9. Danau

40 11 4
                                    

Happy reading, don't forget to vote (✯) thank you.

***

"Kamu bohongin aku, Sa. Kamu bahkan ke taman tempat biasa kita tanpa ngajak aku." Angkasa masih terdiam, bingung akan mengatakan apa. "Lagian kamu ngapain di sana? Cuma duduk-duduk doang kayak orang galau. Punya pacar aja enggak."

Angkasa melirik Senja. Sepertinya Senja tidak melihat saat Evelyn datang. Angkasa menghela napas lega, lalu tersenyum, dia memegang pundak Senja pelan.

"Maaf, ya? Ayo, aku traktir sebagai permintaan maaf. Kamu boleh pilih apa pun yang kamu mau." Senja mendongak, menatap Angkasa yang tersenyum padanya.

"Beneran?" Pemuda itu mengangguk. "Ayo!" Senja tersenyum senang, bejalan mendahului pemuda itu dengan riang. Angkasa hanya mampu menggelengkan kepalanya dengan tingkah gadis itu. Senja tidak akan pernah bisa marah lebih lama padanya. Angkasa tahu itu.

***

"Sorry, Sa. Gue mana tau masalah lo sekompleks itu sama Rubby. Gue tuh taunya kalian cuma putus biasa, terus hilang kontak." Angkasa memalingkan wajahnya. Kini dia dan Danu berada di cafe paman Jack. Suatu kebetulan karena Danu hanya berniat untuk makan.

"Gak ada yang namanya putus itu biasa aja, ya pasti ada masalahnya, Dan!" Danu menunjukkan cengiran khasnya.

"Ayolah, Sa. Gue kesini tuh niat mau makan, loh. Malah di interogasi. Iya deh, maaf kalo gue ngasih nomor lo ke Rubby tanpa sepengetahuan lo," ucap Danu sambil memohon. "Gue sama Rubby serius engga pernah berhubungan sebelum ini sejak tamat SMA, Sa. Gak tau dia tiba-tiba nemu sosmed gue dan minta kontak lu."

"Email gue, itu juga lo yang kasih?" Danu melebarkan pupil matanya, lalu beberapa detik kemudian, dia tersenyum lebar. Angkasa mengusap wajahnya dengan kasar. Angkasa sudah mengganti semua akun sosial medianya, bahkan dia sudah tidak menggunakan email yang sering dia gunakan saat sekolah.

"Kerja woy, kerja. Jangan makan gaji buta." Angkasa dan Danu menoleh secara bersamaan. Ada David yang sedang membawa nampan dan juga pesanan pelanggan. Danu mencebik, dia tahu betul bahwa kedua teman kerja Angkasa tidak menyukai Angkasa. Entah apa sebabnya. Keduanya selalu berusaha mencari kesalahan Angkasa, pemuda itu tahu, tapi dia hanya diam, kecuali mereka berdua mengganggu Senja, maka Angkasa tak bisa tinggal diam.

"Sa? Rubby ngajak lo balik?" tanya Danu. Angkasa menghela napas pelan, menatap Danu dengan lelah.

"Makan, habisin." Angkasa baru saja akan pergi, tapi Danu menahannya.

"Rubby bilang, dia kangen banget sama lo, Sa. Kayaknya dia gak bisa lupain lo. Gue cuma nebak sih, soalnya gue juga tau sendiri kalau Rubby orangnya gak suka basa-basi, dia lebih suka langsung mengutarakan maksudnya." Angkasa menoleh. Danu tahu banyak hal tentangnya karena mereka berteman sejak di bangku sekolah.

Evelyn sudah lama menghilang, tanpa kabar, tanpa jejak. Bahkan tanpa Angkasa mengganti seluruh akun media sosialnya, tak akan ada kabar tentang Evelyn. Karena gadis itu memang benar-benar tak meninggalkan kabar apa pun sejak kepindahannya ke Milan.

"Iya, dia ngajak balik."

"Terus?"

"Gue gak bisa." Setelah mengucapkan itu, Angkasa pergi menuju dapur. Meninggalkan Danu yang cukup terkejut dengan pernyataan itu.

Danu tahu betul betapa spesialnya Evelyn di mata Angkasa, betapa pemuda itu sangat menyayanginya. Dalam tahun-tahun pertama kepergian Evelyn, Danu yang selalu menemani Angkasa dalam dukanya. Danu yang menjadi saksi, seberapa hancurnya dia saat itu. Danu menyaksikan tahun-tahun pertama Angkasa yang begitu muram tanpa Evelyn.

Senjanya AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang