Gelato Penyembuh Luka

24 2 0
                                    

Begitu lah desain baru bangunan Membatik dari Dewa yang dahulu sempat menjadi mahasiswa arsitek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu lah desain baru bangunan Membatik dari Dewa yang dahulu sempat menjadi mahasiswa arsitek. Dengan tanah yang lebih luas, ada harapan besar ketika Jelita menandatangani perjanjian bersama Indri dan Yayan. Bertambahnya pemilik Membatik membawa warna baru dan fondasi yang lebih kokoh.

Mulai detik ini, rumah Jelita menjadi tempat bersejarah bagi awal Membatik yang baru.

"Thank you ya, Yayan. Without you, we are nothing," ujar Indri sambil menepuk punggung Yayan beberapa kali.

"Heh, udah, Jeng. Kasihan Yayan. Kalau jadi ayam gepuk, gimana?" ujar Jelita.

Namun, Indri membalas. "Enak dong."

"Tapi kalau ayam gepuk, aku gak suka yang terlalu pedas, Mbak," Yayan menambahkan.

"IH! SAMA! TOS DULU!"

"Mbak Jelita juga?"

"IYA!"

"Wow."

"Fokus dulu yuk, Bapak-Ibu." Suara Indri membuat dua rekannya kembali membicarakan masa depan Membatik.

Liburan semakin dekat dengan akhir, tapi tantangan baru segera dihadapi. Jelita keluar dari rumah demi mengantarkan dua rekan bisnisnya untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Indri hanya perlu menggunakan kaki untuk kembali ke rumahnya, sementara Yayan menunggu sopir datang menjemputnya.

"Gimana, Mbak Jel?"

"Gimana apa, Yayan?"

"Gimana rasanya pertama kali pacaran?"

Secara perlahan Yayan yang asing semakin terasa dekat.

"Biasa aja. Pemikiranku tentang pacaran nggak berubah, Yan."

"Emangnya dulu Mbak Jel mikirnya pacaran itu gimana?"

Jelita terdiam sesaat. "Sebelumnya aku sering banget membayangkan ... rasanya punya sosok yang selalu ada, tapi bukan bagian dari keluarga. Gimana rasanya mengenal seseorang, tapi dalam kondisi jantung berdebar tiap hari. Dengerin curhatan Indri, aku juga tahu rasanya sakit hati dan marah karena cinta. Pokoknya semua ada di kepalaku duluan sebelum siap nerima Arya, Yan."

Lalu Jelita pandang sosok di sampingnya, setidaknya ia berusaha melihat dua matanya beberapa kali. "Karena bayangan itu nyata di pikiranku, aku nggak terlalu kaget waktu jalin hubungan sama Arya."

Mendengar ucapan Jelita, Yayan hanya bisa diam mendengarkan. Sesungguhnya ia yang mengenal Arya lebih dulu tak menduga hal ini akan terjadi, untuk pertama kalinya kakak tingkatnya itu mampu menjalin hubungan dalam waktu yang lama.

"Mbak Jel gak bosan sama Mas Arya?"

Yang ditanya hanya menggeleng pelan.

"Mbak Jel pengin nggak ubah sifatnya Mas Arya?"

Karena Jelita hanya diam, jadi Yayan lanjutkan. "Misalnya, Mbak sebel karena Mas Arya pendiam. Mungkin Mbak Jel merasa kalau yang ajak ngobrol duluan itu seharusnya Mas Arya, bukan Mbak terus."

AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang