Tak lama kemudian, mie buatan Jairo telah jadi. Dari tampilannya tidak ada yang special, untuk rasa juga sama saja seperti biasa. Namun, mereka nampak sangat menikmati makanan tersebut. Hanya ada suara televisi dan seruputan mie yang mereka makan. Tiba-tiba, Julian berbicara.
"Ro." Panggil Julian.
"Apa?" Balas Jairo.
"Gua boleh gak nginep beberapa hari disini? Janji beberapa hari doang." Ucap Julian.
"Emang kenapa sama rumah lo? Sampai begitunya." Tanya Jairo penasaran.
"Engap banget gua dirumah itu, rumah serasa bukan rumah sumpah Ro."
"Ada masalah lagi? Boleh aja sih sebenernya, tapi pakaian lo gimana? Seragam sekolah juga?"
"Lah iya juga ya, masa gua harus balik ambil dulu."
"Yaudah gini aja, pakai dulu tuh seragam cadangan gua, tapi lo harus laundry sendiri."
"Aman, gua bisa nyuci baju kok." Balas Julian bangga.
"Oke dah, kalau gitu sekalian aja cuciin pakaian gua." Kata Jairo.
Setelah percakapan itu, tak ada percakapan lagi. Mereka melanjutkan aktivitas malam hanya dengan menonton televisi. Begitupula dengan canda dan tawa yang mereka buat.
ׄ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ ▭ׅ ▬ׄ
Sekarang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Julian dan Jairo sudah merasa mengantuk, dan memutuskan untuk tidur.
"Yan, tidur dah yuk? Ngantuk banget gua." Ajak Jairo.
"Oke dah, gua juga udah ngantuk." Julian mengiyakan ajakan Jairo.
Saat Julian hendak berdiri, Jairo menghentikannya karena merasa ada yang janggal.
"Bentar deh Yan." Jairo menghentikan langkah Julian.
"Hah apa anjir?" Julian pun merasa kebingungan.
"Anjir Julian, lo gak kerasa di hidung lo ada darah?" Ucap Jairo panik.
"Hah?"
Julian dengan spontan menempelkan jari telunjuk nya ke hidungnya. Julian ikut terkejut dan langsung berlari begitu saja ke kamar mandi.
Suara kran wastafel memenuhi kamar mandi. Nampak banyak darah yang keluar dari hidung Julian.
"Kenapa mimisan njir, apa karena gua kecapekan ya tadi? Kalau kumat gak mungkin, itu udah lama banget. Tapi kalau emang iya gimana?" Ucapnya dalam hati sembari membersihkan noda darah yang masih tersisa dihidungnya.
Disisi lain ada Jairo yang menunggu Julian diluar dan nampak sedikit gelisah. Bagaimana tidak, Julian sudah lama berada di kamar mandi dan tak ada tanda-tanda keluar sama sekali. Sedangkan Jairo hanya bisa mendengar suara kran air dari luar.
"Gua masuk aja kali ya?" Ucap Jairo kebingungan.
"Oke gua masuk."
Saat akan memegang gagang pintu tersebut, tiba-tiba saja pintu terbuka. Tentu itu membuat Jairo terkejut.
"Anjir ya Julian, ngagetin lo!" Umpatnya kepada Julian.
"Lagian siapa yang suruh masuk, gua tanya?" Tanya Julian.
"Ya lo lama banget anjir, gimana kalau lo ternyata pingsan di dalem? Wajarlah gua khawatir." Balas Jairo.
"Santai aja Ro, cuma kecapekan kali gua."
"Kalau ada apa-apa bilang ke gua Yan, inget kalau gua temen lo, dari kecil lagi."
"Iya temen kecil." Balas Julian santai.
"Udah dah, ayo tidur." Lanjut Julian.
Akhirnya mereka pun menuju ke kamar dan langsung tidur dengan nyenyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matilda [ Lee Juyeon ]
Teen Fiction"Ketika kita bertemu tragedi nyata dalam hidup, kita dapat bereaksi dengan dua cara entah dengan kehilangan harapan dan jatuh ke dalam kebiasaan merusak diri sendiri, atau dengan menggunakan tantangan untuk menemukan kekuatan batin kita." - Non baku...