Bab 8

544 70 7
                                    

“Kenapa?” tanya Xue Yang ketika melihat reaksi Wang Yibo.

Jiwa Wang Yibo sejenak pergi dari tempatnya ketika melihat nama yang muncul di layar ponselnya. Nama orang yang selama ini ia anggap tidak penting dalam hidupnya. Namun pertanyaan Xue Yang seakan menyadarkannya kembali.

Wang Yibo melihat Xue Yang, lalu dengan cepat ia menetralkan ekspresinya agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi Xue Yang.

“Tidak ada. Makasih telah membantu.” ucap Wang Yibo, lalu ia berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan Xue Yang begitu saja.

“Sa ... ma-sama.” ucap Xue Yang terjeda karena Wang Yibo yang tanpa pamitan pergi begitu saja.

“Dia benar-benar angkuh. Tapi tidak heran, dia bisa melakukannya selama dia masih pewaris utama keluarga Wang.” gumam Xue Yang.

“Eh tapi tunggu, dia berterimakasih padaku? Berterimakasih soal apa? Apa karena nomor ponsel Xiao Zhan? Tapi apakah mungkin jika hanya karena nomor itu dia berterimakasih padaku?”

Berbagai pertanyaan muncul di kepala Xue Yang, bagaimana ia tidak merasa heran karena Wang Yibo terkenal akan keangkuhannya dan kata terimakasih mungkin bisa jadi hal yang langka.

Sedangkan Wang Yibo masih tidak habis pikir, kenapa bisa nama itu yang muncul di ponselnya. Ini benar-benar diluar ekspektasinya.

“Sean? ... Xiao Zhan?” gumam Wang Yibo sambil tertawa mengejek tak percaya dengan kenyataan yang baru saja di dapatnya.

“Bagaimana bisa begini? Sean adalah Xiao Zhan? Xiao Zhan itu Sean?” lagi-lagi Wang Yibo masih tidak bisa mempercayainya.

Setelah perdebatan dengan hatinya kini Wang Yibo memutuskan untuk pulang saja, setidaknya dia bisa menenangkan dirinya dari keterkejutan yang baru saja ia alami. Bodo amat dengan temannya yang mungkin sudah menunggu di markas biasa mereka ngumpul.

Pikiran Wang Yibo benar-benar kacau, bahkan selama perjalanan kepalanya di penuhi bayangan orang itu, bayangan bagaimana dia menolongnya dari satu kejadian ke kejadian lainnya.

Tapi kenapa dia memakai nama Sean? Apakah sengaja untuk mengelabuhiku?’

Semakin Wang Yibo berpikir, semakin banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya, hingga tanpa ia sadari ia justru pulang ke rumah bukan ke apartemen pribadinya.

“Kenapa aku pulang ke sini?” gumamnya ketika sudah berada di halaman depan rumah.

Tapi entah kenapa bukannya putar balik, Wang Yibo justru mengikuti instingnya dan memilih masuk ke dalam rumah mewah bak istana itu. Mungkin setelah berada di dalam rumah itu ia bisa menemukan jawaban atas rasa penasarannya selama ini.

“Oh tuan muda pulang.” bibi Huang yang melihat kedatangan Wang Yibo menyambutnya dengan tersenyum.

Laki-laki yang sedang menikmati makan malam di meja makan itu juga ikut melihat ke pintu utama, dimana Wang Yibo melangkahkan kakinya memasuki ruang tamu.

‘Tumben dia ingat pulang ke rumah.’

“Eum.” jawab Wang Yibo, ia melirik kearah laki-laki yang sedang makan malam melalui ekor matanya.

“Apa tuan muda sudah makan?” tanya bibi Huang dengan ramah.

Wang Yibo tidak menjawab, namun ia membelokkan langkah kakinya menuju ke meja makan tanpa menjawab pertanyaan bibi Huang.

Bibi Huang yang tanggap langsung mengambilkan piring lengkap dengan sendok serta garpu dan memberikan pada Wang Yibo.

Tanpa banyak bicara Wang Yibo mengambil nasi putih di depannya, sesekali dia melirik kearah laki-laki yang lebih tua di depannya.

My Love Is Locked For You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang