[vii]

18 2 2
                                    

Baskara belum menampakkan wujudnya. Tapi rumah besar di pinggiran kota itu bergemuruh. Seluruh bedinde beserta jongos yang bekerja disana saling berkasak kusuk. Berlarian mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan.

"Letakkan piringnya dengan benar. Ambil gelas di lemari yang sudah diberitahu nona Elizabeth kemarin. Jangan sampai melakukan kesalahan," perintah kepala pembantu.

Gadis dengan kebaya sewarna hijau daun itu mengangguk pelan. Kakinya mencumbu inchi lantai dengan hati-hati. Menata meja makan, dan meletakkan piring-piring keramik mahal di atas alas meja berbahan beludru itu.

Hari ini, akan ada tamu spesial dari Netherlands yang berkunjung. Para pelayan itu tidak tahu pasti, siapa yang sebenarnya akan datang kemari. Tapi satu yang mereka tau, tamu itu pastilah sangat spesial bagi keluarga De Groot. Mengingat Margarethie Elizabeth De Groot sangat mengecam adanya kesalahan dalam penyambutan sang tamu.

Laras beralih menaiki tangga bersama Sukma. Setelah membersihkan meja makan, tugasnya kini adalah merapihkan kamar tamu di lantai dua. Persis di sebelah kamar Elizabeth. Gadis itu membuka kamar dengan hati-hati. Sukma sudah masuk duluan, namun sedetik kemudian dia berbalik. Wajahnya terkejut penuh ketakutan.

"Ada apa Sukma? Kenapa keluar lagi?" tanya Laras.

"Mbak ... Sepertinya ada seseorang yang tidur di dalam sana. Ada kaki yang menjuntai dari balik selimut. Tolong mbak periksa, Sukma tidak berani."

Laras mengernyit. Siapa yang lancang tidur di kamar tamu? Apakah ia tidak mengetahui bahwa nanti siang akan ada tamu penting dari Belanda? Mencoba menebak, Laras tidak menemukan jawaban yang berarti. Ia memutuskan untuk masuk dan memastikan sendiri dengan matanya. Siapa orang yang tidur di dalam.

Langkahnya pelan tapi pasti. Tangannya kemudian terulur pelan, menyibak selimut biru yang menutupi tubuh si orang misterius yang sudah lancang dan berani tidur di kamar tamu. Sesaat setelah selimut itu tak lagi menutup tubuh si misterius, Laras malah terperanjat kaget. Seseorang yang tertidur itu adalah pria yang berhasil mengobrak-abrik hatinya.

Persis setelah selimut terlepas dari tubuhnya, sang pria menggeliat. Matanya yang semula terpejam, kini terbuka dan melebar dengan sendirinya. Ia menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres di sini. Tubuh sang pria kini beralih untuk duduk, bersandar pada kepala ranjang. Matanya langsung menatap sosok wanita yang masih diam, berdiri kaku menatap segala pergerakannya.

"Ternyata ada yang lancang membangunkan saya, saat saya sedang terlena dalam mimpi. Sayang sekali, padahal mimpi saya sangat indah."

Mendengar ada keributan di dalam kamar tamu, Sukma yang tadi diperintahkan untuk membantu Laras bebersih kini beralih untuk ikut masuk ke kamar. Ingin memastikan apakah Laras baik-baik saja setelah membangunkan si orang misterius. Matanya awas menatap seisi kamar. Kemudian langkahnya berhenti kala menyadari, siapa yang sudah Laras bangunkan.

"Tuan Albertus?" tanya Sukma pelan.

"Ya? Kamu memanggil saya Sukma? Apa kamu yang meminta Laras membangunkan saya? Tidak kah kamu tahu, bahwa seluruh kamar di rumah ini adalah milik saya? Jadi saya bebas tidur di kamar mana saja, tanpa mendapatkan perlakuan tidak sopan seperti ini?" tanya Albertus dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Tidak tuan. Tolong jangan salahkan Sukma. Saya kemari karena diperintahkan Nona Elizabeth untuk membersihkan kamar tamu. Nona Elizabeth sudah memberi tahu saya soal tamu dari Belanda yang akan sampai hari ini, saya yang membangunkan tidur anda. Tolong ampuni saya tuan," jawab Laras dengan pelan. Kepalanya kian menunduk.

"Mbak ..." Sukma menggenggam tangan Laras dengan keringat dingin. Gadis berusia enam belas tahun itu semakin gugup. Tahu bahwa Albertus merupakan orang yang tidak suka bermain-main. Apalagi di perlakukan tidak sopan oleh pembantu seperti mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRIBUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang