Bab 19

607 70 33
                                    

‘Bocah ini benar-benar menagihnya?’ wajah Xiao Zhan seketika langsung memerah mendengarnya.

Ia tidak bisa membayangkan lagi bagaimana pengalaman pertamanya karena kurangnya pengalaman, atau minimal dia tahu bagaimana cara melakukannya.

“Aku bilang melanjutkan ketika kita sampai di rumah, bukan ketika kamu sampai di rumah setelah berkelahi dan babak belur seperti ini.” elak Xiao Zhan, beruntungnya lampu kamar hanya remang-remang sehingga Wang Yibo tidak akan melihat dengan jelas wajah bersemu merah Xiao Zhan.

‘Setidaknya aku akan mempelajari teori nya dulu sebelum benar-benar melakukannya.’ pikir Xiao Zhan.

Seketika raut wajah Wang Yibo berubah kecewa, ia sudah berharap akan mendapatkan apa yang ia inginkan malam ini namun karena panggilan telepon dari Jili membuat semuanya berantakan.

“Cih, benar-benar tidak bisa bertanggungjawab dan suka ingkar janji.” gerutu Wang Yibo dengan wajah kesal. Lalu ia memerosotkan tubuhnya hingga posisi berbaring membelakangi Xiao Zhan.

‘Apa dia tidak sadar dengan apa yang dia lakukan padaku? Bahkan sejak dia membersihkan tubuhku, sesuatu dalam diriku telah ikut terbangun karenanya.’ gerutu Wang Yibo dalam hati, ada perasaan kesal namun tidak bisa ia sampaikan secara terang-terangan.

Dan memang sewaktu tadi Xiao Zhan menyeka tubuhnya dengan handuk, sesuatu dalam diri Wang Yibo menegang saat merasakan sentuhan lembut tangan Xiao Zhan.

Melihat itu Xiao Zhan hanya terkekeh, terlihat lucu ketika pemuda yang irit bicara itu ngambek seperti anak kecil.

“Setidaknya sembuhkan dulu lukamu itu kalau mau menagih janji.” ucap Xiao Zhan yang juga ikut menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lalu bersiap tidur.

Mendengar itu wajah Wang Yibo yang tadinya kesal tiba-tiba terlihat sumringah, senyum tipis terukir di sudut bibirnya. Entah kenapa perkataan Xiao Zhan seperti sihir baginya yang bersemangat untuk segera pulih kembali dari luka yang ia alami akibat perkelahiannya dengan geng Wen Chao.

“Wan an.” ucap Xiao Zhan.

“Eum, wan an.” jawab Wang Yibo.

Mereka berdua pun pada akhirnya tidur menjelang pagi hari.

★★★★★

“Ini sudah jam berapa?” gumam Wang Yibo pelan sambil mengucek matanya saat baru bangun tidur, ia menoleh kesamping.

“Ternyata dia sudah pergi.” gumamnya.

Wang Yibo melihat kearah jendela kamar, terlihat matahari sudah meninggi tandanya ini sudah siang.

“Sialan, kenapa sekarang rasanya sakit semua.” keluhnya ketika seluruh badannya terasa remuk. Namun dengan terpaksa Wang Yibo berjalan menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka serta menggosok gigi.

Setelahnya Wang Yibo berjalan menuruni anak tangga, terlihat beberapa maid sedang bekerja. Sebagian dari mereka sedang bersih-bersih dan sebagian yang lain membantu koki menyiapkan bahan makanan untuk di masak.

“Pagi tuan muda.” sapa mereka sambil membungkukkan badannya.

Namun Wang Yibo tidak menjawab, ia berjalan melewati mereka begitu saja menuju ke kulkas yang tidak jauh dari area dapur. Wang Yibo mengambil sebotol air mineral lalu meminumnya.

“Bi.” panggil Wang Yibo ketika melihat bibi Huang.

“Iya tuan muda, ada yang bisa bibi bantu?”

“Zhan Ge sudah berangkat dari tadi?” tanyanya.

Sejenak bibi Huang terdiam, walau bukan kali pertama Wang Yibo menanyakan soal Xiao Zhan. Tapi pertanyaannya kali ini kenapa lebih spesifik, apa mungkin bibi Huang salah dengar, pikirnya.

“Bi.” panggil Wang Yibo ketika bibi Huang hanya diam saja.

“Oh iya tuan muda, tadi tuan Xiao Zhan berangkat lebih awal katanya ada meeting penting pagi ini.”

“Oh.”

“Menu breakfast kali ini apa, bi?” tanyanya kemudian.

Lagi-lagi bibi Huang sedikit terkejut, kali pertama Wang Yibo menanyakan soal menu sarapan pagi. Karena biasanya apapun yang disiapkan diatas meja ia langsung memakannya tanpa bertanya terlebih dahulu, mengingat kalau Xiao Zhan lah yang menyiapkan sarapannya.

Tapi kali ini Xiao Zhan berangkat lebih awal sehingga tidak sempat menyiapkan menu sarapan, ditambah lagi Wang Yibo bangun sudah menjelang siang hari sehingga sangat telat jika dibilang sarapan.

“Tadi koki sudah memasak spaghetti dan juga sandwich, apa tuan muda ingin memakannya? Kalau iya bisa bibi suruh koki memanaskannya.” ucap bibi Huang.

Wang Yibo berpikir sejenak, “Apa Zhan Ge tidak membuatkan sarapan untukku?”

Lagi dan lagi bibi Huang bengong mendengar pertanyaan Wang Yibo, ‘Apa aku sedang bermimpi?’ pikirnya.

Karena memang hal seperti ini jarang terjadi, bahkan tidak pernah sama sekali.

“Tuan Xiao Zhan tidak sempat membuat sarapan jadi meminta koki untuk menyiapkan sarapan untuk tuan muda.” jelas bibi Huang.

Terlihat raut wajah kecewa Wang Yibo, lalu ia meletakkan botol air mineral itu diatas meja makan. Setelahnya ia berjalan kembali menaiki anak tangga menuju ke kamarnya.

“Tuan muda tidak jadi sarapan?”

“Tidak.” jawabnya.

Beberapa hari terakhir sudah menjadi kebiasaan memakan menu sarapan yang di buatkan Xiao Zhan sehingga ketika ada orang lain yang menyiapkannya membuat Wang Yibo hilang selera.

Bibi Huang mengerutkan keningnya, “Tadi dia sepertinya menginginkan sarapan, sedetik kemudian tidak mau. Mood tuan muda sering berubah-ubah.” gumam bibi Huang.

“Bi, apa tuan muda tidak mau makan lagi?” tanya koki yang mendengar percakapan bibi Huang dan Wang Yibo penasaran.

“Sepertinya begitu.”

“Apa masakanku tidak enak?” gumam sang koki sambil memegang dagunya seperti sedang berpikir.

“Bukan, ini bukan karena makanan yang kamu buat.”

“Lalu?”

“Dia hanya berharap bisa sarapan bersama tuan Xiao Zhan. Itu saja.”

“Oh aku mengerti.”

Koki itupun kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya yaitu menyiapkan makan siang untuk semua yang ada rumah mewah tersebut.

Sedangkan Wang Yibo bersiap untuk ke kampus, walau dia ketinggalan jam pertama mata kuliahnya.

Wajahnya masih lebam, ditambah sudut bibirnya yang terluka juga masih terlihat jelas namun itu tidak menghalangi keinginan Wang Yibo untuk pergi ke kampus. Tujuan dia datang ke kampus ke kampus bermaksud mencari informasi terkait kejadian kemarin, apakah ada hal baru lagi atau tidak.

Tak lama Wang Yibo pergi meninggalkan rumah menuju ke kampus. Perjalanan setengah jam itu pun sudah membawanya tiba di kampus Gusu university.

“Yibo.” suara seorang gadis memanggil namanya.

Wang Yibo menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.

“Li Xuan?” gumam Wang Yibo yang sedikit terkejut akan kehadiran gadis yang bernama Li Xuan.

Tanpa aba-aba gadis itu langsung memeluk Wang Yibo.

“Aku merindukanmu Yibo.” ucapnya sambil tersenyum bahagia.

Sontak Wang Yibo terkejut akan tindakan Li Xuan yang menarik perhatian para mahasiswa yang ada di situ.

Dengan cepat Wang Yibo menarik tangan Li Xuan agar melepaskan pelukannya.

“Gadis bodoh,” ucapnya.

“Kenapa? Apa kamu tidak merindukanku, Yibo?” tanya Li Xuan dengan nada menggoda.

“Ikut aku.” Wang Yibo menarik pergelangan tangan Li Xuan dan membawanya menuju ke parkiran motor. Tak lama ia melajukan motornya keluar area kampus.

See you next chapter ...

My Love Is Locked For You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang