Koridor sekolah kini telah dipenuhi oleh banyak siswa dan siswi. Waktu istirahat tentunya menjadi waktu yang sangat ditunggu-tunggu serta disukai oleh semua siswa/i yang berada di sekolah tersebut. Sama hal nya dengan siswa yang bisa dibilang cukup populer disekolah yaitu, Raden Julian. Ia berjalan disekitar koridor untuk menuju ke kantin sekolah. Karena terlalu fokus dengan handphonenya, ia tak sengaja menabrak salah satu siswa didepannya.
Brukkk
"Sorry, gua gak sengaja." Ucap nya acuh sembari mengambil handphone dan merapikan pakaiannya.
"Idih? Gak sopan sih banget lo! Minimal bantu kita beresin lah." Balas teman siswa yang Julian tabrak.
"Gua udah bilang, gua gak sengaja." Saut Julian tak mau kalah dengan ekspresi datar nya.
"Tapi kan sama aj-." Kalimat nya disela oleh sang korban yaitu, Gendis.
"Udah Lun gapapa. Ayo beresin." Ucap nya dan dibalas anggukan. Gendis melihat Julian yang mulai pergi dari hadapannya. "Raden Julian, 11A." Tutur nya.
"Dia dari kelas kita dong berarti?" Gendis melanjutkan kalimatnya dan menoleh ke arah temannya yang bernama Lunatha.
"Oh... Dia kan si nakal yang bolak-balik masuk bk itu, gak heran lagi sih kalau perilakunya kayak gitu." Balas Lunatha.
"Yaudah, ayo buruan diberesin ini bukunya terus kita balikin ke perpus." Ucap Gendis sembari merapikan buku-buku yang terjatuh.
ׄ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ
"Eh Gendis, kayaknya aku cuma bisa bantu sampai sini aja deh." Kata Lunatha didepan pintu perpus.
"Loh kenapa?" Balas Gendis yang penasaran.
"Aku baru inget kalau mau ketemuan sama kak Liam... Ehehehe." Semburat merah muncul di kedua pipi Lunatha.
Gendis pun memahami situasi saat ini, dan langsung mengangguk mengiyakan. "Ahahaha, iya-iya yaudah sana."
"Makasih, nih bukunya." Balas Lunatha lalu memberikan buku-buku tersebut kepada Gendis.
Gendis yang menerima buku itu pun segera merapikan dan menyusunnya di rak masing-masing. Saat sedang merapikannya, ia mendengar pintu perpustakaan terbuka dan langsung menyapanya dengan ramah.
"Selamat datang." Sapa nya.
"Ah ya, terimakasih." Balas siswa tersebut lalu berjalan menuju ke rak buku yang akan ia baca.
Tak lama kemudian, datang siswa lain dengan membawa minuman kaleng. Bukannya menyapa, Gendis justru menegur siswa tersebut karena melanggar salah satu peraturan yang ada.
"Permisi, dan maaf... Peraturan tidak memperbolehkan membawa minuman berasa di dalam perpustakaan." Tegur Gendis dengan nada yang sedikit tidak enak.
"Sejak kapan ada peraturan kayak gitu? Baru tau gua." Protes siswa tersebut.
"Ini aturan baru, tolong dipatuhi peraturannya." Balas Gendis apa adanya.
"Oh, aturan baru ya." Ucap nya sembari tersenyum dan mengangkat satu alis nya.
Siswa tersebut langsung menjatuhkan minuman kaleng tersebut dan menginjaknya, hingga isi minuman itu keluar dari tempatnya. Lantai pun kini menjadi basah karena ulahnya. "Aduh licin banget nih tangan gua... Kalengnya jadi jatuh kan."
"KAMU NGAPAIN SIH JULIAN!" Teriak Gendis dengan nada tinggi.
"Gak sengaja nih gua, salahin tanganya kenapa licin." Balas Julian masa bodoh.
Belum sempat Gendis menjawab pertanyaan tersebut, tiba-tiba ada salah satu murid yang menyela obrolan mereka berdua.
"Raden." Ucap satu siswa yang berada di perpustakaan tersebut.
Julian menghela nafas sembari memutar bola matanya malas. "Ada lo ternyata? Gausah sok akrab sama gua, panggil gua Julian. Sialan lo Saskara." Umpatnya sembari menendang kaleng minuman yang berada di bawahnya, dan segera keluar dari perpustakaan tersebut.
"Sini biar gua bantu beresin." Ucap Saskara, kakak ㅡtiriㅡ Julian.
"Oh ngga usah kak, gapapa. Aku bisa sendiri kok, lagian cuma sedikit ini." Gendis berniat menolak bantuan dari Saskara.
"Boleh ya? Sebagai rasa permintaan maaf atas kelakuan adek gua." Raut wajah Saskara seolah berusaha meyakinkan Gendis akan niatnya.
"Ok deh kak, makasih banyak ya." Akhirnya Gendis pun menerima bantuan darinya dan tak lupa juga untuk mengucapkan terimakasih.
Mereka pun mulai membersihkan lantai yang kotor karena tumpahan minuman tersebut. Suasana di perpustakaan kini cukup hening. Karena merasa tak nyaman, akhirnya Saskara membuka obrolan terlebih dahulu, dan itu mampu menarik perhatian Gendis.
"Julian sebenernya bukan anak yang nakal, Dis." Kata Saskara sembari membersihkan lantai.
"Maksudnya kak?" Gendis pun berhenti melakukan aktivitas nya, dan menoleh ke arah Taehun.
"Julian itu sebenernya anak baik, mungkin dia sedikit kasar kalau sama temen sebayanya, tapi kalau udah sama orang yang lebih tua, dia itu anak nya sopan." Jelas Saskara.
"Kalau lo tanya kenapa dia kayak gitu ke gua, jawabannya mungkin karena benci. Perlakuan orang tua kita ke dia beda, kita sebenernya juga punya sedikit masalah sih.." Lanjutnya.
"Oh gitu ya kak... Aku harap masalahnya cepet selesai ya." Ucap Gendis ikut prihatin.
Saskara hanya mengangguk dan sedikit tersenyum. Akhirnya Gendis pun paham dengan masalah Julian. Tak lama kemudian setelah menyelesaikan kegiatan membersihkan perpustakaan, mereka pun segera kembali ke kelas masing-masing.
ׄ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ
"Aku Gendis Rembulan, orang-orang suka panggil aku pakai nama 'Gendis'. Aku punya temen yang super duper awet banget dari kecil, namanya 'Lunatha'. Reading books and listening music is one of my favorite things. By the way aku blasteran Jepang loh."
"Gua Saskara Pradipta, abangnya Julian. Kita bukan saudara kandung sih, tapi gua sayang kok sama dia. Gua gatau kenapa Julian sebegitu bencinya sama gua, tapi gak masalah. Mau gimana pun perilaku dia ke gua, dia tetep adik gua. Gua juga bakal selalu ada buat dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Matilda [ Lee Juyeon ]
Teen Fiction"Ketika kita bertemu tragedi nyata dalam hidup, kita dapat bereaksi dengan dua cara entah dengan kehilangan harapan dan jatuh ke dalam kebiasaan merusak diri sendiri, atau dengan menggunakan tantangan untuk menemukan kekuatan batin kita." - Non baku...