12. izin

0 0 0
                                    

Jangan lupa vote dan follow ✨🌟🌟

*

*

*
Setelah bel istirahat berbunyi, Rion dan kawan kawan nya pun memutuskan pergi ke kantin.
Mereka melewati lorong dengan memasukkan tangan nya ke kantong celana. Gaya dan cara berjalan mereka tampak cool, tapi bukan dengan sifat asli mereka yang pencicilan.

"Anjay no, gue ganteng banget gak sihk hari ini?"  Di tengah perjalanan delon memecah keheningan dengan pertanyaan konyol nya.

"Aelah kapan lo ganteng?, orang lo mirip pak bodong." Sahut liam pedas. Pak bondong adalah guru PKN  yang sangat menjengkelkan dan terkenal kiler dan hobi menyiksa siswa nya. Sudah begitu pak bodong memiliki perut buncit dan kepalanya botak.

"Gue gak nanyak lo yah!, lagian gue udah ganteng gini, pasti cewe cewek udah pada menjerit liat gue."  Jawaban dengan tingkat kepedean yang sangat teramat tinggi.

"Gak usah berangan angan terlalu tinggi, kalau jatuh nanti terlalu sakit." Balas liam pedas.
Dan mereka segera memasuki kantin. Delon pun tak melanjutkan ucapannya.

Disisi lain rion salah fokus melihat keberadaan seseorang yang akhir akhir ini membuat jantung nya berdebar tak karuan.

"Wah liat apaan lo yon?"
Rion segera mengalihkan tatapannya kalas salah satu temannya menangkap basah dirinya tengah menatap orang lain.

Liam yang menyadari dan peka terhadap sekitar pun menarik unung bibirnya sekilas. Ahh seperti nya dia tahu siapa yang sedari tadi di tatap rion.

Tapi dia sedikit heran! Sejak kapan dia menyukai adik dari salah satu temannya ini.
Pasalnya dia tidak pernah melihat mereka  bertegur sapa. Ahh tapi biar saja itu urusan temannya itu.

*****

"Ar, gue mau bicara sama lo"
Ucap rion yang sedang mengambil motor nya dari parkiran. Bel pulang sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu.

Arno menyergit kan alis nya. Tumben Rion mengajaknya bicara empat mata. Seperti nya ada hal yang serius. Teman temannya yang lain pun hendak bertanya, tapi rion sudah lebih dulu melesat kan motor nya. Arno pin segera mengikuti dari belakang.

Sesampainya di sebuah kafe rion memberhentikan motor nya dan segera mengajak arno masuk ke dalam. Kafe itu tampak sangat menarik untuk kalangan anak muda.

"Lo mau ngomong apa?"
Tanya arno Setelah mereka mendapatkan tempat duduk.

"Ehem, lo mau pesan apa dulu?"
Rion sedikit gugup entah kenapa. Sedangkan arno semakin heran terhadap tingkah temannya ini.

******

Disisi lain zora sudah sampai di kediaman nya.
Dia menaikan salah satu alisnya kala dia tidak mendapati arno di rumah nya. Tumben sekali abangnya ini tak langsung pulang ke rumah setelah dari sekolah pikir nya.

Memilih tak peduli ia langsung melanjutkan langkah nya ke kamar nya untuk berganti pakaian sebelum makan siang .

"Bi, bang arno belum pulang yah"

"Belum non, coba non tanya dulu. Gak biasa tuan muda pulang telat." Balasan dari bi inah segera dilakukan zora. Tapi sayang nya handphone arno tidak aktif.

"Gak aktif bi, mu mungkin bentar lagi pulang."
Bi inah pun menganggukkan kepalanya Mendengar jawaban zora.

Tak sampai setengah jam arno sudah tiba di rumah nya.

"Dari mana aja lo bang?"
Tanyak Zora to the point.

"Tadi ngumpul dulu bareng teman, udah yah gue mau ke kamar bentar." Tak memedulikan balasan zora, arno segera melanjutkan langkah nya menuju kamarnya.

Sedangkan zora sedikit heran, seperti nya arno sedang lelah hingga tak seperti biasanya yang sangat cerewet.

Tak bisa di biarkan! Zora sangat suka mengganggu ketenangan sang abang. Ia pun memutuskan menyusul arno ke kamar nya.

THOK!!

THOK!,

Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar arno.

"Bang, gue masuk yah."

Arno menarik nafas sekilas lalu berdehem.
Sedangkan zora langsung masuk ke kamar arno.

"Napa sih lo bang, muka lo kaya orang punya banyak utang aja" zora sedikit merasa jengkel karena abang nya tak mengeluarkan satu kata pun sejak ia masuk ke dalam kamarnya tadi.

"Ra, lo suka sama siapa?"
Tanya arno tidak jelas.

"Maksud lo?"

"Jawab pertanyaan gue, Lo suka sama siapa?"
Arno semakin aneh, saat dia meminta jawaban secara menuntut ke zora.

"Apaan sih, gak jelas banget. Gue gak suka sama siapapun yahh!!"
Zora yang kesal langsung menjawab pertanyaan arno dengan wajah tak bersahabat.

"Serius?"
Selidik arno. Zora yang melihat nya segera mengangguk.  Dan setelah nya terdengar suara helaan nafas dari arno.

"Aneh lo!"
Arno yang mendengar hinaan dari mulut sang adik pun menatap nya tajam.

"Apa salah nya gue nanya gitu?"
Seperti nya arno yang pencicilan tidak mau kalah ketika bersama sang adik sudah kembali.

"Bang, papa, mama kapan pulangnya?
Orang tua zora memang sedang pergi ke luar kota untuk menjalankan tugas nya.

"2 Minggu lagi mungkin"

"Yahh, lama banget"
Desah zora kecewa.

"Ra, misalkan ada yang suka sama lo
Lo bakalan giman?"
Arno kembali ke topik pertama.

"Yah gak gimana gimana! Kan dia yang suka. Lagipula yah, cowok banyak yang suka sama gue, gak mungkin gue jabanin semua".Jawab zora pede.

Arno mendengus pelan. Meskipun perkataan zora tadi tak sepenuhnya salah. Banyak laki laki di luaran sana yang mengejarnya. Dan tak sedikit juga yang meminta izin kepadanya untuk mendekati zora tapi dia selalu melarang. Alasannya zora masih terlalu kecil jika untuk berpacaran. Dia tidak mau orak mungil adik polos nya itu ternodai.

"Oke, pokonya kalai ada yang dekatin lo harus lapor dulu sama gue! Sekalipun itu teman dekat. Gue harus seleksi dulu." Jawab arno kembali dengan nada posesif.

Sedangkan Zora yang mendengar nya hanya mengangguk anggukkan kepala nya. Sudah biasa menghadapi sikap posesif arno.

Tapi dia juga merasa senang terhadap sikap posesif yang di berikan sang abang karena zora tau itu adalah cara Arno untuk mengekspresikan rasa sayangnya.




Sudah pas 1 bulan
Baru aku update
Namun kalian tampak baik saja
Bahkan tak ada yg bertanya
Sedangkan aku disini sudah sekarat:(

Terima kasih sudah membaca^~^

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LOST SMILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang