Happy Reading Yaaa!! 😊📚
___•___Hari-hari setelah pertemuan di kafe itu terasa dingin dan suram bagi Arka. Meskipun mereka masih sering berkomunikasi, percakapan mereka penuh kebisuan yang tidak nyaman. Hubungan yang dulu hangat dan ceria kini diwarnai ketegangan dan kebisuan panjang.
Suatu sore, Arka memutuskan untuk menelepon Laura. Ia merasa ini saatnya membicarakan semuanya dengan jelas.
"Halo, Ra," suara Arka terdengar berat.
"Hai," jawab Laura dengan datar, suaranya terasa jauh, seolah kelelahan dengan semua ini.
Arka terdiam sejenak sebelum berbicara, "Kita nggak bisa terus-terusan kayak gini, La. Setiap kali kita ngomong, rasanya kayak ada tembok di antara kita."
Laura menarik napas panjang. "Gue tahu, Ka. Tapi lo juga pasti ngerasa, kita udah coba berulang kali, tapi nggak ada yang berubah. Gue capek sama semua ini."
Arka menggigit bibirnya, menahan amarah yang mulai membara. "Lo pikir gue nggak capek? Gue capek, La. Tapi gue nggak pengen kita nyerah begitu aja. Gue masih pengen kita bisa selesain ini."
Suara Laura terdengar lebih dingin. "Tapi, mungkin kita memang nggak cocok, Ka. Setiap kali lo ngomong soal masa lalu gue, gue ngerasa lo nggak percaya sama gue. Gue nggak bisa terus hidup di bawah kecurigaan lo."
"Ini bukan soal gue nggak percaya, Ra! Ini soal kejujuran. Gue cuma pengen tahu apakah lo bener-bener udah move on," suara Arka mulai meninggi.
Laura terdiam, merasakan air mata mulai menggenang. "Gue udah coba jujur, tapi lo maksa gue buat move on secepat mungkin. Gue butuh waktu, Ka."
Arka terdiam, menahan emosi. Di satu sisi, ia tahu Laura butuh waktu. Namun di sisi lain, ia merasa dikhianati oleh perasaan yang tak sepenuhnya ia pahami.
"Kita udah dua bulan bareng, Ra. Gue pengen tahu, hubungan ini masih ada harapan nggak? Atau kita emang nggak punya masa depan?"
Suara Laura pecah, emosinya memuncak. "Mungkin kita nggak punya masa depan, Ka. Mungkin ini emang waktunya buat kita udahan."
Kata-kata Laura menghantam Arka seperti pukulan keras. Dia merasa hatinya remuk, tapi di lubuk hatinya, dia tahu bahwa mungkin ini memang jawaban yang sudah lama mereka hindari.
"Jadi, lo mau kita putus?" tanya Arka, suaranya pelan namun penuh kesedihan.
Laura menangis, suaranya bergetar. "Iya, Ka. Gue rasa kita harus putus. Gue nggak kuat terus-terusan kayak gini. Gue nggak bisa terus disalahin soal masa lalu gue."
Arka menutup matanya, merasakan sakit yang menghujam dadanya. "Kalau itu yang lo mau, gue nggak akan nahan lo lagi."
Laura terisak. "Gue juga sayang sama lo, Ka. Tapi mungkin, sayang aja nggak cukup buat kita bertahan."
Dan dengan kata-kata itu, hubungan mereka yang pernah penuh dengan tawa dan harapan resmi berakhir. Tak ada lagi pertengkaran, hanya kesepakatan pahit untuk melepaskan. Masing-masing pergi dengan luka yang mendalam, membawa kenangan dan penyesalan yang tak terucapkan.
Akhir dari cinta mereka pun tak terhindarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH TANPA DIRIMU (Tamat)
Teen FictionHalo teman-teman 😊👋 Mau tau novel ini menceritakan tentang apa? BACA DISINI YUK, YUK MAMPIR!!