Tak terasa hari telah esok. Sinar matahari mulai menyinari ruang, tempat dimana Julian dan Jairo beristirahat. Kini jam menunjukkan pukul lima pagi. Seperti yang kalian tahu, Jairo adalah anak yang rajin, terbiasa bangun pagi dan menyiapkan sarapannya sendiri disaat kedua orangtuanya pergi untuk bekerja. Berbanding terbalik dengan Julian, yang selalu bangun mepet dan jarang sarapan dirumah.
"JUN! BANGUN GAK LO?" Teriak Jairo sembari menarik selimut yang menyelimuti tubuh Julian.
"Lima menit lagi dah." Balas Julian setengah sadar, lalu menarik kembali selimutnya.
"Gak ada lah! Udah jam segini Yaaan. CEPET BANGUN GAK LO!" Ucap Jairo dan setelah itu melemparkan guling ke tubuh Julian.
"IYA IYA AH! LO MAH KERAJINAN." Balas Julian kesal lalu segera beranjak dari ranjangnya.
"Cepet lo mandi, abis tu bantuin gua buat sarapan! Gamau kalau lo terima jadi."
"Iya-iya santai aja kenapa." Julian langsung memutar bola matanya malas, dan langsung menuju ke kamar mandi untuk melaksanakan kegiatan paginya.
ׄ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ
Beberapa saat kemudian, Julian beranjak dari kamar dengan seragam lengkap milik Jairo. Julian menuruni satu-satu anak tangga dan langsung menuju ke dapur untuk membantu sahabatnya menyiapkan sarapan.
"Gua harus ngapain Ro?" Tanya Julian.
"Lo ambil aja itu ham sama selada dan kawan-kawannya di kulkas." Balas Jairo.
"Kawan-kawannya apaan? Gua gapernah buat makanan dah."
"Astaga naga Yan. Ya tomat, timun, ambil juga tuh mayonaise sama saos terserah mau yang tomat apa pedes, pokoknya yang buat bikin sandwich gitu daahh, masa gatau sih." Jelas Jairo panjang lebar.
"Lo gak bilang sih kalau mau buat sandwich." Balas Julian untuk membela diri sendiri.
"Serah lo dah terserah. Masih pagi ini gua gamau marah-marah." Ucap Jairo sembari mengelus dada.
"Hehehe..."
Beberapa menit berlalu, kini sandwich yang mereka buat telat jadi.
"Akhirnya jadi / akhirnya." Ucap mereka berdua bersama.
"Cepetan makan Yan, nanti telat." Kata Jairo.
"Santai aja elah, masih jam setengah 7 juga." Balas Julian santai.
"Mata lo santai, buruan!"
"Iya-iya ah, marah-marah mulu."
Setelah perdebatan itu, mereka langsung memakan sandwich tersebut. Mereka makan lahap karena makana tersebut adalah makanan buatan mereka sendiri. Katakan siapa yang tidak menyukai masakan sendiri? Sungguh orang yang aneh.
ׄ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ
Sarapan pun selesai, mereka dengan segera mengambil tas dan mulai menaiki kendaraannya masing-masing.
"Dah siap Ro?" Tanya Julian.
"Yoi! Yuk gas." Balas Jairo dengan semangat.
Disaat itu pula, mereka mulai memasang helm di kepala sebagai pelindung. Kucing terlah tertancap pada kendaraan masing-masing, dan mereka bergegas untuk menghidupkan mesin kendaraan tersebut.
BRUUMM BRUM BRUMMM
"Lo duluan Ro, gua dibelakang aja." Ucap Julian.
"Buset, berasa punya backingan nih gua." Balas Jairo pede.
"Udah cepetan."
Jairo mulai menjalankan kendaraannya perlahan dan disusul dengan Julian yang berada di belakang.
ׄ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ
Lancar dan tanpa hambatan, itulah kondisi mereka sekarang saat berkendara. Tak berselang lama, terowongan pun terlihat dan mereka melintasinya seperti biasa. Namun saat berkendara, tiba-tiba Julian merasakan sakit di kepala.
Pandangannya memburam, Julian berusaha menghilangkan pandangan buramnya dengan menggelengkan kepala dan mengerjapkan mata berkali-kali. Namun usaha itu tidak menghasilkan apapun. Julian terpaksa menghentikan kendaraannya. Untung saja saat itu keadaan terowongan sedang sepi. Jika tidak, bagaimana nasibnya?
"Akhh." Rintis Julian kesakitan dan reflek memegangi helm nya.
Jairo yang tersadar dengan melihat spion motor nya pun langsung ikut menghentikan kendaraannya.
"WOY! LO KENAPA BERHENTI?" Jairo menoleh ke belakang dan langsung berteriak.
"SORRY, MOTOR NYA MATI SENDIRI." Balas Julian dengan alasannya.
"YAELAH, MINTA GANTI MOTOR ITU." Jairo tak menghiraukan ucapan Julian.
Julian pun bergegas mendekati Jairo dengan kendaraannya. "Ogah ya, gua sayang banget nih sama Atlas ganteng."
"Udahlah gas aja." Lanjut Julian.
Julian with Atlas
KAMU SEDANG MEMBACA
Matilda [ Lee Juyeon ]
Ficção Adolescente"Ketika kita bertemu tragedi nyata dalam hidup, kita dapat bereaksi dengan dua cara entah dengan kehilangan harapan dan jatuh ke dalam kebiasaan merusak diri sendiri, atau dengan menggunakan tantangan untuk menemukan kekuatan batin kita." - Non baku...