Dua minggu kemudian...
"Pulang bareng gue"
Zora mengangguk dan segera naik ke motor laki laki itu.
"Lo mau bawa gue kemana?" Tanya zora. Pasalnya ini bukan arah ke rumah nya.
"Ke rumah gue bentar."
Zora membulatkan matanya."Lo ngapain bawa gue ke rumah lo." Selidik zora penuh curiga.
"Menurut lo, ngapain gue bawa lo kerumah gue?"
Bukannya menjawab rion malah kembali bertanya.
Ya laki laki itu adalah rion. 2 Minggu ini memang dia sedang mendekatkan diri kepada zora. Zora pun merespon dengan baik perilaku Rion kepada nya."Lo jangan macam macam ya kak."
"Iya, gak macam macam kok."
Jawaban rion membuat zora menarik nafasnya lega."Di rumah lo ada siapa aja?" Zora kembali melayangkan pertanyaan.
"Tenang aja di rumah gak ada siapa siapa kok, biar kita lebih bebas."
Wajah zora memerah, apa apaan maksud cowok di depannya ini. Kan otak nya jadi traveling.Rion yang menyadari keterdiaman zora lantas menyahut.
"Mikir apa lo?, gk usah mikir macam macam."
"Gue gak mikir yang lain lain yah"
Akhirnya Rion mengalah.
Hingga mereka sampai di parkiran rumah rion."Lo ngapain sihk bawa gue kerumah lo, udah gak ada orang lagi. Gimana kalau tetangga lo mikir macam macam.
"Tetangga gue kerja."
"Iss kak, lo kok gak peka banget sihk" zora menggerutu kesal dengan jawaban rion.
Rion tak meladeni perkataan zora. Ia segera menarik tangan gadis itu untuk masuk ke dalam rumah nya.Zora tak menolak, ia memilih pasrah saat ditarik masuk kedalam rumah rion.
"Tunggu disini, gue mau ganti baju dulu"
"Lo mau ninggalin gue sendiri?"
"Terus lo mau gimana?, mau ikut kekamar gue liat gue ganti baju, atau gantiin baju gue?"
Zora menatap rion dengan tatapan terkejut. Rasanya dia ingin menendang kepala rion. Mulut laki-laki itu sepertinya tidak bisa di kontrol. Asal mengucapkan saja.
Rion yang melihat wajah zora yang memerah menarik sudut bibirnya. Dia tahu kalau zora sedang menahan kesal terhadap nya. Tapi entah kenapa dia puas melihat ekspresi zora saat ini.
Dia ingin mengerjai zora kembali."Ayok. Ke kamar gue."
"KAK RION ...Gue bunuh lo"
Teriak zora menggema di ruang tamu.
Rion segera berlari ke kamarnya untuk menghindari serangan Zora yang sudah siap untuk menabok kepala nya."HAHAHA..."
Rion meledak kan tawanya di sela sela dia berlari.
Zora yang mendengarnya sedikit tertegun. Jujur saja ia belum pernah mendengar suara tawa rion sekeras ini.Ahhh melihat rion tersenyum saja dia sangat jarang. Apalagi kalau melihatnya tertawa.
Rion sudah kembali dari kamarnya.
Rion membawa sebuah Hoodie warna biru dan melemparkannya ke arah zora. Zora yang tidak siap menangkap nya lantas hoodie itu terlempar ke wajah nya."Bawa" singkat rion.
"Buat apa?"
"Nanti buat lo pake"
Zora tidak mengerti, tapi dia memilih diam karena malas berbicara dengan rion. Menurut nya rion itu sangat belibet, kenapa tidak langsung mengatakan tujuan nya memberikan Hoodie itu. Ini masih jam 3 sore, dan hawa udara masih sangat panas. Tidak mungkin dia memakai Hoodie tebal .
Zora terus mengikuti rion yang berjalan keluar rumah. Rion pun segera naik ke motor nya dan diikuti zora. Zora tetap diam tapi tidak dengan pikirannya.
'jadi dia bawa gue ke rumah nya cuma buat nunggu dia ganti baju?'. batin zora bertanya tanya. Masa cuman gitu doang pikirannya lagi. Bayangkan saja dia membawanya kerumahnya tanpa alasan yang jelas. Di tawarkan minum saja tidak. Padahal kan dia haus dan lapar. 'Dasar tidak peka'.
Zora jadi melamun sepanjang perjalanan. Tak terasa Rion menghentikan motornya di sebuah kafe.
"Kita makan dulu."
Zora mengangguk kan kepala nya tanda ia setuju. Dia juga sedari tadi sudah menahan lapar.Setengah jam mereka menghabiskan waktu untuk makan. Dan sekarang mereka melanjutkan perjalanan nya.
"Rion lo mau bawa gue kemana?"
Lagi lagi rion tak membawa nya kearah rumah nya"Gue mau ngajak lo ke suatu tempat."
"Iya tapi kemana?"
"Tunggu aja"
20 menit kemudian mereka telah sampai di sebuah pantai. Rasanya sangat segar dan tenang menikmati hembusan angin. Rion menuntun Zora ke sebuah tempat duduk.
Zora pun duduk disamping rion. Tak disangka rion malah semakin mendekat ke samping nya. Memutuskan jarak diantara mereka hinggap bahu mereka bersentuhan.
Zora tersentak saat tak terduga Rion me sandarkan kepalanya ke bahu Zora.
"Biarin gini dulu, 5 menit aja"
Zora yang ingin protes menelan kembali kata katanya."Ra"
gumam rion nyaris tak terdengar."Kak Rion ngomong?"
" Hmm gue mau nanya sama lo."
"Mau nanya apa kak?"
"Lo pernah gak sih, marah sama orang yang bahkan gak salah apa apa sama lo. Tapi karena lo lagi cape lo malah ngelampiasin ke orang itu?"
"Emm, kak rion lagi ngalamin?"
Setelah berpikir beberapa detik, zora menyahut."Lo cukup jawab pertanyaan gue."
Jawab rion datar. Dia menginginkan jawaban gadis itu. bukan malah bertanya balik.
Zora menggeser posisi duduknya hingga menatap wajah laki-laki itu dari samping. Rion yang sadar sedang diperhatikan menoleh ke arah zora. Sesaat mereka saling bertatapan hingga zora membuka mulut bersuara."Kak, semua orang pasti pernah rasain itu dimana kita habis marah, kecewa, capek dan sebagainya. Atau saat kita lagi badmood tapi malah ditanya ini itu, disuruh, bahkan dituntut. Nahk, itu semua bakal buat kita semakin kesal dan berujung marah ke orang itu. yang kita butuhkan saat kesal adalah ketenangan."
Rion tetap setia mendengar jawaban zora. Iris mata itu saling beradu, Rion yang mencoba memahami kata-kata gadis itu, sedang kan Zora sedang mencari makna tatapan dari rion.
"Tapi sekesal kesalnya kita jangan sampai bentak orang atau menyakiti hati seseorang dengan berlebihan. Kita coba buat cari tempat yang bisa nenangin pikiran kita. Jangan ngelampiasin ke orang yang gak bersalah karena itu membuat mereka tidak nyaman saat bersama kita."
"Tapi menurut gue kalo udah terlanjur, yaudah minta maaf dulu. Akuin kesalahan lo, dan mulai belajar buat mengontrol emosional lo karena gak semua orang mengerti kita, gak semua orang dapat menerima perlakuan kita."
Jawab zora bijak. Rion yang mendengar nya terdiam. Dia memang sedang memiliki masalah dengan keluarga nya. Tapi saat teman temannya ingin bertanya dia malah marah kepada sahabatnya itu sampai mereka beradu otot.
Dan dia mengajak zora kesini untuk menyegarkan pikiran nya, dan dia sadar bahwa ia harus meminta maaf kepada sahabatnya karena sudah memancing pertengkaran. Katakan saja dia seperti anak perempuan di luar sana, yang ketika badmood malah marah marah tidak jelas ke semua orang.
"Ehemm"
Zora berdehem, karena rion belum memutuskan tautan mata itu, dia segera mengalihkan dan memutar posisi duduknya.DEG
Zora mematung merasakan tubuh nya yang terhuyung ke belakang..Holla manteman
Ayok FOLLOW AKUN AKUU
AKU JAMIN BAKALAN AKU FOLLBACK.
DAN YANG MAU VOTE BACK JUGA GASSKEUN .TENGKIU n LOPYU
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST SMILE
RandomGadis yang memiliki kehidupan nyaris sempurna. Aura positif yang selalu terpancar, hidup penuh kasih sayang, dia sangat dicintai dan disayangi. # Apakah gadis itu dapat mempertahankan semua yang pernah dimiliki nya?. Jangan lupa follow akun ini‼️