Hari ini adalah akhir pekan, dan Julian mencoba untuk pergi berjalan-jalan keluar rumah. Julian sangat menikmati pemandangan kota sembari mendengarkan lagu lewat earphone nya."JULIAN!" Panggil seseorang dari kejauhan.
Yang merasa terpanggil pun berhenti lalu mencari sumber suara. Julian melihat Gendis diseberang jalan sembari melambaikan tangannya. Setelah itu Gendis mulai melangkahkan kakinya ke jalan raya dan langsung menyebrangi jalanan tersebut.
"Kenapa Dis?"
"Engga apa-apa, cuma manggil aja kok." Gendis menggaruk tengkuknya canggung.
"Lo mau kemana emangnya?" Tanya Julian.
"Aku mau ke minimarket sih ini." Balas Gendis.
"Kebetulan gua juga mau kesana, mau bareng?" Julian menawarkan ajakan kepada Gendis.
"Ngajak bareng aku?" Gendis kebingungan sembari menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, gimana? Gamau yaudah, gua duluan ya." Julian mulai berjalan meninggalkan Gendis.
Baru satu langkah, tiba-tiba tangan Julian ditarik oleh Gendis. "DIH! AKU NGGA BILANG NGGA MAU LOH!" Gendis kesal.
"Ahahaha, yaudah ayo."
ׄ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ
Tak terasa berapa lama perjalanan menuju ke minimarket, akhirnya mereka pun sampai. Mereka segera masuk dan mengambil beberapa makanan serta snack yang mereka inginkan. Karena suasana minimarket hari ini sedang sepi, Julian memutuskan untuk memakan makanannya langsung ditempat.
"Kamu gak makan dirumah aja?" Tanya Gendis.
"Gak, males Dis."
"Kenapa emangnya?" Gendis semakin dibuat penasaran.
"Gapapa, males aja." Balas Julian sembari memakan makanannya.
"Kamu habis berantem sama orang tua kamu lagi?" Tebak Gendis tiba-tiba.
UHUUKK UHUUKK
"Astaga, Ju..."
Gendis dengan cekatan segera mengambil minuman yang ada dimeja dan langsung memberikannya kepada Julian. Setelah Julian meminum minuman tersebut keadaannya langsung membaik. Saat sudah kembali normal, Gendis pun memulai topik terlebih dahulu.
"Kamu gapapa Ju? Maaf ya udah bikin keselek." Tanya Gendis sedikit khawatir.
"Iya udah gapapa." Julian memberi anggukan kepada Gendis menandakan bahwa tak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Omong-omong lo tau darimana kalau gua sering berantem sama orang tua gua?" Lanjut Julian menanyakan hal tersebut.
"Dari kak Saskara... Maaf ya kalau keliatan lancang." Gendis menjadi tak enak hati.
"Jadi sekarang lo udah tau kan gimana kehidupan gua? Lo masih tetep mau temenan sama anak broken home kayak gua?" Tanya Julian.
"Kenapa engga? Aku temenan sama orang yang menurut aku baik Ju, dan aku juga tau kalau kamu sebenernya anak baik. Tenang aja, aku bakal yakinin orang tua kamu kalau kamu itu anak baik!" Jelas Gendis.
Julian sedikit tertawa mendengar jawaban dari Gendis. "Lo yakin? Kalau gua sih gak yakin. Tapi gua berharap lo bener-bener bisa ngeyakinin orang tua gua Dis. Gua udah capek." Sepertinya banyak harapan yang Julian taruh kepada Gendis.
Gendis paham dengan apa yang Julian katakan. Siapapun pasti lelah dengan urusan pribadi mereka, terkhususnya menyangkut urusan dengan kedua orang tua.
"Yaudah, lanjut makan yuk? Habis itu balik."
ׄ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ
Mereka kini berada didepan rumah Gendis. Hanya sekedar mampir dan mengantarkan Gendis, tidak ada maksud yang lain.
"Rumah lo disini ya ternyata?" Tanya Julian yang sama sekali tak asing dengan rumah Gendis.
"Iya! Kapan-kapan mampir yaa, kan deket tuh sama rumah kamu."
"Gampang, kapan-kapan gua mampir."
"Sip deh, akhirnya aku punya temen main lagi. Palingan yang kesini juga cuma si Luna."
"GENDIS!!" Teriak Lunatha dari kejauhan.
Baru juga dibicarakan, anak itu sudah berada di beberapa langkah menuju rumah Gendis. Gendis hanya bisa membatin melihat tingkah laku Lunatha.
"Panjang nafas deh kamu Lun!" Ucap Gendis yang sudah tak heran dengan tingkah Lunatha.
"Kok kamu sama Julian? Jangan-jangan kalian..." Goda Lunatha kepada Gendis.
"Ngga usah mikir yang aneh-aneh ya kamu!" Balas Gendis kesal dengan menepuk lengan Lunatha.
"Hehe, bercanda kok Gendis~~~" Rayu Lunatha dengan nada yang mendayu-dayu.
"Yaudah Dis, gua pamit dulu." Potong Julian disela percakapan antara Gendis dan Lunatha.
"Eh iya Ju, makasih ya udah nganterin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Matilda [ Lee Juyeon ]
Teen Fiction"Ketika kita bertemu tragedi nyata dalam hidup, kita dapat bereaksi dengan dua cara entah dengan kehilangan harapan dan jatuh ke dalam kebiasaan merusak diri sendiri, atau dengan menggunakan tantangan untuk menemukan kekuatan batin kita." - Non baku...