Dia?

2.7K 215 0
                                    

Prilly menyembunyikan kepalanya di bantal bergambar doraemon sesaat setelah memasuki kamarnya. Sejak masuk ke kamar tadi, Prilly tak henti-hentinya mengusap bibir hingga bibir itu memerah karena terus-terusan di usap kasar.

Tok.. Tok..

"Prill.. Lo ada di dalem?" teriak seseorang dari luar kamarnya. Prilly hanya diam tak menjawab.

"Prill!!" dengan kesal Prilly mengangkat kepalanya dari bantal dan menatap ke arah pintu yang tertutup.

"Apaan sih?!" pintu pun terbuka, menampakkan seorang perempuan yang sangat Prilly kenal.

"Lo kenapa Prill? Kok mata lo sembab gitu, habis nangis ya?" tanya Vibi saat ia telah menginjakkan kaki di dalam kamar Prilly.

Prilly tak menghiraukan Vibi, ia memilih kembali menutup wajahnya dengan bantal. "Prill! Jawab gue napa,"

"A... ep... a"

"Ngomong apa si lu, buka deh tu muka." ujar Vibi sambil menarik bantal yang menutupi wajah Prilly menjauh.

"Ih apaan si Bi. Ganggu aja," Prilly berbalik membelakangi Vibi. Ia merasa kurang enak badan mengingat hal yang terjadi tadi.

"Prilly!" Prilly tetap tak menjawab membuat Vibi menghela nafas panjang.

"Prill, kalau lo ada masalah omongin. Jangan di pendem sendiri. Ngga enak tau bersikap dingin sama temen sendiri, gak baik. Sampai kapan lo mau kaya gini terus, Ansel pasti–"

Prilly langsung terduduk di kasurnya dan menatap Vibi tajam. "Kenapa lo harus bawa-bawa nama dia sih? Apa-apa nama dia, apa-apa dia. Lo tau ga sih betapa sakitnya hati gue setiap denger nama itu?! Apa lo ga ngerti?!"

Vibi tersentak kaget mendengar nada tinggi dari suara Prilly yang sudah lama tak ia dengar. "Prill... Lo kenapa sih? Gue cuma ngomong baik-baik."

"Kalau lo selama ini merasa omongan gue nyakitin lo, oke gue minta maaf. Tapi gue cuma pengen lo lebih terbuka sama gue Prill. Gue Vibi, Vibi sahabat lo."

"Yaudah si, gue lagi pengen sendiri. Lagian gak selamanya apa yang terjadi sama gue, gue ceritain ke elo. Gue butuh privasi kali." balas Prilly kesal kemudian kembali membenamkan diri di kasur.

Melihat hal itu Vibi terdiam. Ia tak tahu apalagi yang harus ia lakukan. Menurutnya semenjak Ansel tiada Prilly berubah menjadi dingin dan tertutup walaupun dua tahun belakangan ini ia sudah mulai bisa tertawa.

Namun bukan berarti Prilly mau mengatakan apa yang ia rasakan kepada sahabatnya seperti yang biasa Prilly lakukan dulu.

"Terserah lo deh Prill." Vibi beranjak keluar kamar dan menutup pintu dengan sedikit kencang membuat Prilly sedikit meringis.

"Maaf, gue belum bisa ceritain ini ke elo."

—————

Drrtt.. Drrttt

Getaran ponsel di saku Prilly membuat ia terbangun dari tidurnya. Ya, Prilly tertidur setelah Vibi beranjak dari kamarnya dengan pakaian yang masih lengkap. Prilly pun berusaha duduk dengan mata yang masih mengantuk.

Prilly mengbil hp di saku jeansnya dan membuka kunci layar. Saat terbuka, terlihat sebuah pesan dari nomor yang tak di kenal. Prilly membuka pesan tersebut seraya mengutuk orang yang mengiriminya pesan disaat-saat ia tengah asik tertidur.

From : unknown number
Pril, lo harus ke tamkot secepatnya! Gue nemuin sesuatu!

-Daniel-

Prilly memicingkan mata saat melihat pesan itu. Setelah menghembuskan nafas lelah, Prilly pun bangkit dari atas kasur lalu berjalan ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya yang lengket akibat tetesan air mata.

Setelah membasuh wajahnya yang basah dengan handuk, Prilly pun berjalan keluar kamar. Mengambil kunci mobil di atas meja kemudian bergegas menaiki mobil dan melajukannya ke tamkot.

Di tamkot, ia memutarkan pandangan ke segala arah mencari-cari dimana keberadaan Daniel. Pandangannya jatuh pada seorang laki-laki dengan jaket kulit berwarna cokelat dan snapback berwarna serupa. Prilly pun mendekati orang tersebut dan menepuk pundaknya. Sontak laki-laki tersebut berbalik.

"Awas kalau ini ga penting." cetus Prilly. Daniel hanya mengangguk lalu menarik Prilly ke salah satu pohon rindang di taman itu.

"Lo ga bakal percaya apa yang gue dapetin disini," ujar Daniel lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah benda. Oh tidak sebuah, tepatnya dua buah benda yang sangat familiar di penglihatan Prilly.

Prilly menutup mulutnya tak percaya saat melihat benda itu. "Itu kan..."

"Gelang dan foto Ansel." sambung Daniel saat Prilly tak dapat menyambung kata-katanya.

"Darimana lo dapet ini?" tatap Prilly ingin tahu.

"Gue nemuin gelang ini di salah satu bangku taman dan foto ini... "

—————

Prilly berlari mengitari taman ini. Mencari-cari keberadaan seseorang yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh Daniel.

"Gue nemuin foto ini di jatuhin sama seseorang, laki-laki pake jaket hitam sama topi hitam. Awalnya gue ga tau itu foto Ansel, rencananya gue mungutin nih foto dan balikin lagi ke orangnya. Eh pas gue liat, ternyata itu foto Ansel. Gue kaget banget. Pas gue mau manggil tuh orang, eh orangnya udah ngilang ga tau kemana."

Prilly memutarkan pandangan dan menemukan seorang laki-laki duduk membelakanginya. Dan kebetulan sekali postur tubuhnya sangat mirip dengan ciri-ciri yang di katakan oleh Daniel, memakai jaket hitam dan topi hitam.

Dengan jantung yang berdebar-debar Prilly pun berjalan mendekati orang tersebut. Saat sudah di depan orang itu, Prilly berdeham seraya berkata,
"Permisi... Boleh gue duduk disini?"

Laki-laki itu terperanjat kaget saat mendengar suara Prilly. Sepertinya ia tengah melamun dan Prilly tiba-tiba datang berbicara kepadanya. Laki-laki itu mengangguk lalu mendongak untuk melihat siapa yang ingin duduk di sampingnya.

"Prilly?"

Seketika jantung Prilly berhenti berdetak mendengar suara laki-laki itu yang menyebutkan namanya.

—————

Tarahh!!

Update lagi,, hope you like it =)

Kira-kira siapa kah cowo yang ngejatuhin foto Ansel?

Kenapa Prilly sampe kaget begitu? Eaaaaa

Penasaran? Sama, saya juga. (abaikan)

10 Februari 2016

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang