4

154 12 0
                                    

Author Pov

🍁🍁🍁

Hari ini Nathan tengah berlatih seperti biasa dengan rekan setimnya. Mengingat pertandingan melawan Arab Saudi tinggal menghitung hari.

Namun siapa sangka, focusnya teralihkan saat seseorang yang menghantui pikirannya selalu hadir dalam mimpinya.

Nathan menghampiri wanita itu, tentunya sudah atas ijin Coach.

"Keira, ada apa kemari?"

Keira hanya menunjukan kopi yang ia bawa.

"Aku mau balas budi." Nathan tersenyum dibuatnya.

"Oke tunggu beberapa menit lagi."

"Eumm," Angguk Keira.

Setelah beberapa menit, akhirnya jam istirahat tiba. Nathan langsung mendatangi Keira yang berada di kursi penonton. Tentunya dengan riuh sorakan dari teman setimnya.

'Uhuuyyy... Akhirnya gak jomblo lagi gays!'

'Hari patah hati kaum hawa sedunia nih'

Begitulah kira-kira cuitan dari beberapa teman Nathan.

"Maaf yah. Lama."Keira menggeleng dan memberikan kopi yang ia pegang.

"Tadinya aku mau ngasih semangat sama kamu dan temen-temen kamu. Tapi kayaknya aku salah yah kemari?" ucap Keira polos.

"Why?"

"Temen kamu jadi ngegosipin kita." kali ini Keira mengecilkan volume suaranya.

"Kamu mau jadi pacar aku?"

"Huh?"

"Biar mereka gak ngegosipin kita. Jadi kenapa gak dibuat kenyataan?"

Keira tak tau harus berkata apa, dengan ucapan Nathan yang tiba-tiba.

"Nathan," Keira menepuk bahu Nathan dengan sedikit tenaga, berharap Nathan sadar dengan ucapannya barusan.

Namun melihat tingkah dan ekspresi Keira, Nathan hanya tertawa terbahak. Membuat Keira semakin kebingungan.

"Aku bercanda." mendengar ucapan Nathan, akhirnya Keira bisa bernapas dengan lega. "Ayo makan bersama setelah selesai latihan. Aku tidak menerima balas budimu, jika hanya kopi." lanjutnya.

Keira terkekeh.

"Aku memang berniat begitu."

Sebelumnya Nathan sedikit kurang bersemangat, namun sekarang sangat bersemangat setelah kehadiran Keira.

Keira pun terlihat menikmati menonton latihan, walaupun hanya seorang diri di tribun.

Pikirannya tentang David, lambat laun mulai samar dan terlupakan.

"Keira.." tapi sepertinya akan sedikit terusik lagi sekarang.

Entah kapan dan tau dari mana, tiba-tiba saja Leana datang menemui Keira disini. Dan tengah duduk di sampingnya sekarang.

"Leana," kaget Keira. "Kamu ngapain disini?"

"Aku ke rumah kamu tadi, tapi kata ART kamu, kamu kesini."

"Kamu kerumah aku?" Leana mengangguk.

"Aku mau ngomongin soal kemarin. Kamu sama David." Keira masih diam. Menunggu Leana menyelesaikan ucapannya. "Aku sama David sama-sama cinta pertama. Mungkin itu sebabnya, kami sulit melupakan satu sama lain."

Ada goresan yang terasa perih kembali dihati Keira. Namun ia tidak bisa berkata apa-apa sekarang.

"Aku cuma mau mastiin kalau kamu sama David bener-bener gak ada apa-apa lagi. Kamu mungkin tersakiti oleh David. Maka dari itu, kalau kamu masih punya perasaan sama dia, aku bakal mundur dan ninggalin dia, sama kayak dia ninggalin kamu."

Keira tak habis pikir dengan ucapan Leana. Ia pikir Leana akan menyuruhnya melupakan atau melepaskan David secara paksa, namun ternyata sebaliknya.

"Kenapa kamu ngomong gini sama aku? Kamu bilang, kamu sama David sama-sama cinta pertama dan sulit melupakan?" Leana mengangguk.

"Aku juga wanita Keira. Aku gak mau merenggut kebahagiaan wanita lain, hanya untuk kebahagiaanku sendiri."

"Aku ngeliat kamu sama David pelukan di kedai kopi, dan itu sebelum aku putus sama dia. Ada apa diantara kalian saat itu?"

"David bilang, kalian udah putus sebulan lalu saat itu. Tapi aku baru tau kenyataannya lewat berita baru-baru ini. Makanya aku pengen ketemu sama kamu dan, minta maaf."

Keira terlihat menyeka air matanya sekarang, setelah beberapa saat ia menahannya.

Leana pun sama, ia terlihat segera berdiri dan membalikan badannya dari Keira.

"Maafin aku Keira. Maaf!" ucapnya lalu pergi, namun sebelum itu Keira berhasil menahannya.

"Leana, tolong jaga David baik-baik."

Leana membalikan tubuhnya lalu memeluk Keira.

"Makasih Keira. Aku pasti bakal jaga David dengan baik." ucapnya lalu pergi.

Nathan yang sedari tadi memperhatikan Keira, terlihat khawatir karna melihat wanitanya menangis.

Setelah latihan selesai, ia langsung mendatangi Keira.

Keira pun dengan segera menghapus air matanya, tersenyum, dan bersikap seperti tak terjadi apa-apa.

"Sudah selesai?" Nathan mengangguk.

Pertanyaan yang tersusun rapi di benak Nathan, seketika buyar setelah melihat senyum Keira. Ia tak berani menayakan apapun. Karna mungkin, Keira sendiri tak mau membahas hal ini.

"Kamu bisa tunggu di pintu keluar? Aku akan kesana segera setelah berganti pakaian." Keira mengangguk.

Kini, mereka tengah berada di dalam mobil menuju ke tempat makan yang sudah Keira booking tadi siang.

Tempatnya memang lumayan jauh, mengingat ini adalah salah satu list liburan Keira, dan ingin lebih mengenalkan makanan khas juga pada Nathan.

"Apa sebaiknya aku mandi dulu?" Leana menggeleng.

"Kalau kamu mandi dulu, kedainya keburu tutup."

"Tapi---"

"Udah tenang aja. Kamu wangi kok." mendengar ucapan Keira, Nathan kembali terkekeh. Karna pasalnya, sepertinya dia bukan ingin mengajak Nathan makan, melainkan Keira sendiri yang sangat ingin makan di kedai tersebut.

Melihat sebuah kedai yang lumayan besar dengan tema out door yang sepi, membuat Nathan berpikir jika kedai tersebut benar-benar sudah tutup. Namun nyatanya, Keira sengaja menyewa tempat ini, agar Nathan bisa makan dengan nyaman.

Mengingat Nathan adalah idola kaum hawa, siapa yang tak mengenal Nathan sekarang.

.....

To be continue..

Not Perfect StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang