Teka-teki

2.1K 156 20
                                    

Maaf kelamaan gak update. Semoga masih ada yang mau baca cerita ini, amin.

Untuk kenyamanan dan keselarasan, silahkan baca sekilas part sebelumnya. Mana tau pada lupa dan gak ngerti kan. Wkwkwk.

Oke, jangan lupa vote dan komen. Gue selalu nunggu itu walaupun biasanya gak ada yang komen gimana gimana. So, hope you enjoyed!

16 12 2016

---

Brak!

Suara pintu yang terbanting terbuka berhasil mengejutkan seorang laki-laki yang awalnya sibuk mengurut kakinya yang masih membiru karena keseleo. Laki-laki itu menoleh ke ambang pintu dan menemukan orang yang paling ia segani dan takuti berdiri di sana dengan ekspresi yang tidak dapat dikatakan senang.

"Dimana Ali?"

Pertanyaan yang ia luncurkan sukses membuat laki-laki yang ditanyai itu diam tak berkutik. Jika menyangkut laki-laki yang kedua-duanya ia segani dan takuti maka ia tak akan dapat berbuat apa-apa. Bahkan menekur pun rasanya ia ragu.

"Gue bilang... Dimana Ali?!" geram laki-laki itu kemudian menendang lemari yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Ada apaan sih?" tanya seorang gadis yang mendadak muncul dikala kondisi yang menegangkan ini. Gadis berambut coklat melewati sebatas bahu itu menatap kedua lelaki yang ada di ruangan ini bergantian, bertanya-tanya apakah yang terjadi pada kedua orang ini.

"Ali nggak ada di sini." celetuk seseorang dengan tiba-tiba, orang itu adalah Andre. Teman dekat Ali yang selalu bersama Ali kemana pun mereka ingin pergi.

Serentak, mereka bertiga menoleh, memandang Andre yang sedang menyesap secangkir kopi dengan santai melewati mereka dan duduk di sofa hitam yang ada di ruangan itu. "Dimana dia?"

"Gak tau gue. Dia bilang dia ada urusan penting dan gue gak usah ikut. Emang kenapa sih?" ucap Andre menjelaskan sekaligus bertanya kepada lelaki berbaju serba hitam itu.

"Gue bilang juga apa? Dia itu nggak bisa dikasih tugas kayak begini. Nggak dia, nggak Ansel sama-sama bego. Dan begonya lagi, cuma gara-gara CEWEK? cih, banci."

Andre meletakkan cangkir kopi ke atas meja dan menatap remeh laki-laki dihadapannya. "Lo gak tau yang namanya jatuh bro."

"Jatuh apa? Jatuh cinta? Hahahaha, cuma dalam waktu sesingkat itu jatuh cinta? Cih, gue bertahun-tahun pun mungkin gak bakalan bisa jatuh cinta. Cewek itu sama sekali gak guna di kehidupan gue!"

Setelah mengatakan itu laki-laki tersebut pergi meninggalkan ruangan. Membuat laki-laki yang sempat tegang karena ditanyai itu perlahan menenang. Setidaknya ia dapat menghirup nafas karena tanpa ia sadari, sejak tadi ia menahan nafas merasakan euforia yang sangat menegangkan.

"Gak usah tegang gitu, gue tau lo baru di sini, tepatnya dunia ini. Tapi itulah namanya Golan. Lu mau mati atau hidup ya tergantung sama apa yang elo pertaruhkan dan elo kehendaki. Kalau lo mau mundur mending lo mundur dari sekarang deh, Axcel." tukas Andre panjang lebar.

Axcel hanya mengangguk seraya menghela nafas. "Gue tau dan gue siap untuk itu. Tujuan gue ke sini bukan buat mundur, lo tenang aja." sahut Axcel kemudian merebahkan diri di sofa yang ia duduki.

"Sebaiknya gue nyari Ali. Gue gak mau perang ketiga bakal terjadi." kata perempuan yang sejak tadi masih berdiri di ambang pintu, menonton percakapan antara Andre dan laki-laki berbaju serba hitam itu.

DifficultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang