~10~

7 2 30
                                    

Danu mengeluarkan 1 batang rokok, menjapitnya di mulut, dan menyalakannya menggunakan korek api.
Setelah itu dirinya menghembuskan asap rokoknya.

Sementara Melin.. dia tidak tahu mau melakukan apa, jadi sekarang dia hanya meremas-remas kantong kresek belanjaannya tadi, sesekali melihat-lihat ke sekitar, di sebelah toko.

"Lin.."
Akhirnya Danu mengeluarkan suaranya.

"Hm, iya?"
Jawab Melin kelabakan, agak canggung.

"Gue minta..kamu percaya sama Juna."
"Dan yakin, kalau dia akan buat keputusan yang bener.."
Nada bicara Danu lumayan serius di sini.

Melin masih memasang tampang bingung.
Tiba-tiba? Batin Melin.

"Tentang pernyataan Naya waktu itu, tolong jangan kamu pikirin..Juna pasti tau, mana yang harus dia prioritasin, Mel.."

Setelah tau arah pembicaraannya kemana, Melin langsung mengerti.

"Tapi.. bukannya mas itu deket sama mbak Naya? Kok mas Danu nggak ada perasaan sedih atau cemburu gitu?"

Melin takut kalau dia salah bertanya itu kepada Danu, tapi di luar dugaan..Danu justru tertawa, dan menghadap ke dirinya.

"Nggak, Mel."
Danu masih tertawa.

"Gue cuma deket Naya, sebagai sahabat..nggak lebih!"

Setelah mendengar pernyataan Danu, jelas..Melin sangat terkejut sekarang.
Sedekat itu? Tidak ada perasaan apa-apa?

Danu berhenti tertawa, dan memasang muka serius sekarang.

"Gue tau, seharusnya gue nggak ngomong ini ke kamu."
"Tapi, orang yang gue suka itu adalah orang di depan aku sekarang, kamu sendiri!"

Ting!

Setelah itu Danu menaikkan kedua alisnya dan tersenyum, lalu menyender ke dinding toko lagi sambil mengisap rokoknya.

~~~

Juna berlari menghampiri seseorang yang sedang menunggunya di sebuah bangku taman.

"Maaf..lama.."
Ucap Juna sambil masih terengah-engah.

Kemudian, orang itu beranjak dari duduknya.

"Cincinku bengkok, tadi jariku masuk sela-sela kursi."
Ucap orang itu sambil memperlihatkan cincinnya yang sudah bengkok.

Juna tersenyum, dan meraih cincin tersebut.

"Nggak bisa diperbaiki ini, nanti gue beliin yang baru."

Setelah itu mereka berdua tertawa bersama.

~~~

~Yang Sebenarnya~

Juna melihat seorang wanita sedang duduk sendirian di tepi lapangan.
Melihat sekitar, tak ada 1 orang pun di dekat wanita itu, jadi Juna menghampirinya.

"Ngapain Lo?"

Wanita itu mendongak ke atas, menatap Juna.
"Lo yang ngapain? Emang kita kenal?"

Dengan jurus buayanya, Juna mengatakan..
"Mangkanya..ayo kenalan! Katanya, tak kenal maka tak sayang!"
Ucap Juna dengan muka tengilnya.

Beberapa hari setelah itu, Juna melihat wanita itu lagi. Seperti...sedang berlari ke arahnya?

"Hai!"

RECTANGULAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang