Part 10

153 16 1
                                    

Keduanya akhirnya sampai diruang Hyunjin, sepanjang pintu masuk hingga pintu ruangan Hyunjin banyak sekali pegawai yang memandang ke arah Felix, tentu saja setelah melewati mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Keduanya akhirnya sampai diruang Hyunjin, sepanjang pintu masuk hingga pintu ruangan Hyunjin banyak sekali pegawai yang memandang ke arah Felix, tentu saja setelah melewati mereka.

Tidak aneh karena wajah Felix asing dikantor ini, bahkan saat melewati ruang sekretaris yang tepat berada sebelum pintu ruangan Hyunjin pun Jisung dan Seungmin sempat menyapa Felix, tapi Hyunjin segera menyela mereka dengan berkata "Ini masih jam kerja dan bukan waktunya temu kangen dengan teman."
Jadi mereka tidak bisa ngobrol santai.

"Hyun aku minta maaf."
Felix berucap setelah Hyunjin menutup pintu, bahkan belum satu menit mereka masuk.

"Maaf untuk apa, Babe?"

"Untuk apa saja yang membuatmu marah dan mendiamkanku, aku sungguh tak dapat menebak apa yang sudah kulakukan sehingga kau marah padaku."
Felix meremat jari-jarinya sendiri.

Pemandangan ini justru membuat Hyunjin merasa bersalah. Pria berusia 30 tahun itu menarik kekasihnya kedalam pelukan.

"Aku sudah pernah bilang kau tak pernah salah, kan? kenapa minta maaf. Dan lagi, aku tidak sedang marah."
Hyunjin menjeda perkataannya sebentar.

"Babe, kau terdengar sangat tidak yakin tentang konsep pernikahan yang kutanyakan. Aku hanya sedang berpikir, mungkin aku terlalu egois jika mengajakmu segera menikah, mungkin kau masih butuh waktu untuk mempertimbangkan banyak hal. Itulah kenapa aku diam, aku tak ingin mengganggumu jadi kupikir lebih baik aku memberimu waktu agar lebih tenang."
Jelas Hyunjin panjang lebar.

"Jadi kau mendiamkanku karena hal itu?"
Felix melepas pelukan mereka dan menatap Hyunjin tepat dimatanya dan Hyunjin hanya mengangguk membenarkan.

"Tuh kan... aku salah. Kau selalu bilang aku tak pernah salah, makanya aku jadi tak terpikir hal itu."

"Tidak sayangku, kau tidak salah. Itu justru benar karena aku jadi tidak egois atas kemauanku."

"Dengar Hyun, aku bukan tidak mau menikah denganmu, tentang konsep pernikahan itu jujur saja aku tidak punya gambaran apapun. Aku tidak berniat memiliki pesta seperti yang orang lain lakukan, seperti saat Kakak ku menikah atau kemarin saat Kak Chris dan Kak Min menikah. Aku hanya ingin yang sederhana saja. Setelah kita daftarkan pernikahan kita, aku ingin upacara pemberkatan hanya dihadiri keluarga dan teman dekat saja. Aku tidak ingin pesta."

Felix terlihat berpikir sebentar sebelum kemudian berkata sedikit lirih.

"Tapi aku juga berpikir itu sepertinya tidak sopan untukmu dan keluargamu karena bagaimanapun kalian memiliki kolega bisnis yang luas."

Felix menjelaskan dengan detail apapun yang ada didalam gagasannya yang semoga saja ini dapat menyelesaikan persoalan mereka. Felix tidak suka didiamkan seperti ini, dia takut lama-lama terbiasa dan hilang begitu saja, seperti dulu.

"Bukan masalah untukku. aku pernah menikah kan sebelumnya dengan pesta yang begitu besar. Ini bukan pernikahan pertamaku jadi aku tak masalah dengan itu, tapi untukmu ini yang pertama, tidak kah kau ingin sedikit berkesan?"
Hyunjin menggenggam jemari kecil Felix.
Felix hanya menggeleng.

"Aku tidak perduli, selama itu denganmu maka akan tetap berkesan buatku."

"Jadi kau tak masalah jika kita mendaftarkan pernikahan secepatnya?"
Felix mengangguk sebagai jawaban.

"Kau tak lagi ragu untuk bersamaku kan, Babe?"
Felix kali ini menggeleng.

"Baiklah, duduk sebentar."
Hyunjin menggiring Felix untuk duduk di sofa yang tersedia dalam ruangannya.

Setelahnya pria itu berlutut dengan satu kaki didepan Felix yang terduduk. Menggenggam kedua telapak tangannya erat.

"Lee Felix, lebih dari siapapun kau sudah tau baik dan buruknya diriku, kekurangan dan kelebihanku. Aku sangat-sangat jauh dari kata sempurna, aku bahkan pernah mengecewakanmu dan dengan tak tau malunya aku tetap mendekatimu lagi. Aku bersyukur atas takdirku yang sangat beruntung untuk mendapatkan maafmu dan dapat masuk kedalam keluargamu lagi."

Hyunjin menatap Felix tulus, genggamanya terasa lebih erat dari sebelumnya.

"Dengan segala yang kau tau, jika kau menerimaku kuharap kau juga dapat menerima bagian diriku yang lain, putri kecilku Hwang Hyuna. Jadi sekali lagi Lee Felix, maukah kau menemaniku bersama-sama mengurus Hyuna hingga dewasa, bersama-sama berbagi segala hal. Maukah kau menghabiskan waktu seumur hidup ini bersamaku?"

Keduanya bertatapan sepanjang uraian kata dari mulut Hyunjin. Ada keheningan selama 5 detik sebelum Felix perlahan tersenyum dan mengangguk.

Satu anggukan yang berarti begitu banyak bagi Hyunjin, pria itu merasa beban dipundaknya menghilang dan ada perasaan lega didadanya.

Felix melingkarkan tangannya pada leher Hyunjin sebelum ranum keduanya berpagut, menyampaikan seberapa bahagianya diri masing-masing, menyampaikan segala bahasa cinta yang tak terucap kata.

Tautan terlepas setelah beberapa saat, kedua insan itu masih berdekatan dengan dahi menempel satu sama lain, mata keduanya pun masih tertutup.

"Omong-omong Tuan Hwang, mana cincinnya?"
Ucap Felix masih dengan menutup mata.

"Itu dia masalahnya, Babe."

Felix yang lebih dulu melepaskan diri dari penyatuan mereka. Ia menatap pria didepannya tak percaya.

"Aku bercanda, tunggu sebentar."
Hyunjin kemudian berdiri menuju mantelnya yang tergantung, ia terlihat merogoh saku mantel itu dan mengeluarkan kotak kecil. Kotak beludru navy blue, kemudian pria itu duduk disebelah Felix.

"Aku akan melepas yang ini dulu."
Hyunjin melepas homaika ring yang berada di telunjuk Felix.

Terlihat bekas dengan warna kulit lebih pucat dibanding bagian lain, menandakan bahwa Felix memakainya untuk waktu yang sangat lama. Dan itu berarti selama itu pula Felix tak pernah melupakan Hyunjin, seperti janji mereka terdahulu.

Hyunjin merasa sangat bahagia dan disaat yang sama ia sendiri juga merasa ia adalah bajingan beruntung didunia ini karena mendapatkan Felix.

Yang lebih tua menyematkan cincin putih sederhana pada jari manis kanan kekasihnya.

"Wow... Kali ini ukurannya benar."
Felix berseloroh dan keduanya terkekeh.

Mengingat dulu cincin yang Hyunjin berikan ternyata memiliki ukuran yang lebih besar sehingga Felix harus memakainya dijari telunjuk.

"Aku mencintaimu Lee Felix, sangat."
Ucap Hyunjin kemudian mengecup kening kekasihnya.

"Tanpa aku mengatakannyapun kau harusnya sudah tau aku sangat mencintaimu sampai bodoh."
Felix meninju ringan perut Hyunjin.







••••••••••••••••••••••••
TBC
••••••••••••••••••••••••

Us (Hyunlix) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang