"Berita kamu makin lama makin turun Della" Anwar kepala redaksi tempat Dilla bekerja
"Dilla Pak" Dilla membenarkan namanya yang terus saja di panggil Della oleh kepala bagian tersebut
"Pokoknya berita kamu turun" Kekeh Anwar mempertahankan pendapatnya
"Maaf Pak" Dilla tertunduk lesu menyadari kualitas tulisannya makin lama semakin turun karna sulitnya mendapatkan informasi akhir akhir ini
"Berita kamu yang bagus cuma tentang Pak Prabowo, lama lama kamu saya jadiin wartawan khusus liputan dia doang" Geram Anwar
Beberapa hari lalu Faradilla mendapat tugas liputan mengenai salah satu skandal yang menjerat seorang anggota dewan. Namun namanya skandal tentu tak akan di ungkap gamblang begitu saja pada wartawan bukan?
"Maaf Pak" Hanya itu kalimat yang terus saja Dilla ucapkan karna bagaimanapun yang di bicarakan pimpinannya adalah fakta
Lagi lagi Dilla di tugaskan liputan mengenai pemilihan presiden 2024 mendatang dan lagi lagi yang di liputnya kali ini paslon nomor urut 02 yakni Bapak Prabowo Subiyanto dan Bapak Gibran Rakabumingraka
" Selamat pagi Bapak Rizky Irmansyah yang bersinar secerah masa depan saya" Faradilla berseru semangat melihat Rizky yang baru saja turun dari mobilnya
"Hmm" Sahut Rizky malas sembari mengambil tas di dalam mobilnya
"Juteknyaaa" Sindir Dilla dengan suara pelan namun tetap mampu sampai ke telunga Rizky
"Cessss... Belom apa apa udah bahas masa depan aja Dilla nih, suka Saya sama perempuan visioner begini" Goda Dimas melihat ke lucuan Rizky dan Dilla. Saat Dilla tersenyum amat cerah Rizky malah memasang wajah masamnya benar benar calon pasangan yang nampak saling melengkapi bukan?
"Bercanda doang Pak, selamat pagi Pak Dimas... Hari ini saya boleh kan liputan Bapak lagi? " 'Pasti ada maunya' batin Rizky dalam hati
"Boleh dong.. Tapi beliau hari ini agak padat jadi tunggu di dalam aja nanti kalau liat ada celah 10 menit kan lumayan" Senyum Dilla kian merekah kali ini ia tak pulang dengan tangan kosong seperti liputan liputan pejabat lainnya. Ataukah Dilla perlu pendekatan juga dengan seluruh sekertaris pribadi pejabat Indonesia?
"Terimakasih Pak Dimas, MasyaAllah baik sekali... Semoga hari hari pak Dimas di lalui dengan lancar dan bahagia" Dimas hanya tersenyum sekilas menanggapi ucapan Faradilla
"Penjilat lu... Kurang kurangin dikit" Gerutu Rizky, masih dengan senyumnya yang belum luntur juga mata yang menatap Dimas, tangan kecil Dilla dengan cepat memukul dada kiri Rezky membuat pria 34 tahun itu terkejut dan tak percaya pada tangan yang nampak anggun itu
"Apa sih kalian ini? Mesra mesra di dalam aja.. Ayo Dilla" Ajak Dimas mempersilahkan Dilla masuk membuat gadis cantik itu mengekor langkah lebar Dimas dengan semangat
"Gua cek Bapak dulu ya Bang" Rizky berjalan menuju kamar utama sementara Dilla mendudukkan dirinya di ruang tamu yang asri itu
"Dilla saya tinggal dulu gapapa ya" Pamit Dimas menjauh sembari menerima panggilan telefon dari sang istri
"Oh iya Pak Dimas... Terimakasih banyak" Dilla tersenyum riang, mengeluarkan sebuah bulpoint dan buku catatan kecilnya untuk menulis kira kira pertanyaan apa saja yang akan ia tanyakan pada Menteri Pertahanan RI itu
"Bapak masih istirahat" Rizky memberi informasi sebelum duduk di sofa tepat di depan Dilla
"Beliau lama ga ya Pak Rizky istirahatnya? " Tanya Dilla melirik jam tangan yang ia kenakan. Pukul 3 sore ia sudah harus sampai di rumah lantaran ini adalah ulang tahun sang Ayah dan mereka berjanji akan pergi makan malam di luar bersama sama sedangkan saat ini sudah memasuki pukul 11.45
"Mana gua tau" Jawab Rizky cuek memainkan ponsel di tangannya
Tak ingin memancing keributan dan merusak moodnya sendiri maka Dilla memilih diam dan kembali fokus pada buku catatannya
"Iya sayang... Ini mau balik, sabarrr" Dimas kembali bergabung bersama Rizky dan Dilla di ruang tamu
"Ki gua balik ya bentar ntar gua kesini lagi" Dimas nampak celingukan mencari kunci mobilnya
"Ga usah balik juga gapapa Bang, Bapak minta kegiatannya hari ini di cancel soalnya lagi ga enak badan, ini gua hubungi dokter suruh kesini" Mendengar itu Dilla mengangkat kepalanya
"Gapapa ntar sore gua kesini, balik dulu ya.. Dilla saya tinggal" Pamit Dimas pada Rizky dan Dilla
"Iya hati hati Pak Dimas" Ucap Dilla melihat punggung lebar itu keluar ruangan dan menghilang di balik pintu
"Pak Rizky, trus hari ini berarti saya ga bisa wawancara Bapak Prabowo? " Tanya Dilla hati hati
"Kata Bapak bisa tapi beliau mau istirahat sebentar, kalo mau tunggu ya tunggu aja kalo ga mau tunggu ya pulang sana" Rizky sesekali melirik wajah kesal Faradilla puas
"Saya jam 3 harus pulang soalnya Pak" Lirih Dilla menunduk kembali fokus dengan bullpiont dan buku catatan di tangannya
"Ya harusnya reporter yang ngikutin jadwal Menteri sih" Sindiran yang menohok bagi Dilla membuat gadis itu semakin kesal
Sekarang aku tau alasan dia gonta ganti pacar, bukan karna playboy tapi ya siapa betah mulutnya lebih pedes dari pada sambel bawang. Batin Dilla berteriak tak terima
Rizky beranjak mengambil dua buah kopi kemasan kaleng yang di sediakan di dalam kulkas khusus untuk menjamu tamu dan meletakkannya satu di hadapan Dilla
"Trimakasih Pak Rizky tapi saya ga minum kopi" Dilla berusaha menahan kesalnya
"Kamu pikir ini cafe bisa request?" Padahal di dalam kulkas tadi juga di sediakan beberapa jenis jus dalam kemasan juga soda dan susu hanya saja pilihan Rizky jatuh pada kopi kaleng ini dan merasa tak terima niat baiknya di tolak mentah mentab oleh Dilla
"Pak Rizky kenapa sih nyolot mulu heran" Habis sudah kesabaran Dilla yang sedari tadi berusaha di tahannya
"Saya ga nyolot ya.. Saya benerin pikiran kamu yang ga bener" Sengit Rizky tak mau kalah
"Ga salah? Dari tadi Pak Rizky ngomong pedes banget, walau saya masih muda saya juga berusaha menghormati yang lebih tua kayak Bapak andai Bapak menghormati saya juga" Cerocos Dilla tanpa jeda membuat Rizky ternganga tak percaya dengan apa yang ia dengar barusan
"Kamu... Kamu barusan ngatain saya tua? " Rizky nyaris kehabisan kata menghadapi keberanian reporter satu ini
"Emang kita seumuran? " Dilla masih bertahan dalam mode juteknya sementara Rizky memijat pelipisnya yang terasa akan segera meledak
Rizky telah bertemu banyak orang dalam hidupnya dengan berbagai watak dan karakter, berbagai budaya dan agama, berbagai intonasi dan nada bicara namun entah mengapa setiap kalimat yang keluar dari Faradilla Ayu Anjani selalu terasa sangat menyebalkan
"Udah sana pergi aja ga usah wawancara Bapak hari ini, beliau sakit mending pulang aja sana" Geram Rizky merasa memegang kekuasaan atas jadwal Pak Prabowo
"Ya Astagfirullah istighfar Pak Rizky" Rizky semakin pening mendengar kalimat kalimat Dilla selanjutnya
"Makanya ga ada yang betah sama Bapak orang Pak Rizky labil banget begini, saya reporter bukan pengemis di usirnya ga sopan banget" Mata Dilla berkaca kaca ia sungguh tersinggung dengan pemilihan kata yang Rizky ucapkan, ia segera beranjak usai membereskan barang barang yang ia bawa
Menyadari kalimatnya terlalu tajam, Rizky dengan cepat mencekal tangan kanan Dilla menghentikan langkah gadis itu
"Bukan begitu maksud saya.. " Dilla menghentakkan lengannya kelas hingga membuat cekalan di tangannya terlepas, Dilla berlalu begitu saja usai berpamitan pada beberapa penjaga yang bertugas tanpa mengindahkan Rizky yang mengejarnya hingga pintu utama
Bersambung...

KAMU SEDANG MEMBACA
Healer
Romance🚨🚨 DISCLAIMER 🚨🚨 Cerita ini hanya Fiksi belaka, tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan tokoh tokoh di real life yang memiliki nama, jabatan, gelar yang sama... apabila ada pihak yang kurang berkenan maupun kesamaan tokoh dan alur cerita, say...