Dinner (2)

32 2 0
                                    

Malam hari, Divi dan keluarganya termasuk Kinan telah berada di restoran yang telah Mahendra pilih. Karin yang baru tiba langsung saja menghampiri meja Divi dan keluarganya. Dia tidak jadi pergi kerumah Divi terlebih dahulu, melainkan langsung dateng ke lokasi.

"Selamat malam semua, maaf ya tante Bulan Karin baru dateng, belum terlambat kan?" sapa Karin pada semua orang yang berada dalam satu meja.

"Telat bangetttt" sahut Divi dengan spontan.

Karin yang mendengar celetukan Divi langsung spontan mencubit pipi Divi gemas."Gue gak lagi ngomong sama lo"

"Ga telat sayang, ayo duduk gak usah dengerin omongan Divi" ucap Bulan menengahi.

Karin langsung saja menjulurkan lidahnya untuk mengejek Divi. "Tante selamat ulang tahun ya, ini hadiah buat tante" lanjut Karin seraya menyerahkan hadiah yang dia bawa.

"Makasih ya sayang, kenapa harus bawa hadian, kan jadinya ngerepotin"

"Ngga ngerepotin tan, Karin malah seneng bisa ngasih hadiah buat tante" jawab Karin tulus.

"Ahhh aku lupaa" teriak Divi membuat orang – orang di meja itu mengalihkan atensinya pada Divi.

"Kenapa dek?" tanya Sandi yang berada di hadapan Divi.

"Mamaa, hadiah buat mama ketinggalan di kamar akuu. Maaf ya ma" ucap Divi meringis. Bisa – bisanya dia melupakan kado untuk mamanya. Padahal dia berniat memberikannya sekarang.

"Astaga mama kira kenapa, udah gak papa, kita juga satu rumah" balas Bulan santai.

"Gara – gara abang sih" ucap Divi sambil menatap abangnya dengan kesal.

"Loh kenapa jadi nyalahin abang"

"Ya salah abang, coba aja ngga nyuruh aku buat cepet-cepet, pasti aku gak bakal lupa sama kado mama" jawab Divi. Tadi saat Divi sedang bersiap Nalen dengan sengaja mengerjai Divi mengatakan bahwa orang tuanya, sudah siap untuk berangkat. Akhirnya Divi yang masih mengenakan liptin di bibirnya dengan buru – buru segera mengambil tas slempangnya dan segera menuju ruang tamu. Tapi saat diruang tamu ternyata keluarganya masih duduk dengan santai. Bahkan abangnya saja masih mengenakan boxer. Karena sudah malas untuk menaiki tangga lagi menuju kamarnya, Divi memilih menunggu di ruang tamu, sehingga dia melupakan kado untuk mamanya.

"Kamu tuh kalo dandan lama, kalo gak abang gituin, bisa – bisa abang jamuran nungguin kamu" ucap Sandi sedikit hiperbola untuk menggoda adiknya.

"Lama dari mana, gak sampe sejam lo bang" sanggah Divi.

"Bener banget bang, Divi kalo dandan tuh lama banget, padahal cuma pakek bedak sama lipstick doang lamanya ngalah – ngalahin acara dangdutan" sahut Karin bergabung dengan obrolan Divi dan Sandi setelah dirinya duduk disamping Divi.

"Nah, abang gak salahkan"

"Ihhhh apasihhhh, aku kalo makeup gak lama" bantah Divi dengan kesal.

Semua orang yang ada dimeja itu tertawa melihat raut kesal Divi. Mereka memang senang menggoda Divi apalagi jika sampai membuat Divi kesal. Karena raut wajah Divi yang kesal terlihat lucu di mata mereka.

"Ngomong – ngomong Nalen kemana, gue gak lihat dia dari tadi?" tanya Karin sedikit berbisik.

"Dia gak bisa gabung" jawab Divi yang sudah bersikap biasa kembali seperti tidak terjadi apa – apa. Memang mood Divi gampang sekali berubah.

"Tumben tuh anak, biasanya dia gak pernah absen, kalo ga penting – penting banget. Emang ga bilang sama lo dia mau kemana?"

"Nggak, dia cuma bilang ada janji tapi gak bilang mau kemana dan sama siapa" balas Divi sedikit lesu.

Diviera ( Sebuah Rasa Yang Terlanjur Ada)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang