He Ignored Me

125 2 0
                                    

Semenjak kejadian kemarin, sampai siang ini Nalen tidak menghubungi Divi. Chat Divi kemarin saja tidak dibalas. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak. Soal kejutan untuk ulang tahun mamanya tidak jadi dilaksanakan. Karena semalam mama dan papa Divi langsung pergi ke Malang karena ada masalah dengan Hotel yang dimiliki papa Divi. Mahendra Putra Raharjo, papa Divi merupakan seorang pembisnis yang bergerak dalam bidang properti. Mulai dari perhotelan, perumahan dan saat ini sedang merambah dunia F N B dengan cabang yang terdapat di beberapa daerah di Indonesia salah satunya Malang.

Untung saja kejutan untuk mamanya tidak jadi dilaksanakan. Dengan begitu Divi jadi memiliki banyak waktu untuk memilih kado, setidaknya sampai mama papanya kembali tiga hari lagi. Rencananya setelah kelas keduanya selesai jam tiga sore nanti, dia akan langsung pergi membeli kado.

"Tumben hari ini lo gak bareng Nalen ?" tanya Karin sahabat Divi saat mereka berdua berada di kantin fakultas. Pasalnya Nalen dan Divi selalu berangkat ke kampus bersama. Mereka berdua sama – sama mengambil jurusan Manajemen Bisnis di salah satu kampus swasta yang berada di Jakarta. Tujuannya apa lagi kalau bukan untuk meneruskan usaha dari kedua orang tuanya.

"Ga, males gue" jawab Divi ogah – ogahan.

Karin dan Divi dekat sejak pertama kali ospek. Sifat Karin yang sebelas dua belas dengan Divi membuat mereka semakin akrab. Dan sejak saat itu Divi mendeklarasikan Karin sebagai sahabatnya.

"Kali ini kenapa lagi? Pasti lo yang mulai duluan, iyakan ?" tanya Karin meyakinkan, karena dia sudah tau sifat sahabatnya ini yang memang suka jail dengan Nalen.

"Bukan gue duluan, gue cuma bales perbuatan Nalen aja" balas Divi sambil meminum jus alpukat pesanannya.

Karin memicingkan matanya sambil menatap Divi, tidak percaya dengan ucapan Divi.

Divi yang ditatap oleh Karin akhirnya menghembuskan nafas lelah. "Gue cuma nambahin garem ke minuman Nalen aja kemarin, udah gitu dia marah". Jawab Divi pada akhirnya sambil mengingat kejadian kemarin.

"Parah sih parah, kalo menurut gue sih keterlaluan. Pantes aja Nalen marah" bukannya menenangkan sahabatnya, Karin justru semakin memojokkan Divi.

"Dih lo sahabat gue apa Nalen sih, kenapa belain dia" ucap Divi tak terima.

"Gue sih belain Nalen, secara kelakuan Nalen lebih bener daripada lo" balas Karin santai.

Mendengar ucapan Karin, Divi semakin kesal. Bisa – bisanya Karin justru membela Nalen padahal disini yang menjadi sahabatnya adalah dirinya bukan Nalen. "Dasar lo, kacang lupa bijinya" kesal Divi, dan kembali meminum jus alpukatnya hingga habis.

Karin hanya geleng – geleng melihat kelakuan sahabatnya.

"Sst liat arah jam 12" ucap Karin, sambil menyenggol tangan Divi memberikan kode.

Bukannya melihat arah yang dituju Karin, Divi malah menoleh ke belakang.

"Begooo, arah jam 12 begooo.Liat depan lo " kesal Karin sambil mengarahkan kepala Divi.

"Nalen" batin Divi.

Disana, tepat lurus di hadapan Divi. Nalen berada di depan pintu kantin fakultas sambil berbicara dengan temannya. Tepat setelahnya, mata Nalen bersitatap dengan Divi, tapi dengan cepat Nalen mengalihkan pandangannya. Bahkan Nalen lewat begitu saja saat melewati meja tempat Divi dan Karin berada.

"Sialan, dia lewat gitu aja" ucap Divi.

"Kayaknya kali ini Nalen beneran marah banget deh ke lo. Baru kali ini gue liat Nalen ga peduli dengan keberadaan lo"

Ucapan Karin sedikit menyentil hatinya. Karena memang baru kali ini Nalen benar – benar mengabaikannya sejak kemarin. Tapi masa karena hal sepele Nalen bisa semarah itu. Bahkan dulu Divi pernah tidak sengaja menumpahkan es krim diatas laporan Nalen saat berusaha mengganggunya, tapi Nalen tidak sampai semarah ini, padahal saat itu laporan harus dikumpulkan sepuluh menit lagi.

Diviera ( Sebuah Rasa Yang Terlanjur Ada)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang