~9~

12 2 34
                                    

Perjalanan mereka kali ini terasa sangat lama dan jauh.

Mereka menurunkan semua barang-barang bawaannya dari mobil, tanpa sepatah katapun.

"Mel, ayo gue anter pulang."
Ucap Danu, di tengah keheningan.

Melin hendak pergi mengikuti Danu, tetapi dihentikan oleh Juna.

"Nggak, Nu! Kemarin dia berangkat sama gue, dan gue juga yang harus anterin dia."

Juna meraih tangan Melin, dan menggandengnya.

Setelah kepergian mereka berdua, situasi jadi semakin canggung sekarang.
Begitu juga dengan Juna dan Melin, yang sama sekali tak ada percakapan selama di atas motor. Padahal biasanya, adaa saja topik pembicaraan yang diangkat oleh Juna, mau itu penting atau tidak.

Bahkan, ketika sudah sampai pun, Juna ataupun Melin tetap tak mengucapkan sepatah katapun. Hanya saja tadi Juna turun sebentar, untuk bersalaman dengan ibu Melin.

~~~

"Jong.."

Sekarang, Zulhan sedang berada di warung pinggir jalan dengan Juna.

"Sebenernya gue mau nanya Naya, tapi anaknya nggak mau diajak ngobrol blas."
Keluh Zulhan.

"Jadinya gue nanya Lo aja deh."

Juna mengisap rokok, dan menghembuskan asapnya.
"Nanya apa?"
Tanyanya santai.

"Lo masih nanya, gue mau nanya apaan?"
Tanya Zulhan dengan penuh penekanan.

Juna hanya melirik, lalu mengisap rokoknya lagi.

"Lo...jelasin ke gue...ah..kenapa Lo jadi nggak jelas gini sih? Kenapa Lo kemarin nggak nolak aja, kasian lho tadi si Melin, apalagi Danu."
Cerocos Zulhan.

"Mangkanya gue kemarin cuma diem."

"TAPI YA NGGAK SEMUA ORANG LO DIEMIN, MALIH!"
Bentak Zulhan, tidak santai.

"Seharusnya Lo ngasih penjelasan gitu ke Melin, Lo bujuk dia, Lo kasih kepercayaan ke dia kalo Lo itu-"

"Mbul.."

Belum selesai Zulhan berbicara, omongannya sudah terpotong.

"Belum selesai gue-"

"Lo pernah nggak mendem perasaan sama orang, sampek lamaaa banget, dan Lo nggak bisa berharap apa pun, karena tau orang itu lagi deket sama orang lain, terus setelah sekian lama, tiba-tiba...orang itu nyatain perasaannya sama Lo.."
"Bakal kayak gimana reaksi Lo?"

Ucap Juna santai, lalu mengisap rokoknya lagi.

"Maksudnya?"
Zulhan memiringkan kepala.

"Lo..LO JUGA SUKA SAMA NAYA?!"

Pertanyaannya belum terjawab, tapi sudah bertanya lagi.
"Dari kapan?"
"Jawab, Jong! Lo abis ngomong gituan, jangan ghosting gue Lo!"
Ancam Zulhan, sambil menunjukkan jari telunjuknya ke Juna.

"Udah lama, sampek gue nggak inget kapan pertama kali perasaan itu ada."
"Yang gue inget, waktu gue suka sama dia..dia udah deket sama Danu."
"Jadi gue nggak bisa ngelakuin apa-apa lagi saat itu, karena ya...gue pikir...mereka itu saling suka, bertahun-tahun gue mikirnya gitu."
"Lo tau nggak kebenarannya apa? Sama sekali nggak ada apa-apa diantara mereka."
"Dan-"

Zulhan masih setia mendengarkan curhatan Juna, tetapi di suatu kata, dia menjeda ucapan Juna.

"Tapi Lo suka kan sama Melin?"
Tekan Zulhan, tak mendapatkan jawaban.

"Awalnya gue-"

"Lo suka kan sama dia?"
Tekan Zulhan lagi, kali ini berhasil mendapat anggukan dari Juna.

"Setelah selama ini.. gue sadar, kalau gue mulai jatuh ke dia."
Jawab Juna.

"Terus Lo nunggu apa lagi? YA AJAK NIKAH LAH KOCAK!"

Juna melotot.
"Matamu i!"

~~~

"Lo kenapa sih, Nayyyy?"

"Gue udah lama mendem perasaan ini ke Juna, Zul!"

"Ya terus...ngapain Lo selama ini malah deket sama Danu?? Lo tau nggak..Juna itu juga suka sama Lo! Tapi dia nggak bisa ngungkapin itu, karena dia pikir Lo sama Danu saling suka!"

"Tau! Gue tau semua itu! Mangkanya gue berani ngomong ke dia kemarin!"

"Terus kan Lo tau sendiri, sekarang Juna itu lagi deket sama Melin!"
Zulhan sudah mulai menaikkan nada bicaranya sekarang.

Naya terdiam mendengar perkataan Zulhan.

"Tolong...jangan Lo paksain perasaan Lo ke Juna, Nay."
Bujuk Zulhan.

Naya menggeleng, dan menunjukkan kepada Zulhan notif ponselnya yang baru saja berbunyi.

"Gue nunggu jawaban dari Juna dulu."

Lalu segera beranjak dari sana.

Notif itu merupakan pesan dari Juna, yang mengajaknya untuk bertemu di suatu tempat.

~~~

Juna melihat Naya tersenyum padanya di kejauhan.

Singkat saja, hal ini yang memang harus dikatakan oleh Juna.

Hal pertama yang dilakukan Juna adalah memeluk Naya, setelah itu...

"Gue sayang sama Lo, Nay."
Ucapnya masih dengan memeluk Naya.

Lalu Juna melepaskan pelukannya, dan menatap Naya lamat-lamat.
"Tapi bukan Lo orangnya.."
"Gue emang pernah suka sama Lo, tapi itu dulu..sekarang, tujuan gue udah lain..orang itu berhasil buat gue beralih dari Lo, Nay.."
"Dan gue nggak mau hianatin perasaannya, juga perasaan gue sendiri."
"Makasih Lo udah mau ngungkapin itu, sekarang...kita cukup temenan aja kayak dulu ya?"

Setelah mengatakan itu semua, Juna pergi meninggalkan Naya, yang masih membeku.

Di sisi lain...

"Mel.."

Melin terkejut, setelah Danu memanggilnya di sebuah toko, dekat rumahnya.
Danu tersenyum kepadanya, dia juga melihat Danu sedang memegang sebungkus rokok, yang baru saja Danu beli tadi.

"Bisa bicara sebentar?"

•••

RECTANGULAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang