Diviera Kanala, meletakkan novel yang dia pegang begitu saja diatas kasurnya. Dia baru saja menamatkan novel yang dia beli bersama Nalen. Lebih tepatnya Nalen yang membelikan novel itu untuk Divi sebagai imbalan karena telah membantu menyelesaikan tugasnya. Divi memejamkan matanya sejenak, mencoba mengontrol emosinya, jujur saja novel dengan judul "Rasa Yang Terlanjur Ada" mampu membuat dia meneteskan air mata.
Divi membayangkan bagaimana sakitnya pemeran utama, ketika harus meng-ikhlaskan orang yang dia cintai bersama dengan orang lain. Menurut Divi kisah mereka terlalu rumit, mereka saling mencintai,tapi jika mereka memilih tetap bersama maka keduanya akan jauh lebih sakit. "Hufff" Divi menghembuskan nafasnya. Dengar perlahan dia membuka matanya menatap langit – langit kamar yang dicat dengan warna biru muda, warna favoritnya.
Dengan masih menatap langit – langit kamarnya, Divi meraba ponsel yang berada di samping kepalanya. Melihat jam yang tertera di layar ponselnya sudah menunjukkan pukul empat sore. "Astaga gue lupa ngabarin Nalen" ucap Divi sambil menepuk jidatnya. Pasalnya dia lupa untuk menghubungi Nalen, hari ini rencana dia ingin mengajak Nalen untuk pergi membeli kado buat ulang tahun mamanya.
Nalendra Putra Wiratma. Divi biasa memanggilnya Nalen, dia adalah sahabat Divi sejak kecil hingga saat ini. Tidak heran mengapa mereka bersahabat, Bulan mama Divi dan Kinan mama Nalen merupakan dua orang sahabat, sehingga persahabatan mereka, mereka turunkan pada Divi dan Nalen. Mereka juga tinggal di komplek yang sama bahkan rumah mereka hanya dipisahkan oleh dua rumah. Dan kebetulan juga Divi dan Nalen lahir di hari dan tahun yang sama. Hal itu juga menjadi salah satu alasan mereka kenapa bisa bersahabat sampai saat ini.
Tuuuttt Tuttttt.....
Terdengar nada dering dari seberang saat Divi menghubungi Nalen melalui panggilan telephone.
"Hmmm haloo " terdengar suara Nalen dari sebrang, sepertinya dia baru bangun tidur.
"Naaaaleennnnnn" teriak Divi saat mendengar sura Nalen.
"Toaaa berisik, bisa ga sih lo gak usah teriak, bisa – bisa kuping gue budek, mana ni hp nempel di telinga gue" balas Nalen yang dari suaranya benar – benar terganggu dengan teriakan Divi.
"hehe ya mon mangaap" ucap Divi sambil menyengir, meskipun Nalen tidak dapat melihatnya.
"Ngapain sih lo, ganggu orang lagi tidur aja"
"Heh kebo, ini udah jam 4, masih aja tidur"
"Suka – suka gue ya"
"Hilih dasar lo, udah buruan bangun Nalen" ucap Divi sedikit merengek.
"Ngapain sih Vii, gue masih ngantuk"
"Temenin gue beli kado buat mama ya, rencanaya nanti malem gue, papa, sama bang Sandi mau ngasih kejutan buat mama"
"oh iya, mabul ulang tahun ya besok" ucap Nalen. Saking akrabnya Nalen dengan mama Divi, Nalen mempunyai panggilan sendiri yaitu mabul alias mama Bulan.
"Huum" balas Divi mengangguk mantap. "Makanya buruan bangun, terus anterin gue" pinta Divi sekali lagi.
Divi mengganti posisinya yang semula rebahan menjadi duduk dan bersadar pada sandaran kasurnya. Sambil menunggu jawaban Nalen, Divi memainkan novel yang tadi dia baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diviera ( Sebuah Rasa Yang Terlanjur Ada)
RomanceDiviera Kanala, mencitai sahabatnya Nalen. Tapi ternyata Nalen lebih memilih untuk bersama dengan gadis yang baru ditemuinya sebulan lalu. Lalu apakah Nalen akan mengerti tentang perasaan Divi padanya, atau sebaliknya atas nama persahabatan rasa itu...