14. Visual, Changbin

132 53 50
                                    

"Terserah mulut abangku udah bener fungsinya buat makan, BUKAN BUAT NGATAIN FISIK ORANG!"

Perlu dipertegas. Changbin itu berotot dan kekar, bukan gemuk! Mereka yang gak bisa bedain itu pasti punya masalah sama penglihatannya.

"Yaelah, gak usah baper. Lagian cuma diomongin gitu doang. Bercanda," kata cowok itu sambil ngusap lehernya yang basah pakai tisu.

Orang modelan gini gak sadar kalau omongannya nyakitin. Oh, come on. Hati manusia itu bukan batu, bisa sakit hati. Mungkin Changbin gak mempermasalahkan, tapi tetap aja kamu gak terima abangmu digituin.

"Kalau kamu bercanda tapi kamu doang yang ketawa berarti ada yang salah sama candaanmu."

Jangan buat lelucon tentang fisik. Itu sama aja menghina ciptaan Tuhan. Kalau gak suka sama fisik orang, lebih baik tahan. Diam. Apalagi ini yang datang bukan cuma teman satu circle bobrok kayak temanmu yang ketika serius pun dianggap lagi ngelawak, tapi ada senior juga.

Changbin pura-pura ketawa bukannya gak sakit hati. Bisa aja dia pengen marah atau sedih, meski sedikit. Cuma gak mau merusak suasana.

Belum aja ngerasain lilitan lengan kekarnya Changbin. Bisa setara sama lilitan Ular Sanca.

"Lo gak kenal gue, sih. Gue mah emang gini orangnya."

"Udah salah bukannya minta maaf, malah nyuruh orang lain maklumin," sindirmu tanpa gentar sedikit pun debat sama cowok potongan cepak itu.

"Nuna, sudah nuna." Seungmin memiting lehermu dari belakang, menyeret masuk. Tapi kamu masih menahan diri.

Cowok tadi menatapmu nanar tapi masih berusaha jaga sikap karena selain lawannya cewek, semua mata tertuju ke dia. "Adek lo ajarin sopan santun, Bin. Biar gak berengsek kayak gini," katanya sambil meremas kaleng minuman dan pulang duluan.

"Terserah mau hina aku kayak apa yang penting jangan hina aku kayak kamu!"

Cowok itu berbalik. Mau nyamperin kamu. "Jangan mentang-mentang lo cewek—"

Pitingannya gak bisa bawa kamu menyingkir, Seungmin langsung memanggul kamu ke bahunya. Dipaksa masuk supaya gak terjadi perang dunia.

"Turunin, Mong! Biar kubikin jelek sekalian mukanya cowok tadi!" teriakmu memberontak.

Sampai di ruang tengah, Seungmin nurunkan kamu. "Calm down ... oke?Calm-down."

Pundakmu bergerak naik-turun cepat dengan napas memburu. "Abangku dipermalukan depan orang kayak gitu gimana aku bisa tenang, huh? Mana cowok tadi?!"

"Apa lo gak mikir gimana perasaan Bang Abin? Gimana kalau karena ini ntar merusak pertemanan mereka?" tanya Seungmin.

"Biarin. Teman toxic begitu untuk apa dipertahankan?"

Pas kamu balik badan mau kembali ke halaman belakang, Changbin sudah berdiri di samping meja televisi. Memandangmu.

"Kamu tau kalau tadi ada seniornya abang, 'kan?" tanya Changbin. Tangannya terlipat di depan dada. Jujur aja, dia juga ada rasa gak enak hati sama teman-temannya. Tapi rasa bangganya atas keberanianmu lebih besar. Cowok potongan cepak tadi memang kalau ngomong suka ceplas-ceplos, seringkali gak mikirin perasaan orang lain.  Cuma kamu yang berani negur dia.

Matamu berkaca-kaca. Sadar kalau sudah merusak party-nya. "Maaf, Bang. Dia bilang abang bukan visual, ntar gak ada cewek yang mau, kayak babi. Mana bisa aku diam aja?"

"Babi lucu, 'kan? Abang juga suka babi soalnya warna pink dan gemoy," kekehnya sambil merangkulmu. "Dek ... kalau kita selalu ambil hati omongan orang, nanti capek sendiri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang