Chapter 05 ; Mimpi

17 2 0
                                    

Hari ini, Gendis menjalankan aktivitas sekolahnya seperti hari-hari biasa. Saat ini, Gendis sedang berada dikantin untuk membeli susu. Setelah selesai membayar dua susu yang Gendis beli, Gendis pun segera kembali menuju ke kelasnya. Namun saat ditengah jalan, Gendis melihat seorang siswa yang sedang menggendong tas ransel hitam dari belakang, dan menurut Gendis perawakan itu tak asing. Siswa tersebut adalah Julian.

"Julian!" Teriak Gendis lalu pergi menghampiri Julian.

"Iya?" Balas Julian.

"Kamu mau ini?" Gendis menawarkan susu yang sempat ia beli tadi kepada Julian. "Kebetulan aku beli dua nih."

"Gak usah." Tolak Julian.

"Yakin? Udah ini ambil aja." Ucap Gendis sembari menyodorkan susu tersebut.

"Aneh. Tapi makasih." Lagi-lagi Julian dibuat heran dengan tingkah Gendis.

"Iya sama-sama."

Julian melihat Gendis mulai pergi dari hadapannya. Julian pun segera membuka susu tersebut dan langsung meminumnya. Sebenarnya, Julian tak sempat sarapan tadi pagi. Julian malas bergabung dengan kedua orangtuanya, karena itu hanya akan membuat suasana hatinya menjadi buruk.

ׄ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ

"Mungkin sampai disini saja pembelajaran mapel bahasa Inggris hari ini, sampai jumpa beberapa hari lagi." Final guru yang sedari tadi mengajar kelas tersebut.

"Terimakasih bu." Ucap kompak para siswa.

Setelah mendengar kata-kata itu, guru tersebut pergi meninggalkan kelas. Disisi lain, terdapat Julian yang menghela nafasnya dengan berat, lega karena pelajaran bahasa Inggris telah usai. Julian pun memutuskan untuk tidur.

"Akhirnya selesai juga nih mapel. Karena jamkos, better gua tidur dah." Monolog Julian.

Ditengah tidur lelapnya, samar-samar Julian mendengar suara yang tak asing sedang memanggil-manggil namanya.

"Raden... Anakku Raden..."

Karena merasa terganggu, Julian pun membuka matanya. Julian terkejut bukan main dengan apa yang sedang ia lihat.

"Bunda? Gak. Ini semua gak mungkin, ini pasti cuma halusinasi gua." Ucap Julian memastikan untuk dirinya sendiri.

"Raden... tolong berteman dengan anak itu ya?" Pinta ibunda Julian dengan nada sayu.

"Maksud bunda apa? Raden gak paham bunda."

"Anak itu anak yang baik, tolong turuti permintaan bunda."

"Raden gak paham bunda. Bunda bakal tetep disini temenin aku kan? Jelasin semuanya ke aku, bunda gak mungkin tinggalin Raden lagi kan? Raden mohon..." Kata Julian sembari mendekati sosok ibundanya. Namun, sosok tersebut justru menghindarinya.

"Bunda udah bahagia disini nak, kamu juga harus bahagia disana ya."

"Gak bunda! Itu semua mustahil. Lebih baik aku ikut bunda, biar kita sama-sama bahagia bunda."

Tak ada jawaban sama sekali dari ibundanya. Justru ibundanya samar-samar mulai menghilang dari hadapannya.

"GAK! BUNDA!!" Julian reflek berteriak melihat ibundanya yang hilang menyatu dengan cahaya putih, dan Julian pun terbangun dari mimpinya.

Julian tak menyadari ada Gendis disebelahnya, karena Gendis baru saja bertukar tempat duduk dengan salah satu siswa.

"Hey? Kamu kenapa nangis? Mimpi buruk ya?" Ucap Gendis yang sedikit khawatir.

"Gua gapapa kok Dis, cuma mimpi aja. Kalau gitu gua mau cuci muka dulu."

"Oke..."

Julian segera bangkit dari tempat duduknya dan menuju kamar mandi. Saat sampai dikamar mandi, Julian segera mencuci mukanya dan menatap mukanya dicermin.

Julian berusaha mencerna kata-kata bundanya didalam mimpi tadi. Berteman? Dengan siapa? Apa mungkin yang dimaksud bundanya adalah Gendis? Mungkin memang benar, Gendis adalah anak yang baik untuk menjadi teman Julian.

ׄ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ

Selesai dari kamar mandi, Julian langsung kembali ke ruang kelasnya.

"Gendis." Julian berusaha membuka topik terlebih dahulu.

"Iya?" Balas Gendis.

"Makasih ya udah mau jadi temen gua."

"Gimana-gimana?" Gendis bingung karena ini terlalu tiba-tiba.

"Padahal gua udah bikin lo kesel waktu itu, di perpustakaan. Maafin gua ya? Gua bakal berusaha jadi temen yang baik buat lo." Lanjut Julian.

"Ini serius?" Tanya Gendis yang sedikit terkejut.

"Biasa aja bisa? Gua cuma nerima pertemanan dari lo, bukan nerima lamaran."

"Ahahaha iya, aku seneng kamu bisa nerima pertemanan kita, makasih juga ya."

Matilda [ Lee Juyeon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang