╰┈➤ ❝ [Chapter 8]

115 12 0
                                    

Pagi itu semua keluarga sedang berkumpul di tempat santai sembari meminum teh. Hari ini ayahanda (m/n) memutuskan untuk ambil cuti, jadi ia memilih bergabung untuk bersantai dan meminum teh.

Rin dan Ibunda (m/n) sibuk sendiri dengan melihat lihat majalah, sedangkan (m/n) sekarang merasa canggung duduk di sebelah ayahnya yang terlihat menikmati secangkir teh.

"Bagaimana sekolah kamu?" Ayah memecah keheningan antara dia dan anaknya. Iya meletakkan cangkir teh tersebut di meja sembari menunggu jawaban sang anak. (M/n) menghela nafas sebelum menjawab.

"Aman aja." Jawabnya santai, (m/n) menyenderkan tubuhnya melipat tangannya di dada. Ayah hanya mengangkat alisnya, merasa tidak puas dengan jawaban sang anak.

"Sekolah yang benar, kamu tau kan kalau nantinya bakal mewarisi perusahaan ayah." (M/n) mendengus mendengar ucapan ayahnya, sudah berapa kali sang ayah mengucapkan hal itu, tentu membuat (m/n) muak sendiri.

"Kamu harus bisa menjadi contoh yang baik untuk adikmu Micha." Ayah menepuk pundak (m/n) dengan lembut, mendengar nama adiknya di sebut (m/n) jadi teringat jika memiliki seorang adik, bukan kandung melainkan tiri. Saking tidak pernah nya bertemu jadi lupa, maafkan.

"Sekarang tu bocah dimana?" Ayah kembali mengambil cangkir teh nya dan meminum sedikit, lalu menghela nafas sebelum menjawab. (M/n) hanya memperhatikan dalam diam.

"Dia-" belum sempat ayah menjawab pertanyaan (m/n), terdengar suara helikopter mendekat. Semua orang disana langsung berdiri dan menghampiri suara tersebut, terlihat sebuah helikopter mendarat di pekarangan mansion yang luas.

Akibat baling balingnya yang berputar kuat membuat pohon dan benda benda ringan disana terbang. (M/n) menatap heran ke arah helikopter berada, seseorang terlihat keluar dari helikopter. Rambut berwarna pirang dengan gradasi biru, (m/n) kenal betul siapa pemilik rambut tersebut.

Pemuda tersebut- Michael Kaiser, anak kedua dari keluarga (m/n). Ia turun dari helikopter dengan menenteng kopernya, senyuman terukir diwajahnya ketika sudah menginjakkan kaki di tanah mansion tersebut.

"Ayah! Bunda!" Kaiser berlari kearah ke empatnya berada, rambutnya yang sedikit panjang berkibar dan berkilau terkena cahaya matahari. Dengan di iringi musik dan slow motion, pertemuan dan adegan lari tersebut terlihat lebih dramatis.

"Udah mirip film India." Celetuk (m/n) membuat Rin yang di sebelahnya terkekeh dan menyenggol lengannya.

"Micha, anak bontot bunda..." Bunda menghampiri Kaiser dan memeluknya erat, merindukan sang anak karena sudah beberapa bulan ini tidak pulang. Kasier tersenyum senang dan memeluk bunda nya tak kalah erat.

Ayah bergerak untuk mendekati keduanya, dan berganti memeluk anak bontotnya juga. Mengusap kepala sang anak dan mengecupnya sebagai tanda kasih sayang. (M/n) dan Rin hanya melihat dari kejauhan.

"Itu adik kamu?" Tanya Rin membuat (m/n) menoleh ke arah kekasihnya, Rin tidak menatap (m/n), matanya masih fokus melihat kejadian di depannya.

"Iya, kamu naksir hm?" Ucapan (m/n) membuat Rin melotot dan menatap (m/n) yang terlihat sedang tersenyum jahil menatapnya. Rin mencubit pinggang (m/n), membuat sang empu meng'aduh' kesakitan.

"Rasain!" Rin menyilangkan tangannya di dada, dan cemberut. (M/n) hanya terkekeh sembari mengusap pinggang nya yang cenat cenut kena cubitan maut dari kekasihnya.

Setelah meluapkan rasa rindu, kini ketiganya berjalan menghampiri (m/n) yang terlihat sedang menjahili Rin. Kasier sedikit bingung melihat Rin yang tidak ia kenal berada di sana, dan terlihat sangat dekat dengan kakaknya.

"Apa kabar bro?" (M/n) menghampiri Kaiser dan merangkul pundak pemuda tersebut. Kaiser tertawa kecil dengan kelakuan kakaknya tersebut.

"Baik, bro sendiri gimana?"

Itoshi Rin X S!MRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang