pernyataan ini, "Lo gila?! Ansel udah ga ada! Ga usah bawa-bawa nama Ansel, karena mau gimana pun Ansel udah ga ada! Jangan membuat pernyataan yang membuat orang jadi berharap. Bukannya kita yang nguburin Ansel sendiri waktu dia udah meninggal?!" sahut Prilly dengan air mata yang mengalir dari pipinya.

"Tapi Prill--"

"Gue juga udah bilang kaya gitu ke Brill. Tapi Brill berusaha keras kalau apa yang dia lihat itu bener-bener Ansel." potong Daniel saat Brill hendak menimpali perkataan Prilly.

"Yaiyalah gue berusaha keras! Karena gue engga mengada-ngada! Terserah lo deh mau percaya atau ngga. Dan masalah Ansel yang kita kuburin, kita sama sekali ga nemuin jasad Ansel. Yang kita kuburin cuma boneka semata. Kita cuma kasihan ngeliat lo Prill, cuma KASIHAN."

Brill langsung berjalan pergi keluar ruangan meninggalkan Prilly yang membeku dan teman-temannya yang melotot tak percaya dengan pernyataan Brill barusan. Tiba-tiba Prilly merasakan sesak di dadanya. Pandangannya mulai memburam dan pada akhirnya badan Prilly melemah dan jatuh terkapar di lantai dingin ruangan.

"Prilly?!"

—————


Sorry kalau part ini gaje bet. Semoga kalian suka =)

Jangan lupa Vote dan baca cerita gue yang lain ya :))

Salam,
Kembarannya Prilly latuconsina

04 03 2016

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang