Setelah terjadi perdebatan itu, Julian memutuskan untuk mengakhiri perdebatannya dan memutuskan untuk segera menuju ke kamarnya. Matanya berkaca-kaca saat melihat sebuah bingkai foto dengan wajah sang ibundanya.
"Bunda... Bunda pasti bahagia ya disana? Raden juga pengen bahagia kayak bunda. Jemput Raden ya bunda? Raden capek kalau harus hidup kayak gini terus bun." Ucap Julian sembari menatap bingkai foto tersebut.
"Kalau ngomong yang jelas yan."
Bodoh sekali, Julian lupa untuk mengunci pintu kamarnya. Alhasil, Saskara yang tak sengaja melewati kamarnya pun mendengar perkataan Julian dan langsung membuka pintu kamar Julian. Julian yang menyadari kehadiran Saskara pun segera menghapus air matanya, lalu berdiri dihadapan Saskara.
"Lancang banget masuk kamar orang tanpa ngetuk pintu. Ada urusan apa lo? Lo gak akan pernah tau apa yang gua rasain sekarang bang."
"Yan, gua tau apa yang lo rasain." Balas Saskara dan bermaksud untuk memegangi pundak Julian.
Dengan cepat Julian langsung menepis tangan Saskara. "Halah bullshit, gua gak akan percaya lagi sama orang-orang yang ada dirumah ini."
"Dengerin gua yan, lo gak boleh bertindak sesuka lo gini. Bunda lo pasti juga sedih ngelihat lo kayak gini. Beliau udah bahagia kan disana? Pasti dia bakal lebih bahagia kalau ngelihat lo bahagia disini." Ucap Saskara berusaha menenangkan Julian.
"Gak usah bawa-bawa bunda gua. Ini kehidupan gua, gak ada sangkut pautnya sama bunda gua. Mending lo keluar sekarang juga dari kamar gua."
"Yan, jalan hidup lo masih panjang, masih ada harapan buat lo bahagia di dunia in-"
Belum sempat melanjutkan kata-katanya, Julian langsung memotong perkataan Saskara. "Lo gak denger? Gua bilang keluar anjir."
Saskara menghela nafasnya. "Oke, gua keluar. Lo semangat ya."
"Makasih." Balasnya ketus.
Akhirnya Saskara memutuskan untuk keluar dari kamar Julian, Saskara paham apa yang sekarang sedang dirasakan adiknya itu.
ׄ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ
Gendis is calling...
"Ngapain lagi nih anak." Ucap Julian dan langsung mengangkat panggilan telepon dari Gendis.
"Halo Dis, kenapa?"
"Masih ada tugas-tugas sejarah yang belum kita selesaiin Ju."
"Iya, terus?"
"Ayo kita kerjain lagi, biar ceper selesai."
"Oh yaudah, ngerjain dirumah lo aja boleh gak?"
"Tumben? Engga mau dirumah mu aja?"
"Gak mau gua, gua lagi males dirumah."
"Oke ditunggu."
Tuttt tutt
Telepon terputus, Julian pun segera mengemasi barang-barang yang harus ia bawa kerumah Gendis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matilda [ Lee Juyeon ]
Teen Fiction"Ketika kita bertemu tragedi nyata dalam hidup, kita dapat bereaksi dengan dua cara entah dengan kehilangan harapan dan jatuh ke dalam kebiasaan merusak diri sendiri, atau dengan menggunakan tantangan untuk menemukan kekuatan batin kita." - Non baku...