Author Pov
🍁🍁🍁
Setelah berhasil menahan imbang tuan rumah Arab Saudi, Indonesia langsung pulang malam itu juga.
Nathan yang baru saja bersama dengan Keira, terpaksa harus berpisah karna memang akan menyiapkan pertandingan melawan Australia dan menjadi tuan rumah di Indonesia.
"Cepatlah pulih. Aku akan menunggumu." Ucap Nathan yang di angguki Keira.
Keira dan Neti akan pulang lusa, setelah keadaan Keira benar-benar fit.
Disisi lain, David yang tau tentang kondisi Keira, sangat ingin menjenguknya. Namun apalah daya, Leana sama sekali tak memberinya ruang. Mereka juga berniat pulang malam ini.
Namun di Bandara, David bertemu dengan Nathan dan Timnas lainnya.
"Aku ke toilet sebentar." Kata David lalu pergi.
Sebenarnya bukan itu niat David sungguhnya. Ada yang ingin dia katakan pada Nathan.
"Nathan tunggu," Ya. Nathan memang tak ada niat sama sekali berbicara dengan David. Walau mereka kini tengah mencuci tangan di westafel toilet.
Nathan pergi begitu saja, namun berhasil dihentikan.
"Berikan aku waktu 5 menit." Sambung David. Yang akhirnya membuat Nathan memberikannya waktu.
Nathan menghembuskan napas kasar, sebelum akhirnya berkata, "Cepatlah."
"Keira, bagaimana keadaannya?"
"Kenapa tidak menjenguknya sendiri?"
"Kamu menyukai Keira bukan?"
"Apa itu urusanmu?"
"Ya!"
"Why?"
David terdiam. Dia tidak tau harus berkata apa, karna sangat tidak mungkin baginya memberitahu apa yang ia alami saat ini dengan Leana.
"Tolong jaga Keira." Hanya itu ucapan yang keluar dari mulut David, sebelum akhirnya pergi meninggalkan Nathan.
🍁🍁🍁
Setelah sampai di Jakarta. Mereka langsung diberi cuti sehari. Untuk beristirahat dan memulihkan diri.
"Nathan, ayok kita makan. Semua sudah menunggu di bawah." Ucap Thom Haye yang memang sekamar dengan Nathan kali ini.
"Pergilah lebih dulu."
Melihat tingkah Nathan, Haye langsung mengerti jika memang sedang ada yang di pikirkan olehnya.
Sejak kejadian di tribun, hampir semua orang tau jika Nathan sedang dekat dengan seseorang. Ya, Nathan memang terlihat bucin bukan.
Nathan mencoba menelepon Keira, mengiriminya pesan texs, namun tak ada respon. Ia mulai khawatir, namun tak lama, sebuah telepon akhirnya berdering pada ponsel Nathan.
"Hallo, Keira? You okey?"
"Emm, Im okey." Keira terkekeh. "Aku akan pulang hari ini."
"Really?"
"Ya."
"Kalau begitu, aku harus ke bandara."
"Ngapain?"
"Tentu saja menunggumu."
"Gak usah. Kamu juga pasti capek kan? Istirahat aja, yah?"
"Tubuhku akan kembali bugar setelah melihatmu. Sampai bertemu di bandara."
Belum selesai Keira melanjutkan ucapannya, Nathan sudah lebih dulu menutup teleponnya. Dan langsung pergi ke bandara setelah makan bersama team.
Raut wajahnya kembali ceria sekarang.
....
Lama menunggu, akhirnya Keira mulai terlihat. Nathan mengangkat tangannya agar Keira mudah mengenalinya.
"Sudah makan?" Tanya Nathan langsung, setelah kini mereka berhadapan.
"Belum," sahut Neti.
Keira dan Nathan hanya terkekeh bersamaan. Entah, apa yang lucu disini.
"Kalau begitu, ayok kita makan." Keira mengangguk.
"Ets.. kayaknya gue gak bisa ikut deh."
"Kenapa? Katanya laper?" Neti hanya menjawabnya dengan sebuah kode, matanya menunjuk pada seseorang yang berjalan padanya. Yang kemudian dimengerti oleh Keira.
Setelah berpisah dengan Neti, Nathan mengambil alih koper Keira, serta membukakan pintu mobil untuknya.
"Apa ada tempat makan yang ingin kamu kunjungi?"
"Hmmm..." Pikir Keira. "Kamu?" Tanya Keira kembali.
"Tentu saja ada."
"Kalau gitu, ayok pergi ke tempat yang kamu tau." Nathan mengangguk.
Ditengah keheningan, Nathan teringat perkataan David di Arab Saudi kemarin.
"Nathan awas!!"
Karna kurang focus, sialnya Nathan malah menabrak sebuah pembatas jalan untuk menghindari tabrakan beruntun.
Untunglah benturannya tak terlalu keras. Nathan berhasil menahan kepala Keira saat hendak berbenturan dengan dasboard mobil.
"Nathan, bau apa ini?"
Tak menjawab ucapan Keira, Nathan langsung melepaskan sabuk yang Keira kenakan, dan menyuruhnya menjauh dari mobil.
Namun kini, Nathan agak kesulitan keluar karna sabuk yang ia kenakan macet.
Keira mencoba membantu, karna ia mulai melihat percikan api dari bawah mobil.
"Keira, Go!!"
Tak menghiraukan ucapan Nathan, akhirnya sabuk berhasil terbuka. Mereka berdua berlari menjauh dari mobil, namun kemudian mobil tersebut meledak. Membuat Keira reflek menutup telinga dan terjatuh. Begitu pula dengan Nathan, yang sama-sama tersungkur akibat ledakan mobil tersebut.
"Nathan," baru saja Keira hendak berdiri, ledakan kembali terdengar untuk yang kedua kalinya.
Nathan yang masih tergeletak diaspal, ingin berlari pada Keira, namun matanya mulai mengecil dan akhirnya tak sadarkan diri.
Keira dan Nathan langsung di larikan ke rumah sakit, setelah keduanya tak sadarkan diri pada ledakan kedua.
Untunglah keduanya tak terluka parah. Hanya sebuah syok yang mengakibatkan mereka akhirnya tak sadarkan diri.
"Nathan," Keira langsung bangun dari tidurnya, setelah hampir dua jam berbaring di kasur.
"Keira," ucap Neti dan Ria bersamaan, sambil menahan Keira untuk tak terlalu banyak bergerak.
"Nathan, dimana Nathan? Gimana keadaan dia?"
"Keira tenang! Nathan baik-baik aja." Jawab Ria yang di angguki Neti.
"Tapi dia..."
"Iya, Iya, gue tau. Tapi Nathan beneran baik-baik aja. Dia pingsan karna syok. Khawatirin diri lo sendiri. Lo juga pingsan tadi."
"Gue?" Mereka mengangguk bersamaan.
Keira meringis ia tau jika kakinya sedang tidak baik-baik saja. Hanya sedikit terkilir, namun cukup untuk dipakaikan gips.
"Tuh kan, bisa-bisanya lo khawatir sama orang lain."
Tak lama kemudian, seseorang di luar sana masuk begitu saja ke ruangan Keira, dan hal itu justru membuat Keira lega.
"Nathan," lirih Keira yang melihat Nathan punya beberapa luka di wajahnya, entah karna ia terjatuh saat pingsan. Atau lainnya. Keira tak ingat, dengan kejadian yang begitu cepat itu.
Nathan langsung berjalan pada Keira dan memeluknya.
"Syukurlah." Ucap Nathan lirih.
Keira menepuk pundak Nathan, menenangkan. Ia juga bersyukur, Nathan baik-baik saja. Mengingat Nathan mempunyai satu pertandingan tersisa di bulan ini.
.....
To be continue...

KAMU SEDANG MEMBACA
Not Perfect Story
FanfictionAku tidak tau apa kisahku sebenarnya. Entah itu gelap, hitam, abu-abu sekalipun, aku akan tetap mencari kisahku sebenarnya. Karna aku tau, dalam gelapnya kisahku, akan ada cahaya yang menerangi hidupku.