"Arya, Semarang panas ya?"
Suara dari laptop terdengar di malam hari. Mendengar itu Arya mengangguk pelan.
"Kalau ada kamu, lebih sejuk."
Jelita tak sanggup menahan tawanya. "Arya jangan gombalin aku dong, gak cocok."
Namun, Arya membalas. "Biarin."
Lama tak berkunjung ke Semarang, Arya memutuskan untuk pulang pada liburan akhir semester ini. Sang Ibu beberapa kali menelfon, katanya kangen. Kakak perempuannya pun seringkali membujuknya untuk pulang.
Jika benar Semarang adalah rumah, mengapa Arya jarang kembali?
Sebagai masyarakat yang hidup bertetangga, cerita digunakan sebagai media penyalur informasi terkini. Suksesnya Lia sebagai anak perempuan dari keluarganya dibicarakan terus-menerus, lalu obrolan itu berubah menjadi omongan lain. Sang adik yang akan menyelesaikan sekolah tingkat menengah ke atas menjadi sasaran empuk bagi mereka, seakan-akan Arya menjadi harapan para tetangga. Meskipun orangtuanya tidak pernah berpikir seperti itu, obrolan tetangga yang terdengar memaksa itu menjadi beban tersendiri bagi Arya.
"Yang cowok kan Arya, kenapa yang sukses kakaknya?"
"Kok bisa ya, kakaknya dapat beasiswa, adiknya nggak?"
"Saya nggak mau jodohin anak saya dengan Arya. Enak aja, masa depan ra jelas(nggak jelas), anak saya mau diberi apa?"
Semakin sering Arya membela diri, semakin jatuh harga dirinya di hadapan tetangganya sendiri. Bahkan permasalahan ini merembet ke orangtuanya.
"Pasti asi Maminya jelek ya waktu lahirin Arya?"
Sakit hati Arya membawanya pada rasa kurang percaya diri. Itu sebabnya ia payah dalam kisah cintanya sendiri. Hubungan asmara beberapa kali kandas karena ia tidak tahu cara menghadapi persoalan cintanya.Pikirnya selama ini sudah berusaha semampunya, tapi wanita di masa lalu itu tidak pernah merasa puas. Arya tahu ia bukan sosok yang sempurna, maka ia terus berusaha dan memperbaiki diri.
Semesta mempertemukan dirinya dengan sosok yang begitu percaya padanya.
"Jeli."
Wanita di layar laptopnya sedang duduk di kasur. Sosok yang mengubah pandangannya perihal memberikan kasih sesuai kemampuan dan porsi.
Keinginan Jelita hanya satu, Arya berhenti menyalahkan diri sendiri dan mulai mencintainya seperti biasa. Tanpa perlu banyak berpikir, tanpa perlu berusaha lebih keras untuk membuktikan bahwa cintanya nyata, Jelita tahu pria itu sungguh-sungguh sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara
General Fiction"Kalau nanya harus ada dasarnya." "Berarti kalau model pertanyaan kamu suka aku apa nggak, juga harus ada dasarnya?" Aryasena Diraya dan Jelita Anjani, mahasiswa yang tergabung dalam majalah kampus dan pemilik workshop membatik.