6

112 6 0
                                    

Author Pov

🍁🍁🍁

Hari sudah sore menjelang malam, namun Nathan dan Neti belum melihat Keira dan Justin kembali.

Karna khawatir, beberapa orang mencoba mencari mereka. Ada kawasan yang tak boleh dilewati oleh sembarang orang disini. Disitulah Nathan dan Neti mulai merasa panik.

Telepon mereka pun tak bisa dihubungi. Namun ditengah kepanikan, Justin datang mengendarai kudanya seorang diri. Tanpa Keira.

"Justin, dimana Keira?" tanya Nathan panik.

"Dia belum kembali?" tanpa pikir panjang, Nathan langsung menaiki salah satu kuda dan pergi mencari Keira.

"Astaga Keira, lo dimana sih?" Neti pun tak tinggal diam. Dia mencoba mencari bantuan lewat beberapa kenalannya. Bahkan, tak sengaja menghubungi David.

Neti pikir David tak akan menghiraukan ucapannya, namun ternyata dia datang dengan sangat cepat, dan mulai mencari Keira dengan menunggangi kuda.

Rupanya David dan Keira mempunyai kenangan disini. Inilah tempat pertama kali mereka bertemu, saat sama sama sedang belajar menunggangi kuda.

.....

Disisi lain, terlihat Keira yang memang tengah berkelimpungan mencari jalan pulang.

Minimnya penerangan, membuat Keira kesulitan mencari kemana arahnya kembali.

Dan sialnya, ia tak mendapatkan sinyal disini.

Ditengah kepanikannya, ia melihat cahaya yang ternyata adalah mobil gurun pasir.

"Help!" ucap Keira berharap seseorang mau menolongnya.

Alih-alih menolong atau menunjukan jalan, Keira kebingungan karna tak mengerti dengan perkataan mereka.

Keira mulai ketakutan, karna melihat tatapan mereka yang seolah bukan orang baik-baik.

Mereka turun dari mobilnya, dan mulai mendekati Keira. Namun reflek, Keira memundurkan kudanya dan memacu kudanya.

Namun mereka ternyata mengejar Keira dengan kecepatan mobilnya.

"Help! Tolong!!" teriaknya. Berharap siapapun yang mendengarnya bisa menolongnya kali ini.

Keira melihat kembali cahaya di jauh sana, tapi ia terlalu takut untuk mendekat. Takut-takut mereka adalah komplotan yang mengejarnya.

Mencoba untuk menenangkan diri, memacu kudanya, dan terus berlari. Akhirnya ia mulai melihat seseorang yang ia kenal, Nathan.

"Nathan," Keira tersenyum melihat secercah harapan, namun sayangnya kuda yang ia tumpangi terjatuh akibat tersandung sesuatu disana.

Beberapa kali ia berguling di pasir, sampai akhirnya terhenti tepat di depan sebuah kuda yang ternyata adalah David yang menungganginya.

"Keira," David langsung turun dari kudanya, dan membantu Keira berdiri. "Kamu gak papa?" Keira hanya menganguk.

Pandangannya mencari Nathan yang ternyata tengah beradu dengan dua orang yang mengejar Keira tadi.

"Kamu mau kemana?" David menahan tangan Keira yang hendak berlari menuju Nathan.

"Nathan dalam bahaya."

Tanpa menghiraukan ucapan David, Keira berlari ke arah Nathan yang sedang mengangkat tengannya karna ternyata mereka membawa senjata tajam.

"Tunggu, tunggu.. Ayok kita ngomong baik-baik." ucap Keira yang sekarang tengah mengangkat kedua tangannya pula.

"Keira, kamu ngapain kesini?"

"Aku gak mungkin ninggalin kamu sendiri."

"Ayok kita negosiasi. Apa mau kalian? Uang? Money? Real?" sambung Keira, berbicara pada mereka.

"Mereka gak akan ngerti kamu ngomong apa." bisik Nathan.

"Ya siapa tau kan." balas Keira berbisik.

Ditengah negosiasi yang tak kunjung mendapat titik terang, akhirnya sebuah sirine yang entah dari mana asalnya, berhasil membuat mereka berlari ketakutan.

Nathan dan Keira bisa bernapas lega. Keira mencari dari mana asal suara tersebut, yang ternyata hanya sebuah suara dari ponsel David.

David yang melihat hal itu, langsung menarik tangan Keira. Namun dihentikan oleh Nathan.

"Lepasin!" ucap David pada Nathan.

"David---"

"Pulang sama aku!" kali ini, David menggertak Keira. Membuatnya sedikit ketakutan. Karna baru kali ini Keira melihat David seperti ini.

"Maaf David, aku gak bisa!" akhirnya Keira lah yang melepaskan tangannya dari David.

"Kamu mau pulang sama dia? Kamu gak liat betapa bodohnya dia ngadepin preman kayak tadi? Nyawa kamu bisa terancam kalau gak ada aku."

David menarik tangan Keira kembali secara paksa, dan kali ini, Nathan tak tinggal diam dan mempelintir tangan David hingga ia meringis kesakitan.

"Kamu tau, hal bodoh seperti apa yang bisa mengancam nyawa? Berpura-pura hebat, namun ternyata sangat lambat."

Nathan membawa Keira pergi dengan menaiki kudanya. Walaupun Nathan baru belajar berkuda, sepertinya ada bakat tersembunyi pada dirinya yang bisa dengan mudah mempelajari suatu hal.

Ada alasan kenapa Keira menolak ajakan David, padahal jujur ia sangat merindukan saat-saat bersama David.

"Astaga Keira. Lo dari mana aja sih? Ini kenapa wajah lo? Tangan lo?" heboh Neti melihat Keira yang banyak mempunyai luka ditubuhnya.

"Kita kerumah sakit dulu." ajak Nathan pada Justin yang sekarang tengah menyetir.

"Gak papa gak usah. Ini cuma lecet-lecet doang."

Nathan ingin marah karna sikap keras kepala Keira, namun Neti sudah mendahuluinya.

"Gak usah batu deh! Untuk sekarang gue gak minta penjelasan apa-apa sama lo, tapi lo HARUS ke rumah sakit! Ngerti?!"

Keira hanya bisa menuruti perkataan Neti jika dia sudah mengamuk seperti ini. Karna jika tidak, Neti akan melakukan hal yang lebih menyeramkan dari ini.

.....

To be continue...

Not Perfect StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang